MENGASUH DENGAN SAYAP PATAH : Problematika Pengasuhan ’Single Parent’ (FOR US #3)
Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru | Ahad, 18 Desember 2016
Fasilitator: Ust Bendri Jaisyurrahman
Notulis: Aldiles Delta Asmara
RINGKASAN MATERI
Ibarat burung yang punya dua sayap, anak membutuhkan keduanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan IBUnya. Mengasuh dengan sayap patah bukan sebuah vonis kelak anak dari ‘single parent’ akan gagal. Ambil hikmah dari kisah Hanna (ibunda dari Maryam) yang mengasuh dengan sayap patah karena ditinggal wafat Imron sejak Maryam dalam kandungan. Hanna tetap mengasuh Maryam hingga namanya tercatat dalam Al Qur'an sebagai wanita suci.
3 Jenis ‘single parent’
a. Terpisah karena kematian.
Inspirasi : Hanna, ibunda dari Maryam. Meski menjadi keluarga dengan ‘single parent’ sebab ditinggal wafat sang ayah, Allah jadikan keluarga Imron sebagai salah satu keluarga terbaik yang tercatat dalam Al-Qur'an. Simak Q.S Ali-Imron: 33 "Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)". Allah takdirkan Imron tidak sempat mengasuh anaknya, namun sang anak menjadi wanita terbaik dan juga disebut Allah dalam Al-Qur'an sebagai wanita suci.
Aminah, ibunda dari Rosulullah pun merupakan contoh ibu yang mengasuh anak seorang diri namun anaknya menjadi lelaki terbaik sepanjang zaman. Maka ‘single parent’ bukan penghalang mencetak generasi yang baik, dan ‘single parent’ bukan status pemakluman 'nakal'nya anak.
b. Terpisah karena hubungan nikah, perceraian.
Hukum dasar perceraian adalah haram kecuali dengan sebab-sebab yang dibolehkan Allah. Maka berhati-hatilah sebelum memutuskan bercerai. Dalam kisah orang-orang shaleh terdahulu, belum ditemukan kisah pengasuhan dari orangtua yang bercerai.
c. Terpisah karena waktu yang lama
Inspirasi: kisah nabi Ibrahim alaihissalam yang sangat sedikit berinteraksi dengan anaknya Ismail. Namun ia menjadi anak yang taat kepada Allah dan juga seorang Nabi. Begitu pun dengan Farukh, suami dari ummu Robi’ah, ayah dari Robi’ah Ar Ra’yi, yang pulang hanya 30 tahun sekali namun mampu mengasuh Robi’ah menjadi salah satu guru Imam Malik.
Bagaimana pola asuh yang diterapkan Ibrahim dan Farukh hingga mampu mencetak anak terbaik pada zamannya meskipun mereka terpisah jarak jauh dari anaknya?
Catat. Ada kebutuhan anak yang harus kita penuhi:
a. Cinta dan perhatian
Cinta dari ibu menentramkan sedang cinta ayah menguatkan. Anak yang tak tercukupi cintanya akan mencari cinta lain di luar keluarga, atau menagihnya lewat perilaku yang tidak menyenangkan. Dan cinta orangtualah yang akan membuat anak kembali meskipun ia pernah 'melangkah jauh' menjadi anak yang kurang baik.
Inspirasi : Kisah Ustadz Jefri al Bukhari (rahimahullah) yang kita tahu bagaimana sosok berandalnya sebelum menjadi da'i. Namun cinta sang ibu mampu membuat seorang Jefri kembali ke jalan kebenaran. Hilangnya cinta orangtua menyebabkan anak-anak mencari perhatian. Maka berbahaya jika ternyata anak justru mendapatkan cinta dari orang-orang yang salah atau buruk perilakunya.
b. Materi
Diakui atau tidak, materi menjadi sangat penting dalam kebutuhan mengasuh anak. Maka jangan pelit dan perhitungan terhadap kebutuhan anak.
c. Stimulan fisik dan akal.
