Bangunlah!
Ku tujukan untuk mu, wahai insan yang tersia-sia malamnya…
Wahai orang-orang yang terpejam matanya,
Izinkan kami, manusia-manusia malam
menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada
waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti
cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu
dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara
dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami
berhiaskan intan dan mutiara dari syurga.
Wahai orang-orang yang terlelap,
Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya
yang pekat membuat matamu tak mampu melihat tenaga cahaya yang
tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak
menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu
terlena, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan
dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang
demikian hangatnya. Aduhai nikmatnya.
Wahai orang-orang yang terlena,
Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!!
Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira.
Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak
seperti dirimu!! Kami adalah para perindu kamar di syurga. Tak pernahkah
kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya
di syurga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan
orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan solat
pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau dengar
tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang
yang mendirikan solat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata
dan hatinya.
Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta,
Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadis. Kerinduanku
akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam
adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau? Kenikmatan itu tidak
serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu
menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi
untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai
mendirikan solat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk
menikmati bahagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu? Pedulikah
kau pada keluargamu? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka?
Sekadar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu,
keluargamu?
Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki.
Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu
kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya,
“Nuruddin itu bercinta dgn solat malam, banyak berpuasa dan berjihad
dengan akidah yang benar.” Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama
pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan
seru. Kata mereka, “Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan kerana pasukannya yang banyak. Tetapi lebih kerana dia mempunyai rahsia bersama Tuhan”. Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah kerana doa dan solat-solat malamku yang penuh kekhusyukan.
Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku?
Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia
adalah isteri solehah di mataku, terlebih di mata Allah. Malam-malam
kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemersik dedaunan
dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di
mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang. Kuceritakan
padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak
murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah,
ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan
kesempatan untuk beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat
dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku
dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu
kuperintahkan untuk menabuh gendang agar kami terbangun di sepertiga
malamnya.
Wahai orang-orang yang terbuai,
Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqsa, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Salahuddin Al-Ayyubi.Orang-orang
yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang
selalu menjaga solat berjemaah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan
Alqur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling
kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan
siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku
pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terlena,
Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel? Akulah orang dibalik penaklukan itu,Sultan Muhammad Al Fatih. Tahukah
kau bahawa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan
kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba,
kami laksanakan solat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-
Nya. Jika Allah memberikan kematian kepada kami pada siang hari di saat
kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah
siang hari kami berada di hujung kematian, namun sebelum itu, di hujung
malamnya Allah temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan
menghidupi malam kami.
Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,
Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan? Mereka
sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik
matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan
tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Solat Istisqo yang
langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar
yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit
Al-Bunani. Solat dimulai, dua rakaat pun selesai. Harapan terbesar
mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak
siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun.
Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati
mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air
hujan itu tertahan di langit? Padahal kami semua adalah orang-orang
terbaik di negeri ini? Solat demi solat Istisqo didirikan, namun hujan
tak kunjung datang.
Hingga suatu malam,
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat
malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit
hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju
mihrab, kuniatkan untuk solat Istisqo sendirian, dua orang terpandang
itu mengamati gerak geriku. Setelah solat, dengan penuh kekhusyu’an
kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdoa :
“Tuhanku, betapa banyak hamba-hambaMu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini kerana apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”
“Tuhanku, betapa banyak hamba-hambaMu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini kerana apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”
Lalu apa gerangan yang terjadi?
Angin langsung datang bergemuruh dengan
cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar doa
seorang pelayan ini. Doaku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan
derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terhairan-hairan dan kau pasti
juga hairan bukan?
Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya
manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang
makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub
pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terpejam,
Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu
hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku dapat menciptakan
berbagai karya yang banyak? Bila aku beristirehat, bagaimana aku
mengatur tidurku? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka
aku hentikan solatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang
beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.”
Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini
sangat sulit dijangkau oleh akal sihatmu. Tapi lihatlah, aku telah
melakukannya, dan sekarang kau dapat menikmati karya-karyaku.
Wahai orang-orang yang tergoda,
Begitu kuatkah syaitan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tertidur pulas? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk
lehermu!! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah!!”
Sedarlah, sedarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya!
Setan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir,solatlah, solat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai orang-orang yang masih terlelap,
Masihkah kau menikmati malam-malammu
dengan kepulasan? Masihkah? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit,
bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon
keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah
turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah
kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja,
siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta
kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku
ampuni.” Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai orang-orang yang terpujuk rayu dunia,
Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia
ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan
sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta,
sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau menginginkan kehidupan
sesungguhnya? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau
akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau
masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak
bererti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di
syurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi
luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar.
Telah diketahui akan mukjizat solat
malam atau qiamullail ini, namun…kita terus-terusan diuji untuk bangkit
melawan perasaan malas dan tidak sedarkan diri. Benar, bukan
calang-calang orang yang diberikan anugerah ‘alarm mata’tatkala
waktu sudah di sepertiga malam. Jangan hanya mengejar lailatulqadar di
Bulan mulia,Ramadhan. Istiqamahkan amalan…biar sedikit asalkan
berterusan dan tingkatkan setahap demi setahap. Sucikan hati, bulatkan
pengharapan hanya padaNya…insyaAllah, ada bantuan menanti hambaNya yang
benar-benar mengharapkan cinta dan kasih Ilahi.
Tidurlah, dengan tidur yang menuju Allah!
sumber raihansyakirah.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas commentnya