Kamis, 23 April 2015

Renungan Tuk Suami dan Istri

BAGI PARA SUAMI DAN PARA ISTRI BACA HINGGA TUNTAS!!!!

“Assalaamu’alaikum…!” Ucapnya lirih saat memasuki rumah.

Tak ada orang yang menjawab salamnya. Ia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur. Biar malaikat yang menjawab salamku,” begitu pikirnya.

Melewati ruang tamu yang temaram, dia menuju ruang kerjanya. Diletakkannya tas, ponsel dan kunci-kunci di meja kerja.

Setelah itu, barulah ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Sejauh ini, tidak ada satu orang pun anggota keluarga yang terbangun. Rupanya semua tertidur pulas.

Segera ia beranjak menuju kamar tidur. Pelan-pelan dibukanya pintu kamar, ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya.

Benar saja istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadirannya.

Kemudian Amin duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dalam-dalam wajah Aminah, istrinya.

Amin segera teringat perkataan almarhum kakeknya, dulu sebelum dia menikah.

Kakeknya mengatakan, jika kamu sudah menikah nanti, jangan berharap kamu punya istri yang sama persis dengan maumu. Karena kamu pun juga tidak sama persis dengan maunya.

Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.

Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, maka lihatlah ketika istrimu tidur....

“Kenapa Kek, kok waktu dia tidur?” tanya Amin kala itu.

“Nanti kamu akan tahu sendiri,” jawab kakeknya singkat.

Waktu itu, Amin tidak sepenuhnya memahami maksud kakeknya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, karena kakeknya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.

Malam ini, ia baru mulai memahaminya. Malam ini, ia menatap wajah istrinya lekat-lekat. Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya. Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima. Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat. Pancaran tulus dari kalbu.

Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan. Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.

Dalam batin, dia bergumam,
“Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis yang leluasa beraktivitas, banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Aku yang menjadikanmu seorang istri. Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit. Memberikanmu banyak batasan, mengaturmu dengan banyak aturan.

Dan aku pula yang menjadikanmu seorang ibu. Menimpakan tanggung jawab yang tidak ringan. Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.

Wahai istriku, engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, aku yang memberikan beban di tanganmu, dipundakmu, untuk mengurus keperluanku, guna merawat anak-anakku, juga memelihara rumahku.

Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anak-anakku, kau tanggalkan segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku, kau buang egomu untuk menaatiku, kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.

Wahai istriku, di kala susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Bila gundah, kau penyejuk hatiku. Kala bimbang, kau penguat tekadku. Jika lupa, kau yang mengingatkanku. Ketika salah, kau yang menasehatiku.

Wahai istriku, telah sekian lama engkau mendampingiku, kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki.

Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu?
Dengan alasan apa aku perlu marah padamu?
Andai kau punya kesalahan atau kekurangan, semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan airmata.

Akulah yang harus membimbingmu. Aku adalah imammu, jika kau melakukan kesalahan, akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu, itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.

Maafkan aku istriku, kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan. Mari kita bersama-sama untuk membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan keridhoan Allah swt.

Segala puji hanya untuk Allah swt yang telah memberikanmu sebagai jodohku.”

Tanpa terasa air mata Amin menetes deras di kedua pipinya. Dadanya terasa sesak menahan isak tangis.

Segera ia berbaring di sisi istrinya pelan-pelan. Tak lama kemudian ia pun terlelap.

***

Jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali.

Aminah, istri Amin, terperanjat
“Astaghfirullaah, sudah jam dua?”

Dilihatnya sang suami telah pulas di sampingnya. Pelan-pelan ia duduk, sambil memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan.

“Kasihan suamiku, aku tidak tahu kedatangannya. Hari ini aku benar-benar capek, sampai-sampai nggak mendengar apa-apa. Sudah makan apa belum ya dia?” gumamnya dalam hati.

Mau dibangunkan nggak tega, akhirnya cuma dipandangi saja. Semakin lama dipandang, semakin terasa getar di dadanya. Perasaan yang campur aduk, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya hatinya yang bicara.

“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku. Aku telah yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku. Begitu besar harapan kusandarkan padamu. Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.

