Kamis, 21 April 2011

Kajian Dhuha Keluarga Muslim ...

Assalamu’alaykum….


Pa kabarnya sdrku? Semoga kasih sayang dan berkah Alloh senantiasa menghiasi aktivitas keseharian kita semua ya…
Oh ya weekend ini ada acara tdk?? Bagi yg blm py agenda, Dateng aja yuk kesini, melanjutkan  kajian bulan lalu….Insya Allah lumayan kan weekend jd bisa diisi dg kegiatan yg bermanfaat..manfaat dunia akhirat

Kajian Dhuha Keluarga Muslim

Ahad, 24 April 2011,  Pukul : 09.30 – 11.30
Tempat : Masjid Baabussalam
Jl. Cipinang Baru Timur No. 8,  Rawamangun – Jak Tim 13240 (Telp 021-4715254)

Tema : Menjaga Anak-Anak Kita & Mendidik Mereka Dengan Cinta ( Parenting Islami)

Bersama  :

Ustdz. Astrie Ivo
(Artis & Model)

Ustadz. Nurul Huda HAEM MA
(Dai & Motivator Super Family Consulting)

Acara ini free dan terbuka buat umum…
Kajian Rutin Tiap Pekan ke-4 setiap bulannya

Jd yuk ajak ortu, kerabat, pendamping hidup kita tuk meramaikan acara ini…buat yg sdh berkeluarga bs lgs dipraktekkan ilmunya, buat yg blm berkeluarga bs dijadikan bekal… jg ngga rugi khan :)

Yuk kita wujudkan Indonesia Menuju Sakinah,  Semoga saja itu berasal dari Keluarga saya, Keluarga Anda dan keluarga kaum muslimin yg ada di tanah air :)

Hasbunallah wa ni'mal wakil ....

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu (Qs. Al Baqarah : 45)

Senin, 18 April 2011

~..~ KETIKA CINTA BERGANTI DENGAN SEBUAH KE IKHLASAN ~..~

Ikhlas memang sangat mudah untuk diucapkan tapi sangat sulit untuk dijalanin. Karena itu membutuhkan proses yang panjang sehingga bisa membimbing kita pada sebuah keikhlasan.

Ketika cintaku terbentur dengan restu orang tua, dengan ketidakmampuanku dan ketika aku harus menerima kenyataan orang yang aku sayangi menikah dengan orang lain. Ketika rencana hanyalah tinggal sebuah rencana yang tidak terwujud. Tidak mudah untuk menerima kenyataan itu bahkan mungkin sangat sulit untuk aku terima. Hari demi hari aku lewati dengan air mata dan kesedihan. Di kesunyian dan keheningan malam aku menangis di hadapanNYA bukan untuk menyesali apa yang terjadi padaku tapi menyesal kenapa aku belum bisa menjadi hambaNYA yang ikhlas menerima kenyataan ini.

Tapi itulah hidup. Adakalanya kita harus mengalami sesuatu yang pahit. Apapun yang terjadi itulah yang terbaik buat aku meski aku harus sedih, kecewa dan merasa diperlakukan tidak adil.

Aku hanya berusaha untuk ridha dengan semua ketentuan yang telah digariskan oleh ALLAH. Menerima apapun yang terjadi bukan berarti tidak berusaha untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Tapi berusaha untuk ikhlas dan menyerahkan semua ini kepadaNYA akan menenangkan hati yang gelisah. Karena dibalik kejadian ini pasti ada hikmahnya dan Insya ALLAH bisa membimbing aku untuk menjadi seseorang yang kuat, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.

Ketika kita ikhlas dan bersyukur dengan semua yang diberikan ALLAH akan memberikan ketenangan yang luar biasa di hati kita. Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan dan DIA akan memberikan jalan yang terbaik. Yakin bahwa rencana ALLAH itu lebih indah.


La tahzan innallaaha ma'ana, harus tetap semangat karena ALLAH sayang kepada hambaNYA yang kuat dalam menjalani ujian dariNYA. Karena sebenarnya begitu banyak anugerah dan nikmat yang diberikan olehNYA yang harus kita syukuri. Selalu berprasangka baik kepadaNYA dan bersyukur ALLAH masih memberikan ujian kepada kita, itu berarti kita termasuk orang2 yang masih diperhatikan olehNYA ALLAH selalu memberikan sesuatu yang kita butuhkan bukan sesuatu yang kita inginkan. Karena DIA lebih tahu mana yang terbaik buat hambaNYA.