Anak laki-laki harus diberi stimulan oleh laki-laki, dampak dari anak laki-laki yang tidak mendapatkan stimulan langsung oleh laki-laki dewasa adalah kelak ia akan menjadi lelaki yang gemulai. Selain stimulan fisik, orangtua juga wajib memberi stimulan akal pada anak.
Bagaimana menjalani peran dengan baik sebagai orangtua?
1. Sadari bahwa tidak ada “Super Parent”
Sebagai orangtua terutama ibu, kita wajib mengakui kelemahan diri bukan malah melemah-lemahkan diri di hadapan anak dan orang lain. Banyak orangtua terbebani mengasuh anak sebab ingin menjadi orangtua sempurna, padahal memaksa diri menjadi sempurna tanpa ada kesalahan sedikitpun dapat membuat orangtua stres dan menganggap dirinya gagal mengasuh.
Kesadaran diri bahwa tidak ada orangtua yang sempurna memberikan banyak hikmah bagi diri orangtua dan anak:
- Anak akan belajar bahwa ia hidup bukan untuk menjadi yang sempurna tapi ia harus terus memperbaiki diri setiap saat. Inilah fitrah manusia. Dan pelajaran hidup yang teramat penting tersebut anak dapatkan dari orangtua yang sadar bahwa ia bukan “Super Parent”.
- Kesadaran atas ketidaksempurnaan selaku orangtua mendorong kita mengukur kelemahan yang ada pada diri untuk kemudian ditutup dengan kekuatan yang kita miliki.
2. Merawat diri
a. Senantiasa menjaga emosi dan berpikir positif.
Anak mendapat limpahan energi yang dicurahkan dari ayah dan ibu. Saat membersamai anak, orangtua harus menjaga pikiran dan emosi tetap positif. Emosi ibarat bau badan. Jika ia wangi atau positif maka anak akan nyaman berada di dekat orangtua. Namun jika orangtua memiliki emosi negatif, anak akan menjauh dan menarik diri dari orangtua.
b. Memiliki “Me Time” yang cukup
Meskipun berstatus ‘single parent’, orangtua terutama ibu harus memiliki 'me time' yang digunakan sebagai waktu mengevaluasi dan ‘treatment’ untuk emosinya.
c. Manajemen marah dan sedih
Anak-anak yang kita asuh tidak boleh merasakan sedih yang ditularkan dari kesedihan kita selaku orangtua. Sebab mereka telah menanggung bebannya sendiri; beban tak lengkapnya orangtua, juga beban ketiadaan ayah untuk mengadu dan berlindung saat ia sedih dari ibu (begitupun sebaliknya). Orangtua ‘‘single parent’’ boleh menceritakan kesedihan dan kesulitan yang dirasa sebagai orangtua tunggal kepada anak tetapi jangan terlalu sering. Tuangkan saja kesedihan itu kepada Allah (saat sholat malam), dan jangan berlarut-larut menunjukkan kesedihan tersebut di depan anak.
3. Memberikan kebutuhan cinta
Berpisah dengan pasangan tidak boleh memisahkan cinta anak dengan mantan pasangan kita. Hindari menceritakan keburukan mantan pasangan pada anak. Anak hanya boleh mendengar yang baik-baik tentang orangtuanya agar tidak tumbuh kebencian terhadap orangtuanya. Hal ini juga wajib dipegang teguh oleh pasangan LDR (long distance relationship), seperti dicontohkan oleh Hajar istri Nabi Ibrahim alaihissalam. Ia tak pernah bercerita buruk tentang Ibrahim yang meninggalkan dirinya dan bayi Ismail di padang gurun nan gersang. Sebab anak tidak boleh mendapatkan cerita keburukan tentang ayah/ibunya.
Orangtua yang telah berpisah jangan memanas-manasi anak untuk benci kepada salah satu orangtuanya. Jika dilakukan artinya kita sedang menyiapkan anak melakukan dosa besar, yaitu durhaka kepada orangtua.