“Wahai suamiku, ketika aku sendiri kau datang menghampiriku. Saat aku lemah, kau ulurkan tanganmu menuntunku. Dalam duka, kau sediakan dadamu untuk merengkuhku. Dengan segala kemampuanmu, kau selalu ingin melindungiku.

“Wahai suamiku, tidak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku. Tidak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu. Sulit dan beratnya mencari nafkah yang halal tidak menyurutkan langkahmu. Bahkan sering kau lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anak-anak.

“Lalu, atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu, dengan alasan apa aku tidak berbakti padamu? Seberapapun materi yang kau berikan, itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu.

Jika kau belum sepandai da’i dalam menasehatiku, tapi kesungguhanmu beramal shaleh membanggakanku.
Tekadmu untuk mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Allah membahagiakanku.

“Maafkan aku wahai suamiku, akupun akan memaafkan kesalahanmu.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah mengirimmu menjadi imamku. Aku akan taat padamu untuk mentaati Allah swt. Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridho-Nya..”

Rabbana hablana min  azwajina wa dzurriyatina qurrota'ayun waj'alna lil .. muttaqiina imaamaa.

Maintainance Tools (Part 2)

Psycho Coffee Morning ☕

Oleh : Ani Ch, penulis buku & praktisi pendidikan keluarga

Rabu, 15 April 2015

Maintainance Tools (Part 2)

🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰

Vino masih tidur, ketika maminya masuk ke kamar kostnya, Vino tak bangun sama sekali..

"Aduuh...ini pintu nggak dikunci, kamar berantakan, ini buku2 pada berserakan di lantai..mangkuk mie..bungkus makanan...aduuuh..ini pasti abis begadang" gumam si mami.

Akhirnya mami beresin kamar Vino, mami sampe tutup hidung, ada sisa maknan bau, handuk basah tidak dijemur, baju kotor numpuk di gantungan belakang pintu. Bahkan di kamar mandi, pasta gigi berceceran krn tdk ditutup, sampo tumpah, lantai licin krn tdk dibersihkan..2 jam lebih mami bersih2, dan akhirnya Vino terbangun...

"Woooaaahh...lho, mami...kapan dateng? Woooww, kamarku bersih sekali, mami abis bersih2 ya?"

"Kamu itu..sudah kost..harusnya latihan hidup mandiri, lebih rapi..sama aja, gak berubah..sampe kapan kamu begini? Kalo gak ada mami, mau berantakan terus..nanti kalau kamu sudah menikah, rumahmu akan berantakan begini juga?" Kata mami nyerocos.

"Ya nggak lah mi...ntar kalo aku nikah, kan ada istriku yg beres2 rumah" sahut Vino asal njawab aja...

Vino..oh vino...malang nian istrimu kelak...

🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰

Teman, kenapa malang nasib istrinya kelak? Karena dia harus mengambil peran dominan dlm mengurus rumah, akan sulit melakukan pembagian tugas rumah tangga dg Vino..karena sejak kecil, Vino telah terbiasa dibantu maminya mengatur tetek bengek kamarnya. Kemandirian fisiknya tdk tuntas krn 'terlalu banyak dibantu', sehingga cenderung tdk bisa dlm mengatur kamrnya sendiri, tidak rapi, tdk ada yg pada tempatnya, bahkan tdk peduli dg kekotoran yg mengganggu.

Teman, inilah satu lagi hal kecil yg perlu secara serius kita latih pd anak2, agar tdk jadi kebiasaan buruk yg terbawa hingga besar, yaitu pembiasaan mengelola barang di kamar. Kita sebut saja latihan pembiasaan Manajemen Kamar.

🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰

Manajemen Kamar artinya mengelola segala sesuatu yg ada di dalam kamar. Berikut inilah beberapa aspek kamar yg perlu dikelola,
🚪Membiasakan anak utk meletakkan setiap benda di tempatnya. Buku di rak buku, segala alat tulis di meja belajar, baju bersih di lemari, baju kotor di tempatnya, gunting, hanger, tissue, sabun sampo di tempatnya, pasta gigi sikat gigi di tempatnya, dll.
🚪Membiasakan anak utk merawat kebersihan & kerapian kamar, menyingkirkan sampah & membuang di tempatnya, membuka jendela setiap pagi, menutupnya ketika malam, menata selimut, bantal, guling & sprei ketika bangun di pagi hari & merapikan barang2 di kamar setiap kali akan meninggalkan kamar.
🚪Membiasakan anak untuk memiliki pembagian waktu ketika di kamar, kapan bangun, berapa lama mandi, berdandan, beres2, kapan belajar, kapan tidur, berapa lama nonton tv, sampai jam brp boleh akses hp, internet, & gadget2. Dan diskusi dg anak, tentang bagaimana ortu perlu mengingatkan anak jika tdk tepat jadwal.
🚪Membiasakan anak utk siap menerima siapa saja di kamarnya walaupun dia tetep boleh punya privasi. Jika ortu ingin mengobrol, bisa masuk. Jika ada adik/kakak minta tolong maka siap membantu, jika ada tamu siap berbagitempat tidur dengannya.

🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰🚪⏰

Teman..membiasakan anak mengelola kamar dg baik adalah sebuah simulasi baginya agar kelak bisa "mengelola rumah", tdk peduli laki2 atau perempuan..akan berumah tangga kan..latihan mengelola rumag dg mengelola kamarnya sendiri, dan bayangkan jika aspek2 kamar di atas bisa dilatihkan pada anak, akan sangat dahsyat dlm membentuk karakternya..
⏰ Anak akan belajar meletakkan segala sesuatu di tempatnya, bukan hanya utk barang2 tapi utk segala urusan..artinya dia akan mudah mencari barangnya, juga mudah menata pikiran dlm memandang urusan yg ditangani..gak mudah bingung.
⏰ Anak akan belajar utk menjaga & merawat, bukan hanya barang2 tapi juga menjaga orang2 yg kelak jadi tanggung jawabnya.
⏰ Anak akan belajar utk punya jadwal, untuk membagi waktunya, utk melaksakan jadwalnya, utk punya komitmen dg rencana yg dibuat sendiri.
⏰ Anak akan belajar menerima orang lain, bahkan bisa melayani kebutuhan org lain, bisa jadi org yg memuliakan tamu jika nanti sudah punya rumah sendiri.

Weeew, Agak lebay? Tidak teman...sungguh bahwa perubahan sikap, pembangunan karakter anak harus dimulai dari hal2 yg kecil ini..sukses utk yg kecil, mudah utk mencapai yg besar.

Dia yang beradab tinggi dalam menasihati

#NasehatDiri | Dia yang beradab tinggi dalam menasehati

🌾بسم الله الرحمن الرحيم🌾

🔄Tingkat kebutuhan kita terhadap nasehat...Sering kali berbanding terbalik dengan rasa  suka hati terhadapnya.

↔Kadang kita fasih bicara, tapi gagap beramal. Maka ba’da iman dan amal shalih, hidup saling mendo’a dan mengingatkan itu jelita.

👣Iman menuntunmu menasehati kawan yang keliru. Tapi syaitan membisqikkan cara penyampaian yang membuat jauh dari kebenaran.

💡Orang berilmu menjaga lisannya karena Allah, Jika takjub pada bicaranya, dia diam. Jika takjub pada diamnya, dia berbicara.
(Imam Adz Dzahabi)

👳Adalah Imam Ahmad, agung dalam mengamalkannya. 🎬Inilah yang dikisahkan Harun Ibn Abdillah Al-Baghdadi:

👉 Di satu larut malam pintuku diketuk orang. Aku bertanya, “Siapa?”. Suara di luar lirih menjawab, “Ahmad!”.  Kuselidik, “Ahmad yang mana?” . Nyaris berbisik kudengar, “Ibnu Hanbal!” . Subhanallah, itu Guruku!

🚪Kubukakan pintu, dan beliau pun masuk dengan langkah berjingkat; kusilakan duduk, maka beliau menempuh hati-hati agar kursi tak berderit.

❓Kutanya, “Ada urusan sangat pentingkah sehingga engkau duhai Guru, berkenan mengunjungiku di malam selarut ini?” .

Beliau tersenyum. 😊“Maafkan aku duhai Harun,”  ujar beliau lembut dan pelan, “aku terkenang bahwa kau biasa masih terjaga meneliti hadits di waktu semacam ini.