Ikhlas, sabar dan bersyukur adalah 3 kunci orang hidup. Tidak mudah bahkan mungkin sangat sulit. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan mencoba untuk menjalaninya dalam kehidupan kita. 
Terima Kasih Yaa ALLAH untuk kasih sayang, kekuatan dan semua yang sudah Engkau berikan kepadaku. Berikan petunjuk dan bimbinganMu kepadaku seperti yang telah Engkau berikan kepada hamba2Mu yang Engkau sayangi. Ijinkanlah aku untuk menghabiskan sisa umurku untuk lebih dekat dan mencintaiMu.


Hasbunallah wa ni'mal wakiil...

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu

Jumat, 15 April 2011

Kajian Keluarga Sakinah, 27 Maret 2011, Materi 2


SAVE OUR FAMILY

By Ustadz Nurul Huda

Dalilnya Qs At Tahrim : 6
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Caranya gimana???
# Sempurnakan Tauhid
   Buat yg ini ngga ada tawar-menawar, pokoknya kudu dan harus..karena dari inilah semua pondasi dasarnya. Yg merupakan bekal untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
“Penuhilah hak Allah maka Allah akan memenuhi hakmu”

# Miliki keluasan hati
   Saling memaafkan antar pasangan dan anggota keluarga, pastinya akan ada kekurangan yg didapati dlm kehidupan berumah tangga.

# Perkuat ketangguhan Mental
   Sakit, sehat, suka, duka pasti akan ada dlm setiap kehidupan berumah tangga. Hadapi semua itu secara bijak, spy apapun badai yg menerjang dalam kehidupan rumah tangga yg kita jalani akan dapat dilalui dengan baik…Ingat ada Allah

# Aktifkan komunikasi
   Nah, ini juga penting jalin komuniikasi yg baik diantara anggota keluarga. Jangan mentang2 kita dah hidup bersama cukup lama dg pasangan kita, maka kita menganggap komunikasi ngga penting lagi. Itu salah, justru dengan komunikasi yg baik insya allah setiap permasalahan yg terjadi dilam kehidupan rumah tangga kita akan ada solusinya, krn kita bisa saling share dg setiap anggota keluarga.

# Miliki kewibawaan financial
   Kewibawaan financial disini ngga harus punya rumah 5 lantai loh ya…setidaknya hidup secara wajar dan pas-pas an…Pas mau pergi ada motor (ini waktu masih awal menikah) nah setelah beberapa tahun menikah insya allah py mobil. Pas kepanasan pas py rumah sendiri xixixi

Yuk kita wujudkan Indonesia Menuju Sakinah, Semoga saja itu berasal dari keluarga saya, keluarga anda dan keluarga kaum muslimin di tanah air.

Wallahu'alam



Kajian Keluarga Sakinah, 27 Maret 2011, Materi 1

CASHFLOW FOR MUSLIM

By Ustadz Ahmad Gozali
Buat sya yg shalihah nih akhirnya diputuskan tuk buat juga resume kajian di Masjid Baabussalam diakhir Maret kemarin…Maaf ya sya agak telat & finally selesaii jugaaa, Alhamdulillah ….ini jg dicuri2 waktu neh buat resumenya;))

Ini nih sekilas isi kajiannya, Moga saja bermanfaat ya ^_^

Salah satu pondasi sakinah adalah keuangan. Dalam kacamata keuangan arti sakinah adalah mapan. Awal kemapanan dimulai dari Pernikahan yang merupakan episode awal dalam kehidupan (wah sempet kesentil juga coz usia segini blm nikah, smg aja disegerakan tuk yg satu ini..mhn doanya ya smg Allah memberikan kemudahan untuk urusan yg satu ini, smg disegerakan dg cara yang Allah berkahi dan Ridhoi. Amiin J).
Dalam diin kita sbnarnya dah ada tuntunannya tuk menuju kesana, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jamiush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Keempat hal itu sebaiknya kita perhatikan dan pahami baik-baik jika kelak kita membangun rumah tangga. Dan satu yang pasti ketika kita memutuskan tuk menikah yang diniatkan untuk ibadah pada Allah maka kita jgn pernah ragu akan kekurangan rizki tapi sebaliknya kita harus khawatir cara kita memperoleh rizki tersebut.
Nah dipoint selanjutnya pembicara memaparkan gimana cara kita merencanakan masa depan keluarga kita

