Bagi sahabat-sahabat yang pernah baca buku “ Tarbiyah Menjawab Tantangan” pasti deh nggak asing dengan judul diatas. Soalnya tulisan ini merupakan resensi dari salah satu tema yang ada dibuku tersebut. Semoga aja bermanfaat ya…..soalnya isinya merupakan tausiyah (nasihat) bagi saya pribadi dan saya ingin berbagi dengan sahabat-sahabat.
Eksistensi manusia dimuka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti. Ada tiga misi yang diberikan Allah untuk diemban manusia yaitu :
· Misi utama untuk beribadah (Qs 51:56)
· Misi fungsional sebagai khalifah (Qs 2:30)
· Misi operasional untuk memakmurkan bumi (Qs 11:61)
Adapun manusia yang mampu menerjemahkan ketiga misi mulia itu ke dalam bahasa lisan, sikap dan tindakan adalah manusia yang beriman kepada Allah SWT. Manusia yang senantiasa merespon seruan dengan mengucapkan kalimat;”sami’na wa atho’naa”. Inilah syiar kehidupan manusia yang qurani dan rabbani.
Oleh karenanya misi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, sampingan ataupun juz’iah(parsial) tanpa dibarengi dengan usaha-usaha maksimal, melainkan suatu urusan yang besar dan agung, dimana berkaitan dengan pembentukan syakshiah islamiah, kelestarian system-siatem ilahiah dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Seperti kata Sayyid Qutb: “Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (da’wah) ini padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuat orang gemetar, maka ia tidak bisa melaksanakan secara berkesinambungan kec atas pertolongan Allah. Ia tidak akan dapat memikul beban da’wah kec atas pertolongan Allah dan tdk akan bisa teguh diatasnya kec dg keikhlasan pada-Nya…(Sayyid Qutb, Tafsir Fii Zhilaalil Qur’an)
Dan untuk mensukseskan pelaksanaan amanah yang agung ini maka dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki iman yang kuat, keikhlasan, hamasah yang membara dan amal yang mustamir.
URGENSI BERDA’WAH
· Berda’wah bertujuan dan berorientasi pada perbaikan individu muslim, pembentukan keluarga muslim, pembinaan masyarakat Islam, pembebasan tanah air dan hegemoni asing, perbaikan hukuman (pemerintahan) agar menjadi hokum islamiah yang senantiasa mempehatikan kemaslahatan umat menjadi “ustadziatul ‘alaan” (soko guru dunia) yang merupakan risalah para nabi dan rasul.
· Berda’wah juga merupakan kewajiban syar’I yang harus dilakukan oleh setiap umat islam. Kalau nggak percaya sok atuh buka Qs.3:104 J.
· Da’wah juga merupakan kebutuhan masyarakat. KENAPA? Karena dengan da’wah maka masyarakat mampu memahami nilai-nilai kebenaran Islam, mampu membedakan antara yang haq dan yang bathil serta dapat mengaplikasikan ajaran islam ini melalui sentuhan lembut tangan para da’I yang bijak, para penunjuk jalan yang tegar dan para mubhaligh yang sabar.
Jadi jelaskan Saudaraku sekalian bahwasannya sebagai seorang muslim yang notabene memegang identitas Islam harus berpartisipasi dalam mengemban amanah da’wah ini. Apalagi kita sebagai pemuda, dimana kita harus dinamis dalam membangun jaringan da’wah dan pro aktif dalam memperbaiki masyarakatnya. Dan kalau saya boleh mengutip puisinya Imam Syafi’I, beliau berkata : “ Siapa yang tidak mau ta’lim (da’wah/membina) pada masa mudanya, maka takbirkan kepadanya empat kali takbir. Karena ia telah (mati sebelum ia mati)”
NAKHTALITHU (BERBAUR DAN BERINTERAKSI)
Setelah kita memahami urgensi berda’wah diatas dan kita mampu mengislahkan diri kita dan mempersiapkan bekal dakwah yang memadai baik itu dari segi ruhiyah, jasadiyah maupun aqliah maka saatnya kita harus bergaul (nakhtalith) dengan masyarakat untuk menyerukan nilai-nilai kebenaan islam. Kita pun harus proaktif dalam melakukan interaksi social ditengah masyarakat untuk menebarkan cahaya islam (Qs 6:122)
Hal diatas itu tidak akan terrealisasi kecuali dengan tiga hal yaitu ;
· Umuumud di’aayat (gencarnya dan tersebarnya pesan sponsor da’wah yang membentuk opini umum)
· Katsratul anshaar (banyaknya pendukung yang mampu membentuk jaringan-jaringan da’wah)
· Matanatut takwiin (kekokohan pembinaan yang mampu membangun wajihat-wajihat amal)
NATAMAYAZU (tampil beda dan istimewa)
Kita semua tahu disaat kita berinteraksi dan berda’wah ditengah-tengah masyarakat kita akan berhadapan dengan berbagai macam watak, sikap, budaya dan nilai-nilai social yang jauh dari bingkai moral keagamaan. Bahkan mungkin karena perbedaan yang terjadi itu kita menjadi larut dalam kebiasaan yang tidak islami tesebut dan bisa jadi kita menjadi lupa dengan prinsip kebenaran islam yang selama ini dipupuk (Na’uidzubillahi min dzalik).
Karena itu meskipun kita berinteraksi dengan seluruh lapisan masyarakat, kita harus mempertahankan prinsip kebenaran islam. Untuk itulah kita harus memiliki benteng ‘mumaayazah wa muwaashalah’ (pembeda dan pembatas) yang mampu menjembatani antara diri kita dan nilai-nilai destruktif yang tejadi didalam masyarakat.
Ingat prinsip da’wah kita adalah ‘nakhtalithu wa lakin natamayyazu’ (berinteraksi tanpa terkontaminasi). Sebagaimana firman Allah dalam Qs 5:48 dan Qs 23:71.
Oleh karena itu seorang kader sebelum terjun dalam medan da’wah harus membekali dirinya dengan bekal ruhiah yang kokoh selan bekal ilmiah dan manajerial.
Jadi sahabatku, mulai saat ini Insya Allah tidak ada lagi perasaan takut untuk pulang ke kampung halaman, takut untuk terjun ke dunia pasca kampus (soalnya ini saya alami juga loh ), hanya karena kita takut setibanya kita disana maka ghiroh kita akan turun ataupun kita futur. Justru da’wah kita sebenarnya adalah disana, mari kita ajak keluarga kita, ayah, ibu, kakak, adik maupun saudara-saudara kita untuk dapat dan turut pula merasakan indah dan damainya islam. Ingat!! kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak pernah mencoba. Memang dalam berda’wah itu sangat membutuhkan kesabaran dan penuh dengan lika liku. Tapi Ingat kita punya ALLAH SWT yang senantiasa menolong hamba-Nya yang bersabar, karena itu mintalah doa padanya. Karena doa adalah harapan. Dan harapan adalah masa depan dan sumber kekuatan. Harapan pula merupakan nikmat yang tidak diberikan kepada musuh Allah. Wallahu’alam bi showab. (Hamba Allah yang dhaif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas commentnya