Kuberanikan untuk datang karena ada yang mengganjal di hatiku sejak siang tadi.”

😨Aku terperangah, “Apakah hal itu tentang diriku?”

Beliau mengangguk.

“Jangan ragu,” ujarku,”sampaikanlah wahai Guru, ini aku mendengarkanmu.”

❗“Maaf Harun,”  ujar beliau, “tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kaubacakan hadis untuk mereka catat. Kala itu mereka tersengat terik mentari, sedangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan begitu duhai Harun, duduklah dalam keadaan yang sama, sebagaimana muridmu duduk.”

Aku tercekat, tak sanggup menjawab. Lalu beliau berbisik lagi, pamit undur diri.

Kemudian melangkah berjingkat, menutup pintu hati-hati.

Masya Allah, inilah Guruku yang mulia, Ahmad bin Hanbal. Akhlak indahnya sangat terjaga dalam memberi nasihat dan meluruskan khilafku.

Beliau bisa saja menegurku di depan para murid, toh beliau Guruku yang berhak untuk itu. Tetapi tak dilakukannya demi menjaga wibawaku.

Beliau bisa saja datang sore, ba'da Maghrib atau Isya yang mudah baginya. Itu pun tak dilakukannya, demi menjaga rahasia nasihatnya.

Beliau lakukan juga agar keluargaku tak tahu , agar aku yang adalah ayah dan suami tetap terjaga sebagai imam dan teladan di hati mereka.

Maka termuliakanlah Guruku sang pemberi nasihat, yang adab tingginya dalam menasihat menjadikan hatiku menerima dengan ridha dan cinta.

Namun bagaimanapun, nasehat itu permata.

Ada yang ditimpukkan ke muka, digenggamkan ke tangan, atau diselip ke saku bersama senyum. Pokoknya, ambil permatanya.

Salim A. Fillah

Biarkan Nabi yang mengajari Ananda Budi Pekerti

👪👪👪👪👪👪👪👪👪
Obrolan Bareng Keluarga
Edisi 0032: Selasa, 21 April 2015

Topik: "Biarkan Nabi yang mengajari Ananda budi pekerti..."

Prolog:
Ada ortu yg kebingungan menghadapi perilaku anaknya yang semakin tak tertangani, padahal segala keinginannya sudah dituruti. Segala cara dilakukan tak jua membuahkan hasil. Semua teknik pendekatan sudah dilakukan tetapi tak jua ada perubahan...

Apakah karena memang anak-anak jaman sekarang lebih susah diatur daripada anak-anak jaman dulu?
Apanya ya yang salah?
Adakah yang perlu dirubah atau disesuaikan agar setiap orangtua mampu dengan mudah 'menguasai' anak-anaknya???

Pembahasan:
A. Kesalahan jaman ?
"Memang, anak sekarang bandelnya minta ampun. Beda dengan anak2 jaman kita dulu..."
Adakah ortu yg berpikir spt itu, atau kita termasuk diantaranya?

Ungkapan itu tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar !!!

# Anak2 tidak patuh dikarenakan pengawasan & pendampingan ortu yang RAPUH...
# Anak2 selalu membantah disebabkan pemanjaan yang membuat mental LEMAH...
# Anak2 selalu malas beribadah karena tiada suri tauladan dari Bunda dan AYAH...
# Anak2 semakin kurang ajar karena mereka dibiarkan 'belajar' dari Televisi dan Video game yang semakin LIAR...
# Anak2 semakin jauh dari KETAATAN karena tak pernah dikenalkan sosok sang Nabi Teladan...

B. Menjadi orangtua 'canggih'
Tantangan yang semakin 'canggih' seharusnya menjadi dorongan bagi para orgtua untuk menerapkan pendampingan dan pengawasan yg 'canggih' pada anak-anaknya...

Sungguh...
Hantu-hantu teknologi tidak mampu banyak berbuat untuk menyesatkan anak-anak kita jika 'benteng' dalam rumah terbangun kokoh...

C. Mendekatkan Anak dengan Sunnah Nabi.

Semakin terpuruknya mental generasi karena semakin jauhnya mereka dari figur dan tuntunan Nabi.
Selain mengenalkan figur mulia sang Nabi Teladan, setiap orangtua harus mengenalkn sunnah sejak dini dalam aktifitas harian...