Rencanakan Masa Depan
# Rumah & Kendaraan
-          Hmm siapa sih yg ngga ingin py rumah & kendaraan, pasti ingin kan. Nah untuk hal ini pembicara menyarankan tuk kita siapkan DPnya dulu. Nah tuk DP sebaiknya jangan berhutang ya
# Pendidikan Anak
-          Gunakan rumus 2468 untuk persiapakan dana pendidikan anak2 kita dihitung sejak kelahiran mereka. Artinya dg rumus itu kita dah belajar merencanakan dana pendidikan anak kita dengan asumsi terjadinya inflasi 12%-14% bahwa kenaikan masuk TK biasanya adalah 2x lipat, SD 4x lipat  dan seterusnya
# Haji
-          Siapa coba yg ngga ingin pergi haji. Pasti semua ingin kan?? Haji & umroh adalah dambaaan setiap kita bukan?? Apalagi jika tiap tahun bisa umroh, umroh disaat 10 malam terakhir ramadhan,wuahhh pasti ingin kan?? Untuk hal ini pembicara menyarankan kita invest dlm bentuk emas beliau kasih contoh dinar, knp diminta invest ke dinar? Krn nilai dinar yg cenderung stabil..sebnarnya bisa sekalian tuk syiar islam juga sih ;))
# Pensiun

Pemasukan
Tuk pembahasan ini sptnya dirimu dah tahu kali ya sya…
Salah duanya sumber pemasukan tuk keluarga adalah
# Harta Produktif
   Untuk harta produktif pembicara menyarankan ada 3 bentuk
1.      Produk Keuangan
2.      Aset Yang Disewakan
3.      Bisnis
4.      Barang Ciptaan
# Penghasilan Pasif
   Bisa didapat dari Bisnis, Properti dan investasi Keuangan.
Saran dari pembicaranya adalah Miliki sebanyak mungkin harta produktif

Pengeluaran
Nah kalo tuk Pengeluaran, pembicara menyarankan sebaiknya jangan sisakan uang kita sepeserpun alias habiskan saja…nah dibawah ini nih dijelaskan cara menghabiskan uang ;))
Biar gak salah kaprah, yuk kita lihat kembali pernyataan mengenai cara menghabiskan uang.
Prioritas pertama adalah “Pay your God first” tentu artinya bukan membayar pada Allah, karena tidak Allah memerlukan apapun dari makhluknya. Yang saya maksud adalah membayar kewajiban yang diminta Allah SWT. Baik itu berupa zakat, maupun infaq dan sedekah yang bersifat sukarela.
 Prioritas pengeluaran kedua adalah, bayar hutang. Kenapa harus bayar hutang duluan sebelum yang lain? Karena risikonya besar kalau tertunda. Kena denda, kena bunga tambahan, dan lain-lain. Semakin ditunda, akan semakin besar lagi konsekuensinya.
 Prioritas pengeluaran yang ketiga adalah untuk saving. Dari namanya saja sudah jelas, saving di sini maksudnya adalah menabung. Baik itu menabung untuk dana cadangan, ataupun investasi untuk masa depan seperti dana pensiun dan sebagainya. Asuransi pun saya masukkan di sini. Karena pos ini saya anggap sebagai keperluan di masa depan.
 Dan prioritas terakhir yaitu pengeluaran untuk shopping alias konsumsi. Mulai dari makanan, transport, dan sebagainya yang kita nikmati saat ini juga. Pengeluaran yang ini saya sarankan ambil dari sisanya saja setelah membayar zakat, setelah dipotong zakat, dan setelah menabung. Karena pengeluaran ini cenderung tidak ada batas maksimalnya. Kalau ada uang 1 juta, bisa habis untuk konsumsi saja. Kalau ada uangnya 10 juta bisa habis hanya untuk konsumsi.

Mungkin ada juga nyeletuk “Lho, kalo gitu sama aja dong… selama ini juga habis-habis aja kok, malah kadang kurang… Ya, paling urutannya aja yang beda. Biasanya belanja dulu, kalo ada sisa baru deh ditabung, kalo ditagih baru deh bayar hutang. Sedekah? Kalo inget….”

Beda dong kalo gitu…!

