Bagaimana seseorang mengarungi hidup jika tanpa iman? Kesibukan, bagi orang yang tak memiliki iman adalah menapaki keinginan yang tak pernah selesai.
Menjalani waktu sejak pagi, siang, petang, malam hingga bertemu pagi kembali, bagi orang yang tak memiuliki iman adalah ibarat mengarungi belantara hutan yang tak pernah ada ujungnya, atau menyebrangi lautan luas yang tak pernah bertepi. Mereka terus bergelut dengan ambisi, memenuhi keinginan nafsu, sementara itu semua tidak pernah membuat lapar dan dahaganya berkurang.
Wajar jika tak sedikit orang yang merasa lelah menjalani hidup. Ya, mereka lelah karena ternyata seluruh keringat, pikiran dan usahanya tak pernah membuatnya merasa cukup. Semakin banyak usaha yang diperoleh, semakin tinggi tuntutan untuk memperoleh yang lebih banyak. Peluh yang menetes ternyata hanya memberi kepuasan yang makin membakar nafsu untuk mendapatkan yang lebih besar. Lalu setelah itu, jatuh bangun lagi, bertarung demi ambisi lagi, mengejar dan memenuhi nafsu lagi, untuk keinginan yang tak ada habisnya.
Saudaraku,
Semoga kita semakin memahami bahwa ada banyak keinginan yang ternyata tidak baik untuk kita sendiri. Perhatikanlah bagaimana ungkapan seorang sahabat mulia, Ibnu Mas’ud ra,” sesungguhnya ada seorang hamba yg sangat terobsesi mencapai sesuatu, baik masalah bisnis maupun kekuasaan. Dan sebenarnya ia dimudahkan untuk mencapai keinginannya itu. Tapi Allah melihatnya, lalu berkata pada para malaikat-Nya, ‘ Hindari dia dari apa yang diinginkannya itu. Karena sesungguhnya jika Aku mudahkan dia memperoleh keinginanya, maka ia akan masuk neraka.’ Maka orang itupun dihindari oleh Allah dari apa yang diinginkannya. Selanjutnya orang tersebut menduga-duga dengan mengatakan, ‘ Kenapa fulan lebih berhasil dariku, kenapa fulan lebih unggul dariku.’ Padahal apa yang terjadi itu tidak lain kecuali karunia Allah SWT belaka.” (Nurul Iqtibas,49).
Imanlah yang menyelamatkan kita dari dinamika hidup yang melelahkan itu. Imanlah yang selalu memberi kesegaran baru. Iman yang memberi pencerahan batin yg membuat kita selalu prima menghadapi badai apapun dalam hidup. Andai seorang hamba selalu mengembalikan segala masalah pada hakikat keimanan, niscaya ia yakin bahwa Allah tidak pernah menetapkan sesuatu kecuali kebaikan. Meskipun kebaikan itu tidak ia sadari.
Saudaraku,
Pikiran kita seringkali tidak mampu membaca kebaikan-kebaikan Allah. Mungkin karena hati kita yang kerap tidak bersinar. Pergulatan hidup, sentuhan urusan dunia bisa menyebabkan hati sesorang terselubung oleh suasana pekat. Itulah yang pernah digambarkan oleh Rasulullah saw pada kita,” Tidaklah hati seseorang itu kecuali ia mengalami kondisi seperti awan dan bulan. Jika hati terdominasi oleh awan, maka hati akan menjadi gelap. Tapi biula awan itu menyingkir maka hati akan menjadi terang.” (HR Thabrani dlm hadits shahih)
Begitulah, hati yang terkadang tertutupi oleh awan akan terhijab cahayanya lalu menjadi redup dan temaran. Jika kita berupaya menambah keimanan dalam hati dengan memperbanyak amal shalih dan meminta pertolongan Allah untuk menyingkapkan awan itu, maka hati kita akan bercahaya lagi.
Karenanya saudaraku,
Sadarilah kapan saat-saat awan kelabu itu menutupi hati. Waspadailah ketika hati mulai terasa redup dan tak tersinari oleh cahaya. Seperti yang disebutkan oleh perkataan salafushalih, “Termasuk kecerdasan seorang hamba adalah ia menyadari kondisi imannya dan apa-apa yang berkurang darinya.”
Adapula para salafushalih yang mengatakan, bahwa termasuk kecerdasan seorang hamba,”Mengetahui darimana arah datangnya bisikan-bisikan syaithan pada hatinya.”
Kembalilah pada iman, maka semua keinginan kita akan terwujud. Keinginan yang tidak dibatasi oleh target, angka atau hasil yang tidak bisa diraba.
Karena keinginan tak pernah selesai oleh target, angka dan hasil-hasil itu. Tapi keimanan akan memberi semua harapan, melalui ketenangan, ketentraman hati dan kepuasan.
Imam Ibnul Jauzi mengatakan,”Wahai orang yang ditolak dari pintu. Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu disisi raja. Lihatlah apa sarana yang bisa membantumu untuk mengetahui posisimu disisinya? Lihatlah pekerjkaan apa yang menyibukanmu?
Betapa banyak orang yang berdiri didepan pintu raja. Tapi tak seorangpun yang dapat masuk dan berhadapan dengan raja kecuali orang-orang yang memang telah dipilih. Tidak seluruh hati bisa mendekat. Tidak semua jiwa menyimpan rasa cinta.
Seorang ulama mengatakan, jika sesorang ingin tahu dimana posisinya dihadapan Allah, bercerminlah pada amal-amalnya dan lihatlah pekerjaan apa yang menyibukkannya. Jika ia sibuk dengan da’wah dan berbagai masalahnya, jika ia sibuk menyelamatkan manusia dari neraka, jika ia sibuk melakukan pekerjaan untuk memperoleh kemenagan di syurga, menolong yang lemah dan orang yang membutuhkan, maka bergembiralah karena semoga ia mempunyai kedudkan yang dekat dengan Allah. Beritakanlah kabar Allah tidak akan memberikan kebaikan kecuali pada orang yang ia cintai.
Tapi jika ia berpaling dari da’wah, berpaling dari para juru da’wah, berpaling dari melakukan kebaikan,sibuk dengan dunia dan mengumpulkan harta benda, sibuk dengan banyak bertanya tapi sedikit beramal, sibuik dengan mengikuti hawa nafsu. Ketahuilah bahwa ia jauh dari Allah.
Saudaraku,
Lihatlah apa sarana yang biasa mendekatkan kita pada Allah? Dan apa pekerjaan yang menyibukkan kita? Allah akan memilih orang-orang yg bisa menempuh sarana yang mendekatkan diri kita padaNya dan menyibukkan diri untuk menjalani perintahNya. Mari mengukur segala keadaan dengan iman.
Mari kembalikan semua keinginan pada keimanan. Mari melihat peristiwa hidup apa saja dengan kaca mata iman. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadapku/ Syurgaku ada dalam jiwaku. Jika mereka memenjarakanku maka itu adalah masa penyepianku dengan tuhanku. Jika mereka mengasingkanku kesuatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikanku sebagai syahid.”
Saudaraku,
Adakah kekecewaan, kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan disana?
Ditulis kembali dr Tarbawi Edisi 66 Th5/jumadil Tsani 1424 H/21 Agustus 2003, dlm rubrikNasihat Ruhani.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil...
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu (Qs. Al Baqarah : 45)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas commentnya