Wahai Ayah Bunda ...
1. Ketika engkau menyisir rambut putramu, maka sampaikan kabar padanya bahwa engkau melakukan itu karena Nabi bersabda, "Barangsiapa memiliki rambut maka hendaklah ia memuliakannya."

2. Ketika engkau memberikan wewangian pada tubuh putramu, maka sampaikan padanya bahwa engkau melakukan itu karena mengikuti Nabi yang bersabda, "Dijadikan indah untukku dari dunia kalian parfum dan wanita. Dan dijadikan peyejuk mataku dalam shalat."

3. Ketika engkau menghantar putramu ke sekolah, maka ingatkan ia akan sabda Nabi bahwa, "Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga."

4. Ketika engkau tersenyum pada putramu, maka sampaikan sabda Nabi, "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah."

5. Ketika engkau memuji putramu, maka kabarkan padanya bahwa Nabi bersabda, "Dan kata-kata yang baik itu bernilai sedekah."

6. Ketika engkau mengajaknya duduk di majelis yang didalamnya ada orang-orang tua, maka ajari ia untuk menghormati orang yang lebih tua karena mengikuti Nabi yang bersabda, "Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi anak yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua."

7. Katakanlah: "Nak, Nabi membolehkan ayah/ bunda untuk memukulmu jika kau tak mau shalat. Tetapi ayah sayang padamu. Jadi, bantu ayah biar gak memukulmu ya. Shalatlah karena itu perintah dari Allah dan RasulNya..."

Demikianlah seharusnya kita mengaitkan perilaku kita dan anak kita dengan sunnah dan Siroh Nabi...

Semoga Allah jaga seluruh keluarga kita dengan amal sunnah yang selalu terjaga...

Senin, 20 April 2015

Keluarga Muslim di 3 Bulan Tarbiyah

Sabtu, 16 Juni 2012 04:51
Ditulis oleh Budi Ashari
Keluarga Muslim Di 3 Bulan Tarbiyah

(Rajab, Sya’ban & Ramadhan)

Ramadhan sudah dekat. Alhamdulillah. Musim semi orang-orang beriman itu dinanti karena kebaikan dan kenikmatannya. Tentu hanya orang beriman yang menantinya. Karena jika tidak beriman, Ramadhan hanya beban yang memberatkan dan menghilangkan kenikmatan.

Setiap keluarga mukmin ingin Ramadhannya bertenaga dan berkesan serta meningkat lebih baik. Hanya saja, sering kali kita baru merasakan bahwa Ramadhan kita dan keluarga kurang maksimal setelah berada di penghujungnya.

Salah satu penyebabnya adalah persiapan yang tidak baik. Perjalanan Ramadhan menempuh taman hijau yang menanjak. Indah bagi yang tidak mempedulikan bentuk jalannya. Bagi yang sibuk menilai jalan yang melelahkan itu, maka taman hijau di kanan kirinya hampir tak berarti. Keindahannya. Tak hanya sehari atau dua hari. Juga tidak sekali-kali. Tetapi satu bulan penuh.

Perjalanan seperti itu, bagaimana tidak disiapkan sebaik mungkin perbekalannya.

Pasti. Perjalanan panjang itu memerlukan persiapan yang baik. Gagal pada persiapan, bisa menimbulkan masalah pada perjalanan.

Persiapan itu bukan sibuk mencari tiket jauh-jauh hari. Juga bukan sibuk menghitung budget sepanjang Ramadhan dan pulang kampung. Sehingga sibuk mencari tambahan untuk itu. Persiapan juga bukan memikirkan jenis menu sepanjang Ramadhan.

Kalau demikian, persiapan apa yang diperlukan.

Persiapan itu telah diajarkan Rasulullah pada dua bulan sebelumnya; Rajab dan Sya’ban. Sebagaimana dalam sabda beliau,

عن أسامة بن زيد قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

Dari Usamah bin Zaid berkata: aku bertanya: Ya Rasulullah aku belum pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain, seperti puasamu di bulan Sya’ban.
Rasul menjawab: itu ada bulan yang dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal padanya kepada Robbul ‘alamin. Maka aku ingin amalku diangkat dalam keadaan berpuasa. (HR. Nasa’i, dihasankan oleh Al Albani)

Di dalam hadits ini, Rasulullah mengingatkan kita tentang bulan yang dilupakan yaitu Sya’ban yang ada di antara Rajab dan Ramadhan. Itu artinya, Rajab dan Ramadhan merupakan bulan yang sangat diperhatikan oleh masyarakat Nabi Arab saat itu. Maka mari kita lihat apa yang ada di bulan Rajab, Sya’ban kemudian Ramadhan.