Kenapa selama ini gagal menabung dengan rutin? Karena menunggu SISA. Dan seperti yang sudah-sudah, uang sulit sekali untuk bersisa.
Pengeluarannya mungkin sama saja, jumlahnya juga sama saja. Tapi mindset kita adalah MENGHABISKAN, bukan MENYISAKAN. Sehingga lebih mudah dan menyenangkan untuk dijalankan.
Jadi kesimpulannya adalah, mari kita HABISKAN uang kita di jalan yang benar dan menyenangkan. Bukan MENYISAKANNYA dgn sakit hati dan terpaksa.
 

Jumat, 08 April 2011

Ternyata, Tak Sesholihah Yang Kukira ......

Hmm....pagi2 iseng buka2 blognya ummu azzam, dan tertarik buat baca2 tulisan yg ada di blog itu. Ngga sengaja baca ttg tulisan dibawah ini..deg..serasa mendapat tamparan nurani dari Allah SWT..jadi bercermin pada diri, tenyata masih banyak hal2 yg harus diperbaiki buat diri ini..Ya Rabb, bantu hambaMU untuk menjaga keikhlasan dlm beribadah padaMU
Bismillah.....
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.  [Q.S, Al=A’raaf :26]
---------------------------------------------

"Pagi yang istimewa”, sahutku. Sembari mengeluarkan motor dari garasi, aku baru saja menyadari ada yang berbeda di pagi ini. Nuansa alam yang kusuka : mendung. Suasana yg punya nuansa tersendiri, nuansa romantis.
Setiba disana, aku menjalani kehidupan kampus dengan ceria. Kuliah kali ini cukup menyenangkan, Hmm, menjadi wanita populer memang menyenangkan. disapa banyak kalangan, diperhatian banyak orang, dan yang pasti ini menjadi peluang agar bisa memberi lebih banyak manfaat bagi orang..
Sore menjelang petang. ” Saatnya pulang”, pikirku. Aku melangkah menuju lapangan parkir yang terletak di sudut kampus. Masih tersisa 5 motor, motorku salah satunya. Hmm, cukup sepi ternyata. Namun tiba-tiba, aku mengernyitkan dahi dan tanganku tertahan. Ada amplop cantik berwarna biru muda terselip di keranjang kecil motorku. Awalnya tangan ku ragu untuk mengambilnya, sampai akhirnya kuyakini amplop itu tak lain adalah untukku, walau identitas pengirim tak terbaca oleh mata jeliku.

Kucoba merobek tepi amplop itu, hingga kutemukan secarik kertas berwarna putih dengan tulisan besar.
Deg!
Seketika mataku terbelalak, bibirku tak bergeming, tanganku berkeringat dingin, dan ... ”Allah!” aku berteriak.

”Ternyata, tak sesholihah yang kukira”.

Lututku lemas, dan tubuhku jatuh terduduk.. Aku.. aku menangis seketika itu juga membaca sepucuk surat yang hanya bertuliskan 1 kalimat itu. Tulisan tangan berwarna merah yang dibuat dengan ukuran ekstra besar.

Sepanjang perjalanan pulang dengan mengendarai motor, hampir sering aku melamun. Klakson motor dan mobil menegurku berkali-kali. Puffh, di otakku hanya ada kejaidan itu. Hanya itu. Hanya itu. Sampai akhirnya setibaku dirumah, wudhu menjadi pelarianku. Adzan magrib yang bersahut-sahutan itu makin membuatku ingin bergegas. Bergegas takbir, sujud dan salam. Sudah cukup, hatiku tak kuat lagi menahan teguran itu..