Ajarkanlah anak agar hormat kepada mantan pasangan kita, meskipun mantan bersikap buruk terhadap kita. Katakan bahwa seburuk apapun kelakuannya ia tetap orangtua dari anak kita yang wajib dihormati dan didoakan. Jangan bebani anak saat konflik terhadap pasangan agar ia mejadi anak sholih yang berbakti kepada orangtuanya.
4. Berikan waktu yang cukup.
Hal termewah yang dibutuhkan anak adalah waktu berkualitas bersama orangtuanya. Bukan sekadar banyaknya pertemuan, tapi orangtua harus memberi kesan baik saat bertemu. Tak hanya mendampingi atau menemani anak bermain namun orangtua wajib terlibat dalam segala aktivitas yang dilakukan anak agar ia merasa orangtua hadir secara utuh untuk dirinya. Jangan terburu-buru saat bermain dengan anak. Jauhkan segala gangguan yang dapat menghilangkan/memecah perhatian kepada anak. Jauhkan ‘gadget’, atau apapun ketika sedang bersama anak. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah yang selalu total menghadirkan dirinya saat sedang bersama anak-anak.
5. Berikan stimulan yang tepat
Ibu ‘single parent’ harus menyadari bahwa ia butuh pihak lain dalam mengasuh. Putra kita butuh figur laki-laki dewasa agar tumbuh sikap maskulinnya. Sedangkan putri kita butuh sosok laki-laki dewasa agar sebagai perempuan ia mampu bersikap tegas, tidak mudah dibohongi laki-laki yang tidak dikenalnya. Mari belajar dari pengasuhan yang dilakukan Hanna, istri Imran dan ibu dari Maryam. Meski sang suami telah meninggal sejak Maryam dalam kandungan, tetapi Maryam tidak kehilangan sosok laki-laki baik dalam kehidupannya. Sebelum wafat, Imran mengamanahkan putrinya itu pada Zakaria. Maka Zakaria menjadi figur lelaki bagi Maryam, hingga Maryam menjadi wanita suci yang namanya tercatat dalam Al-Qur'an. Hal ini juga dilakukan oleh Aminah, ibunda dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Meski ditinggal mati sang ayah, sosok Muhammad kecil tetap mendapatkan figur laki-laki dari kakek kemudian pamannya. Pengasuhan ini membentuk karakter Muhammad kecil hingga dewasa.
Maka ibu ‘single parent’ perlu mencarikan sosok laki-laki bagi anak. Sebab anak yang hidup tanpa sosok ayah/laki-laki yang baik akan menjadi anak peragu yang tidak mampu/lemah membuat keputusan dalam hidupnya. Ambillah figur tersebut dari laki-laki terdekat sang ibu untuk menguatkan jiwa anak, misalnya adik/kakak laki-laki dan paman/kakeknya. Jika tidak ada dari kerabat terdekat ibu, maka ambil dari guru laki-laki yang dipercaya ibu dan keluarga, namun tetap dalam pengawasan.
6. Buka jaringan
Ibu yang ‘single parent’ sama seperti ibu lainnya. Ia membutuhkan lingkungan dan komunitas yang dapat membantunya bangkit kala jatuh dan memberikan ilmu tentang pengasuhan bagi anaknya.
7. Doa yang sungguh-sungguh
Jangan pernah meremehkan kekuatan doa. Sebab doalah yang menjaga Ismail alaihissalam dan menjadikan ia anak sholeh meskipun Ibrahim alaihissalam berjauhan dengannya dan hanya sesekali bertemu dengannya. Doa yang kita panjatkan dapat mengetuk pintu langit jika dilakukan berkali-kali, maka jangan pernah lelah dalam berdoa. Sebab doa yang orangtua ucapkan boleh jadi tidak berdampak langsung ke anak namun berdampak pada cucu ataupun cicit. Seperti doa yang dipanjatkan oleh Hanna, ibunda dari Maryam, diabadikan dalam Q.S Ali-Imron 3: 35, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Doa ini Hanna ucapkan untuk bayi yang ada dalam kandungannya, Maryam. Dan ternyata doa ini Allah kabulkan untuk putra Maryam, Isa Alaihissalam, cucu Hanna.