Rajab

Setelah dikaji oleh para ulama, seluruh riwayat hadits tentang keutamaan bulan Rajab, maka inilah dua kesimpulan dua ulama besar di bidang hadits,
Ibnu Qoyyim, “Setiap hadits tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malamnya adalah dusta.” (Al-Manarul Munif hal 96)

Ibnu Hajar, “Tidak ada dalil yang shahih tentang keutamaan Bulan Rajab baik keutamaan untuk puasa atau qiyam.” (Tabyinul ‘Ajab hal 11)

Dengan demikian, tidak amal khusus di bulan Rajab. Sama sekali. Karena beribadah harus berlandaskan dalil yang shahih. Jika tidak, maka kita termasuk orang-orang yang beramal dengan tanpa ilmu. Sebagaimana yang disifati dalam Al Fatihah dengan kata (الضالين/sesat).

Tetapi Bulan Rajab mempunyai keistimewaan seperti yang disampaikan oleh Al Quran. Allah berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. (Qs. at-Taubah: 36)

Dari Abu Bakrah  radhiallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam saat khutbah Haji Wada’ bersabda, “Sesungguhnya waktu berputar sebagaimana hari penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan di antaranya ada empat bulan haram, tiga bulan berturut-turut: Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab mudhar yang ada di antara bulan Jumadi dan Sya’ban." (HR. Bukhari no. 1741 dan Muslim no 1679)

Secara bahasa Rajab berarti keagungan, hal ini karena orang-orang Arab dahulu mengagungkan bulan ini sebagaimana syariat juga menjadikannya sebagai bulan haram (mulia). (Ibnu Faris dalam mu’jam maqayis lughah hal. 445)

Kini kita berada di Bulan Rajab. Salah satu bulan haram (mulia). Apa yang harus kita lakukan pada bulan seperti ini?

Ada dua hal yang harus diperhatikan,

Jangan berbuat dosa padanya, karena akan dilipatgandakan
Allah berfirman:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“maka janganlah kamu menganiaya diri.” (Qs. At Taubah: 36)

Jangan menumpahkan darah padanya
Allah berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar.” (Qs. Al Baqarah: 217)

Poin pertama adalah melakukan kesalahan dan dosa pada diri kita sendiri. Sedangkan poin kedua adalah melakukan kesalahan dan dosa pada orang lain. Keduanya, harus sangat dihindari di bulan mulia ini.

Berarti semangat Rajab adalah: menjaga diri dari dosa.

Sya’ban

Bulan ini disebut Nabi sebagai:

Bulan yang dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan
Bulan diangkatnya amal padanya kepada Robbul ‘alamin
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan tentang amal di waktu lalainya manusia,
“Ibadah di waktu-waktu lalai mempunyai keutamaan di bandingkan waktu yang lain.”

Jadi, Bulan Sya’ban ini mempunyai dua keistimewaan: bulan dilalaikan dan bulan diangkatnya amal. Pada kedua hal tersebut, beramal mempunyai nilai baik. Nabi juga menyampaikan bahwa beliau ingin dicatat seorang yang berpuasa saat pengangkatan amal.

Adapun tindakan Rasulullah dan shahabat di bulan ini adalah:

Banyak Puasa
Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha berkata,

وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

“Dan aku tidak melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyempurnakan puasa satu bulan kecuali Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau puasa paling banyak dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu banyaknya hari-hari di Sya’ban yang dipuasai Nabi dengan puasa-puasa sunnah, hingga dalam riwayat lain Aisyah mengatakan bahwa Nabi puasa satu bulan penuh. Yang dimaksud oleh Aisyah adalah puasa hampir satu bulan penuh.