Aku hanya wanita yang dititipkan keindahan oleh-Nya. Pintar, kaya, cantik dan sholihah. Begitu kebanyakn penilaian orang padaku. Namun, sejak kejadian sore itu, hatiku terhenyak, seakan aku disadarkan akan suatu hal sering terlupakan.
Kupikir aku termasuk muslimah yg cukup berilmu. Tapi ternyata, kajian-kajian keIslaman yg sering aku ikuti belum bisa teraplikasikan dlm hidupku. Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang dicintai banyak orang. Tapi ternyata, tak sedikit yang sakit hati hanya karena lisanku. Apa karena aku masih kekanak-kanakan, sehingga tak cukup dewasa menanggapi omongan orang? Ya, kupikir aku sholihah, tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang teguh dalam pendirian. Tapi ternyata, aku sempat terpikir untuk melepas jilbab yang telah lama kupakai,  entah mengapa. Kini aku bebas berikhtilat dengan lawan jenis, berfoto bersama mereka, mengupload-nya di facebook. Mungkin aku terlihat cantik dihadapan orang lain. Tapi entah, apakah aku terlihat cantik dihadapan penciptaku? Ya, kupikir aku sholihah, tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga hijab. Tapi ternyata, aku masih saja belum bisa menjaga hati thd lawan jenis, apalagi kalau ada ikhwan yg tampan atau aktifis kampus, sampai kadang mata dan hati ini terlarut oleh perasaan, sehingga muncul virus-virus perusak hati, seakan terlupa oleh ayat Allah: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Surah Al-Israa’ : 32). Ya, mendekati zina! Aku.. aku mengakui itu adalah kebenaran. Tapi kini aku merasa aku menjadi wanita yang lemah tak berdaya, karena aku menyerah saat tahu bahwa aku terlanjur terpenjara oleh perasaan cinta yang tak halal. Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga niatan dalam hati. Tapi ternyata, aku bangga menjadi wanita populer yang sering menampakkan diri di depan umum. Aku memang bukan sedang mengikuti ajang puteri indonesia yang intinya pamer kecantikan dan kepintaran... tapi, hatiku gampang terkotori untuk bangga mendapatkan pujian. Hatiku mudah terprovokasi untuk riya’.. Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang istiqomah mengamalkan ilmu agama. Tapi ternyata, aku kadang masih mau berduaan dengan lelaki yang bukan mahram. Aku menyadari, ada muslimah lain yang bisa kuajak menamaniku bertemu lelaki itu, tapi entahlah.. aku segan memintanya menemaniku. Hhmm segan? Tidak. Aku hanya ingin sedikit menikmati rasanya berdua dengan seorang lelaki walau dalam tempo yang tidak lama Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir aku termasuk muslimah yang lembut hati dan tuturkatanya. Tapi ternyata, kadang ada saja orang yg sakit hati karena omonganku. Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira.

Kupikir, aku termasuk muslimah yang banyak berkontribusi untuk da’wah. Tapi ternyata, aku menjadi muslimah yang tidak jauh beda dengan orang-orang yang sukanya menghina dan mencela jam'aah lain yang berjuang di jalan dakwah. Ya, kupikir aku sholihah, tapi ternyata aku tak sesholihah yang kukira.

Aku hampir saja sombong dalam menilai diriku sendiri. Sampai akhirnya, Allah menegurku dengan kuasa-Nya. Aku tertipu tak lain oleh diriku sendiri. Ya, kupikir aku sholihah. Tapi ternyata, aku tak sesholihah yang kukira...

(sedang mengaca pada cermin.....melihat sesosok wanita.....sudah sholihahkan dia..??)
“Dunia Adalah Perhiasan dan Sebaik-baik Perhiasan Adalah Wanita Sholihat” [Al-Hadist]
Wallau’alamBishowab
sumber: Meralda - eramuslim.com

Kamis, 07 April 2011

Ketika Layar Telah Terkembang dan Bahtera Sudah Berjalan....Nikmatilah Semilirnya Angin Laut...

Bismillah....
“Bertakwalah kamu dimanapun kamu berada, bila kamu berbuat kejahatan, segera iringi dengan perbuatan baik, sehingga dosamu terhapus, lalu pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi)
-------------------------------------------------
Pernikahan! Kata itu sangat indah didengar tetapi keindahan di dalamnya harus serta-merta dibarengi dengan persiapan. Pernikahan berarti mempertemukan kepentingan-kepentingan dua individu dan bukan mempertentangkannya

Menikah adalah pilihan sadar setiap laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki berhak menentukan pasangan hidup sebagaimana perempuan. Jika kemudian sepasang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk saling menerima dan sepakat melangsungkan pernikahan, atas alasan apakah satu pihak merasa terpaksa berada di samping pasangan hidupnya setelah resmi berumah tangga.... 

Sebelum terjadinya akad nikah, pilihan masih terbuka lebar, akan tetapi setelah adanya akad nikah, adalah sebuah pengkhianatan terhadap makna akad itu sendiri apabila satu pihak senantiasa mencari-cari keburukan dan kesalahan pasangannya dengan merasa benar dan bersih sendiri. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu bentuk penyucian diri, terlebih lagi tindakannya tersebut akan menumbuhkan benih-benih kebencian dalam hati terhadap seseorang yang telah menjadi pilihannya.