Doa pula yang mengantar keturunan Ibrahim alaihissalam menjadi apa yang ia harapkan, simak Q.S Al Baqoroh 2:129, "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana."
Doa Nabi Ibrahim alaihissalam baru menembus langit empat ribu tahun kemudian, yaitu dengan lahirnya Rosulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka jangan pernah lelah dan bosan dalam berdoa, duhai orangtua.
KESIMPULAN
Kita perlu mengakui dan menyadari bahwa tak ada orangtua sempurna. Yang ada hanyalah orangtua yang selalu belajar dan memperbaiki diri. Ada dua hal yang harus dilakukan oleh orangtua tunggal.
1. Persepsi
Orangtua tunggal yang memegang hak asuh anak jangan merusak persepsi anak tentang orangtuanya. Jika anak sudah telanjur berpersepsi rusak pada orangtua berdasarkan pengalaman sendiri, maka segera perbaiki persepsi anak meskipun hati kita berat melakukannya. Maka jangan enggan mendoakan mantan di depan anak agar anak terketuk untuk melakukannya bagi orangtua.
Jangan sungkan untuk selalu bertanya pada anak tentang kita (evaluasi) "Menurut kamu ibu gimana? Apa ibu sudah jadi ibu yang baik?" agar kita mengetahui apakah apa yang kita lakukan sesuai dengan harapan anak kepada kita. Jangan sampai kita mati-matian menganggap kita sudah melakukan semua demi anak namun ternyata anak menganggap kita sebagai ibu yang buruk. Na’udzubillah.
2. Stimulan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa anak laki-laki kita butuh stimulan laki-laki. Anak perempuan kita butuh stimulan perempuan. Begitupun sebaliknya. Perlakukan anak sesuai fitrahnya.
SESI DISKUSI
Penanya 1:
Bagaimana memanajemen semua kebutuhan anak terkait materi dan cinta?
Tanggapan peserta:
- Ibu harus berpikir dan berencana mencari pekerjaan dengan waktu kerja relatif sedikit agar bisa membagi waktu untuk anak. Misalnya tahun-tahun pertama menjadi karyawan sambil berencana membuka bisnis di rumah agar bisa mendampingi anak.
- Buat perjanjian dengan mantan agar ia tetap menafkahi anak yang kita asuh. Meski bekerja, kita tetap memantau anak agar ia merasa kita selalu ada untuknya. Dan saat hari libur berilah ‘quality time’ untuk anak.
- Berbagi pengalaman sebagai sesama ‘single parent’ karena suami meninggal: menjadi pegawai itu tak bisa keluar kerja seenaknya. Solusinya, buat komitmen bersama anak-anak agar tak ada dusta dalam keluarga. Di tempat kerja, profesional sebagai pekerja, saat di rumah profesional menjadi ibu. Jika masih kesulitan juga, baiknya cari asisten yang terpercaya untuk membantu mengasuh anak.
Tanggapan ustadz Bendri:
Poin utama dari cinta bukan seberapa banyak, tapi seberapa berkesan. Sebab cinta adalah persepsi. Seringlah bertanya kepada anak "Menurut kamu mama gimana?". Ambil inspirasi dari kisah putra nabi Ya’qub alaihissalam. Konflik yang dialami anak-anak nabi Yaqub dengan Yusuf adalah soal persepsi. Ya’qub mencintai semua anak, namun anak-anaknya memiliki persepsi bahwa Ya’qub hanya sayang pada Yusuf seorang.
Buat momen pertemuan senantiasa berkesan bagi jiwa anak, meski tak banyak. Jika anak lebih dari satu, ambil saat bersama hanya berdua bergiliran tiap anak, buat jadwal pertemuan. Jangan bosan menunjukkan ekspresi cinta kepada anak.