Jika tidak, jangan lewatkan puasa pertengahan Sya’ban (Al Ayyam Al Bidh)
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَوْ لِآخَرَ أَصُمْتَ مِنْ سُرَرِ شَعْبَانَ قَالَ لَا قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ

Dari Imron bin Hushain radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadanya atau kepada yang lainnya: Apakah kamu puasa Surar Sya’ban?
Dia menjawab: Tidak
Nabi bersabda: Jika kamu berbuka, maka puasalah dua hari. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata Surar/Sarar Sya’ban, para ulama berbeda pendapat apakah awal, pertengahan atau akhir bulan tersebut. An Nawawi menjelaskan hal ini dalam Al Minhaj.

Pendapat yang kuat adalah: pertengahan dan akhir bulan.

Jika maksudnya adalah pertengahan, maka yang dimaksud adalah puasa al ayyam al bidh. Dan jika yang dimaksud adalah akhir bulan, maka yang dimaksud adalah bagi mereka yang biasa berpuasa sunnah, diizinkan untuk puasa di akhir Sya’ban.

Sya’ban adalah bulan Nabi menganjurkan untuk kita isi dengan banyak berpuasa. Jika tidak mampu berpuasa banyak, maka puasalah pada pertengahannya (13, 14, 15) Sya’ban.

Bersihkan kemusyrikan & saling memaafkan
عن أبي موسى الأشعري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

Dari Abu Musa, dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah memeriksa (hamba) di malam pertengahan Sya’ban. Dia mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang yang musyrik atau bertikai.” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani)

Ini satu-satunya hadits yang bisa dijadikan landasan untuk keutamaan malam nisfu Sya’ban.

Allah menurunkan ampunan bagi seluruh orang hamba beriman. Tidak ada amal tertentu yang diperintahkan untuk dilakukan pada malam tersebut. Ini adalah ampunan yang diturunkan Allah begitu saja, sebagai bukti Maha Pengampunnya Allah.

Hanya saja, kita harus membersihkan dari dua hal: Kemusyrikan dan Pertengkaran. Jika salah satunya atau keduanya masih ada dalam diri kita, maka ampunan itu akan terlewatkan.

Jadi, budaya meminta maaf menjelang Ramadhan, lebih bagus jika dilaksanakan sebelum pertengahan Sya’ban.

Batas akhir membayar hutang Ramadhan yang lalu

Bagi yang mempunyai hutang di Ramadhan sebelumnya, diberi keluangan waktu untuk membayarnya hingga bulan Sya’ban tahun berikutnya. Hal ini dilakukan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha,
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ الشُّغْلُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Aisyah radhiallahu anha berkata,
“Saya mempunyai hutang puasa Ramadhan. Saya tidak mampu menggantinya kecuali pada Bulan Sya’ban dikarenakan kesibukanku (melayani) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, semboyan orang beriman di Bulan Sya’ban: Berlatih dan Memperbanyak amal.

Jika dua bulan; Rajab dan Sya’ban kita siapkan sebaik mungkin, maka Ramadhan akan menjadi sangat istimewa. Karena Ramadhan adalah gabungan antara meninggalkan dosa dan hal-hal yang membatalkan Ramadhan dan melakukan amal sebanyak-banyaknya.

Rajab mengajarkan separo yang pertama, sementara Sya’ban mengajarkan separo yang kedua.

Kesimpulan: Apa yang harus dilakukan bagi kita dan keluarga kita untuk menyiapkan diri menghadapi Ramadhan?

Persiapkan ilmu
Rajab: Bulan menahan diri dari dosa
Sya’ban: Bulan melatih diri untuk beramal sebanyak mungkin
Banyak berpuasa di Bulan Sya’ban
Jika tidak mampu berpuasa banyak di Sya’ban, maka puasalah pada al ayyam al bidh (13, 14, 15) Bulan Sya’ban
Sebelum pertengahan Sya’ban pastikan kemusyrikan telah bersih
Sebelum pertengahan Sya’ban pastikan telah terlerai pertengkaran
Segera bayar hutang Ramadhan
Ya Allah bimbing kami...