Ketika biduk rumah tangga telah berlayar, apa saja yang anti lakukan di dalamnya? Hari berlalu, pekan berlalu, bergantilah bulan. Tiba-tiba suatu hari anti merasakan ada sesuatu yang tidak mengenakkan. Anti mengamati sifat dan pasangan anti selama beberapa pekan sejak pernikahan, ternyata ada yang tidak anti sukai dan harapkan. Sejak saat itu, anti menemukan bahwa rumah tangga tidak hanya berisi kegembiraan, namun juga tantangan, bahkan bisa juga ancaman.  

Demikian juga dengan suami anti, mungkin bertanya-tanya siapakah gerangan engkau wahai istriku? Demikian ia sering bertanya dalam hatinya. Sekian banyak hal-hal aneh dan asing yang ia temukan pada diri seorang ‘makhluk halus’ bernama istrinya itu. 

Seperti ia sedang dihadapkan pada sebuah laboratorium bernyawa, tengah ada banyak penelitian dan pelajaran yang bisa dieksplorasi di dalamnya. Ia menghadapi hari-hari yang berharga, pengenalan demi pengenalan, pengalaman demi pengalaman dan berbagai pertanyaan yang belum terjawabkan. 

Dulu waktu masih lajang, seorang muslimah yang belum pernah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, kini tiba-tiba dihadapkan pada seorang asing yang nantinya akan mengetahui banyak ‘rahasia’ dirinya. Ia seorang wanita yang sangat pemalu, wanita yang tak berani ngobrol dan bercanda dengan lawan jenisnya, namun tatkala masuk ke jenjang pernikahan ia harus berhadapan dengan ‘dunia’ laki-laki. Kini, ia mencoba menyesuaikan irama kehidupan dirinya dengan sang suami. Ia mulai mengenal dunia laki-laki secara dekat tanpa jarak. Demikian pula hal-nya dengan sang suami.

Sebenarnyalah kesulitan yang dihadapi merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi. Betapa tidak! Pernikahan telah mempertemukan bukan saja dua individu yang berbeda, laki-laki dan perempuan, tetapi dua kepribadian, dua selera, dua latar budaya, dua karakter, dua hati, dua otak dan ruh yang hampir dapat dipastikan banyak ketidaksamaan yang akan ditemui oleh keduanya. Seorang manusia yang terkadang bisa saja tak paham akan suasana hatinya, sekarang malah dituntut untuk memahami hati orang lain?!

Kehidupan rumah tangga tak semuanya bisa dirasionalkan begitu saja, terkadang memerlukan proses kontemplasi yang rumit, memahami dunia baru, memahami suasana jiwa, logika, psikologis dan fisiologis yang bergulir bersama di dalam kehidupan rumah tangga. Kuliah S1 ternyata tak cukup membekali teori tentang ’siapakah laki-laki dan perempuan’ dalam tataran teoritis maupun praktis. 

Tentunya kita kurang mampu memahami dunia pasangan kita, kecuali menempuh pembelajaran dan saling membantu untuk terbuka kepada pasangannya tentang apa yang dirasakan, kepedihan duka, kegembiraan, kecemburuan, kekecewaan, kebanggaan, keinginan, dan jutaan determinasi perasaan lainnya. 

Saling mencintai memerlukan proses pembelajaran. Saling membantu mengajarkan tentang diri sendiri, bahwa aku adalah makhluk Allah yang punya keinginan dan mestinya engkau mengerti keinginanku. Akan tetapi bahasan verbal tak senantiasa berhasil mengungkap hakikat perasaan.

Setiap pasangan hendaknya merenungkan bahwasanya ketika mereka menikah, mereka tinggal menyempurnakan “setengah ketakwaan”, apakah “setengah ketakwaan” yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka hendak disia-siakan?. Jadi ketika layar telah terkembang dan bahtera sudah berjalan....nikmatilah semilirnya angin laut...

Mari kita belajar membentuk bahtera rumah tangga yang mampu berlayar merengkuh keridhoaan-Nya. Bertakwalah kepada Allah dalam setiap mengambil keputusan dan bersabarlah menghadapi kekurangan dan kelemahan pasangan kita, karena tak ada manusia yang sempurna, teruslah bermuhasabah diri. Mudah-mudahan dengan kesabaran kita, Allah akan memudahkan dan memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga kita. 