Konsekuensi jarangnya pertemuan adalah dengan melebihkan pemberian materi untuk anak, fasilitasi anak untuk belajar dan banyak kegiatan. Seperti yang dilakukan Abdul Aziz, ayah dari Umar bin Abdul Aziz. Ia memberi anaknya uang untuk belajar seribu dinar atau senilai 2 milyar rupiah dalam sebulan. Juga Farukh (ayah Robi’ah ar Ra’yi) yang meninggalkan anak dan istri 30 tahun untuk berjihad dengan meninggalkan tiga puluh ribu dinar yang dipakai istrinya untuk pendidikan sang anak.
Penanya 2:
Bagaimana agar anak mendapat sosok laki-laki yang telah ditinggal wafat ayahnya??
Tanggapan peserta:
Jika memang tidak ada sosok yang dapat memberikan figur laki-laki kepada anak, maka cukup kita yang menguatkannya.
Tanggapan Ustadz Bendri:
-Jika berniat menikah lagi, cari laki-laki yang dapat memenuhi kebutuhan anak atas figur laki-laki. Jika tidak ingin menikah lagi, biasakan dan kondisikan agar anak laki-laki berteman dengan laki-laki baik yang sebaya dengan dirinya agar ia bisa mengambil contoh dari teman-temannya. Atau kita bisa menunjuk satu guru laki-laki untuk memberikan penguatan bagi anak laki-laki kita.
Penanya 3:
Memanggil guru laki-laki ke rumah untuk anak apakah sudah tepat? Lalu saat masuk waktu shalat, saya (ibu) yang menemani anak laki-laki sholat di masjid karena tidak ada sosok laki-laki di rumah. Bagaimana hukumnya?
Tanggapan Ustadz Bendri:
Fitrah Al Qowwam (kepemimpinan) adalah fitrah yang tidak boleh hilang dari anak laki-laki. Jangan merumahkan anak laki-laki, justru ia harus lebih sering di luar rumah. Jangan sampai niat kita melindungi anak justru menghilangkan fitrahnya. Ajarkan anak untuk mendatangi guru bukan didatangi guru. Sebab ilmu itu didatangi, bukan didatangkan.
Mendampingi anak laki-laki ke masjid boleh dilakukan, hal ini dicontohkan oleh ibundanya Imam Ahmad.
Penanya 4:
Saya berusaha agar anak melupakan ayahnya, salahkah saya?? Ayahnya tidak pernah kembali, bolehkah jika suatu hari anak menikah, saya tidak beri haknya menjadi wali nikah anak perempuan saya?
Tanggapan Ustadz Bendri:
Ayah kandung tidak tergantikan sebagai wali. Jika tidak dinikahkan oleh ayah kandungnya, berarti pernikahan anak perempuan ibu tidak sah dan ibu berkontribusi membuat anak ibu berzina. Jika terasa berat bertemu mantan di pernikahan anak perempuan ibu, sampaikan ke mantan suami agar ia melakukan Tawkil/memberikan hak walinya kepada wali hakim.
Ingat prinsip dasar, bahwa anak berbakti kepada orangtua bukan sebagai balas jasa, tetapi karena Allah yang memerintahkan. "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya..." Q.S Al-Isra’ 17: 23.
Jangan berkontribusi membuat anak bermaksiat pada ayah tersebab seringnya kita bercerita buruk tentang ayahnya. Paksakan diri berkata pada anak "Bagaimanapun kelakuannya, dia tetap ayahmu dan kamu wajib menghormatinya".
Hadiri For Us (Forum Usroh) #4 Ahad 15 Januari 2017 “Agar Anak Kita Tak Menjadi Gay & Lesbian” bersama Sinyo Egie, pegiat Peduli Sahabat. Gabung di grup FB www.facebook.com/groups/forumusroh