Kita hidup didunia bukanlah untuk mencari orang yang sempurna untuk dicintai....tetapi untuk belajar dan berusaha mencintai orang yang tidak sempurna....dengan cara yang sempurna....... 

Walahu’alamBishowab.

Ujian Kehidupan

Mungkin banyak yang begitu down, atau begitu terpuruk ketika ujian-Nya datang beruntun. Kadang, kita seperti tak punya kesempatan untuk bernafas lebih panjang, menggenapkan energi yang kita punya, untuk menghadapi berbagai terpaan itu. Kadang, terasa begitu berat, bahkan ingin melarikan diri dari itu semua.

Tapi kemudian kita belajar, bahwa hadirnya ujian, hadirnya terpaan yang begitu bertubi, sesungguhnya adalah tempaan. Tempaan agar kita menjadi lebih tangguh. Ini juga menyoal training kesabaran, yang mungkin terlalu mudah untuk digumamkan. Yah, kita mungkin begitu mudah untuk mengatakan, “Sabar….sabar….”, tapi pada kenyataannya, sabar itu tak semudah pengucapannya. Ia butuh latihan. Ia butuh training. Dan ujian lah yang menjadi trainingnya.

Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang Allah berikan ujian lebih banyak. Sebab ia punya lebih banyak kesempatan untuk naik kelas. Naik ke kelas yang lebih berkualitas. Bukankah jika kita hendak naik kelas, kita harus melewati ujian terlebih dahulu? Dan bukankah, tinggi rendahnya tingkatan kelas itu amat linear dengan tingkat kesulitan ujian ia dihadapi? Tentu saja!
Dan yang jelas, Allah tidak akan membiarkan kita mengatakan diri kita beriman, sebelum Allah memberikan ujian-ujian untuk diri kita. Dan hanya orang beriman pulalah yang baginya semua keadaan adalah kebaikan belaka. Jika itu menyenangkan, ia bersyukur. Dan jika itu tidak mengenakkan, ia bersabar.

Sungguh, jika kita memandang ujian sebagai suatu bentuk in process control, maka insya Allah akan memberikan quality assurance atau jaminan kualitas diri yang lebih mumpuni dari pada memilih untuk melarikan diri dari ujian-ujian itu. Melarikan diri dari ujian-ujian, memiliki arti yang sama dengan membuang kesempatan untuk naik kelas ke tingkat yang lebih berkualitas. Selain itu, jikapun kita bisa melarikan diri dari ujian itu, tetap saja akan berjumpa dengan ujian-ujian lain yang serupa atau dengan tingkat yang sama, hingga kita berhasil lulus dari ujian itu.

Sungguh, Allah maha teliti dalam meletakkan beban ujian di pundak kita. Jikalau ada alat ultra cangggih yang dapat mengukur kadar kemampuan dalam memikul suatu ujian, tentulah skalanya hanyalah akan berada pada batas nilai kesanggupan kita. Jadi, beruntunglah jika ujiannya lebih berat, lebih bertubi, sebab, itu menjadi indikasi bahwa kita memiliki kualitas tinggi untuk memikulnya. Sebab kita sangguplah, maka Allah memilih kita untuk memikulnya. Jadi, kita memang tak punya alasan untuk tidak menaklukkan setiap ujian-ujian yang dipikulkan di pundak kita.

Jika pada hati kita sempat terlintas pikiran-pikiran, “Kenapa hanya saya saja yang Allah beri ujian. Si A, si B dan si C, hidupnya tak seperti saya. Mereka pun tak ada ujian-ujian yang memberatkan pundak mereka. Tapi, mengapa saya harus menghadapi ini?”, maka cepat-cepatlah kita melenyapkannya pikiran itu. Sesungguhnya beruntunglah! Beruntunglah Allah memilih kita, sebab Allah telah meluluskan kita pada uji kelayakan untuk memikulnya. Artinya, kita punya kadar kesanggupan untuk melewatinya. Taklukkan ujian ini, dan Dia akan memberi kesempatan kepada kita untuk meningkatkan kualitas diri.

Bersemangatlah!

Sebab, tiadalah yang Allah inginkan pada diri hamba-Nya, melainkan kebaikan belaka…sesulit apapun itu.

Maannajah!

Takdir itu seperti Rongga Labirin, Kita Bisa Memilih Jalan Kita

Takdir. Sebuah kata yang banyak sekali cara menyikapinya. Ada yang percaya bahwa sebuah usaha dapat mengubah suatu takdir. Ada juga yang pasrah pada takdir tanpa berusaha, lebih parah lagi, ia hanya nedo nrimo dengan yang namanya takdir. Lantas apa sebenarnya takdir itu?? Tulisan berikut mencoba mengilustrasikan arti takdir (menurut versi saya). Tentunya ilustrasi ini tidak akan bisa menyamai situasi yang sesungguhnya karena sungguh, Allah itu Maha Besar, otak kita tidak bisa menjangkaunya.


Takdir memang telah ditetapkan olehAllah, sejak sebelum kita lahir, bahkan sebelum ruh kita disematkan dalam tubuh kita. Namun yang perlu diingat bahwa takdir itu tak sesederhana sebuah garis lurus dari sekumpulan titik-titik, dimana setiap titik itu mencerminkan nasib yang akan kita jalani. Skenario Allahtidak sama dengan sekenario buatan sutradara film yang paling susah dicerna sekalipun. Bahkan ilustrasi saya berikut ini, hanya mampu mengisyaratkan betapa besar Allah.


Tentu kita pernah mendengar rongga labirin. Dalam dunia game, adalah sebuah permainan untuk mencari jalan keluar, yang mengharuskan pemainnya untuk menelusuri jalur yang benar yang akan membawa pada jalan keluar. Mungkin seperti itulah takdir. Namun dalam skala yang sangat besar, dan tingkat kerumitan yang sangat kompleks.


Takdir mungkin seperti rongga labirin maha besar. Rongga labirin itu bermula dari satu titik. Setiap melangkah 1 cm, maka kita dihadapkan pada percabangan yang harus dipilih, dan akan menentukan jalan berikutnya. Tiap cabang tersebut terlewati sejauh 1 cm, maka akan kita jumpai percabangan lagi. Tidak menutup kemungkinan sebuah cabang suatu saat akan bertemu kembali dengan sebuah cabang yang lain.


Sama halnya seperti hidup kita. Jalan hidup seseorang dimulai dari satu titik. Setiap detik (bahkan lebih kecil dari itu), kita dihadapkan pada pilihan hidup (yang sering kali kita tidak sadari). Setiap pilihan yang telah kita buat membawa kita kepada jalan hidup yang berbeda, disadari ataupun tidak, signifikan ataupun tidak. Pada setiap jalan itulah Allah menuliskan apa yang akan kita hadapi jika memilih sebuah jalan. Itulah nasib yang akan kita jalani. Bayangkan, jika setiap percabangan itu ada 3 cabang saja (tiga jalan hidup yang bisa kita pilih), artinya dalam 1 detik, ada 3 ketetapan Allah untuk kita, dalam 2 detik ada 9 ketetapan, 3 detik ada 27 ketetapan. Subhanallah. Semuanya tergantung pada diri kita sendiri, akhir dari perjalanan hidup itu kita sendiri yang menentukan, setiap detiknya.


Itulah sebabnya manusia tetap harus berusaha sekalipun takdir sudah dituliskan, karena kita yang akan memilih takdir yang mana yang akan kita jalani. Bahkan 1 detik sebelum seseorang bunuh diri, sebenarnya dia masih diberi pilihan (dia ada dalam sebuah percabangan terakhir) untuk memilih dengan cara apa dia akan mati. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali dia sendiri yang mengubahnya“.


Dan jangan lupa satu hal, DOA. Doa dapat memberi keyakinan pada hati kita untuk melangkah, memberi lampu penanda pada rongga labirin yang terbaik untuk kita. Bahkan seringkali rongga yang terbaik untuk kita adalah rongga yang paling sempit dan susah untuk dilewati.


Sekali lagi, ilustrasi ini sungguh tidak sanggup mengungkapkan ciptaan Tuhan yang sebenarnya. Dan yang perlu diingat, hidup adalah sebuah permainan labirin level Extreem. Karena kita tidak bisa kembali ke percabangan sebelumnya, bahkan tidak ada fitur “Save state” sehingga kita bisa mengulang kembali pada titik sebelum kita melakukan kesalahan. So, berhati-hatilah.