Minggu, 19 April 2015

4 Cara Mengalahkan Ketakutan Anda

4 Cara Mengalahkan Ketakutan Anda
POSTED ON MAY 15, 2013 UPDATED ON MAY 16, 2013

Berikut 4 cara untuk mengalahkan ketakutan Anda:

1. Mengganti cara berpikir Anda

Anda pernah menghadapai situasi dimana harus memutuskan atau menentukan pilihan, tapi Anda masih ragu karena berbagai pertimbangan, apalagi untuk pengusaha, akan ada pertimbangan seperti “jangan-jangan”, “kalau…..lalu bagaimana?”,”bisakah?”. Berpikir positif memberikan seseorang peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Anda bisa memilih untuk menerima segalanya, dan apa adanya, tapi jangan menyerah, masa lalu sudah lewat dan masa depan adalah misteri, saat ini adalah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut hadiah.  Mengembangkan sikap positif tidak berarti bahwa Anda tidak pernah mengalami kepedihan, penderitaan atau kekecewaan, setiap masalah memiliki jalan keluar, gembok dibuat bukan tanpa kunci.

2. Mengubah cara bicara Anda

Mulailah dengan menolak hal-hal yang suram, tersenyumlah. Dengan mengucapkan kata-kata yang positif, pemikiran-pemikiran yang positif dan perasaan-perasaan yang positif, maka orang-orang serta hal-hal yang positif akan tertarik kepada Anda.

3. Mengubah cara Anda bertindak

Sambutlah setiap harinya dengan semangat. Laksanakan tugas dengan semangat dan totalitas. Semakin Anda bersemangat, orang-orang disekeliling Anda pun akan merasa dan bersikap demikian. Peka terhadap masalah yang potensial juga akan sangat berdampak kepada diri Anda, contohnya Anda mengetahui tentang pendaftaran calon duta budaya kampus, ikutilah kegiatan itu karena Anda tidak tau pengalaman apa yang akan Anda dapatkan dengan banyak mengikuti kegiatan yang positif.

4. Memilih untuk bersyukur

Mungkin banyak sekali yang bisa Anda syukuri. Rasa syukur membuat Anda tersenyum dan akan selalu merasa senang, bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi Anda. Rasa syukur datang dari iman kepada tuhan, beriman artinya percaya bahwa segalanya telah diatur sebagaimana mestinya, seluruh kisah Anda, baik atau buruk memiliki alasan sendiri.

Lima Syarat Bermaksiat

5 syarat bermaksiat:

Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabiah. Ia meminta nasehat kepada dirinya agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, "Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya."

Setelah merenung sejenah, Ibrahim berkata, "jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, maka aku tidak keberatan kau berbuat dosa."

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar, Jahdar beratanya, "apa saja syarat-syarat ini, ya Aba Ishak?"

"Syarat pertama, jika kau melaksanakan perbuatan maksiat, maka janganlah kau memakan rizki Allah", ucap Ibrahim.

Lelaki itu mengernyitkan dahinya lalu berkata, "lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rizki Allah?"

"Benar", jawab Ibrahim tegas. "Bila kau telah mengetahuinya, masih pantaskah kau memakan rizki-Nya sementara kau terus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya?"

"Baiklah...", jawab lelaki itu tampak menyerah. "kemudian apa syarat yang kedua?"

"kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya", kata Ibrahim lebih tegas lagi.

Syarat kedua ini membuat Jahdar lebih kaget lagi.

"Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"

"Benar Abdullah. Karena itu pikirkanlah baik-baik. Apakah kau masih pantas memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara kau terus berbuat maksiat?", tanya Ibrahim.

"Kau benar Aba Ishak", ucap Jahdar kemudian. "Lalu apa syarat ketiga?", tanyanya dengan penasaran.

"Kalau kau masih juga bermaksiat kepada Allah tetapi masih ingin memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh-Nya."

Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. "Ya Aba Ishak, nasehat macam apakah semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"

"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rizki-Nya, tinggal di buminya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya.

Pantaskah kau melakukan semua itu?", Tanya Ibrahim kepada lelaki yang masih tampak bengong itu. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabiah tidak berkutik dan membenarkannya.
"Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakana apa syarat yang keempat?"

"Jika malaikatul maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal shaleh."

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukan selama ini.

Ia kemudian berkata, "tidak mungkin...tidak mungkin semua itu kulakukan."

"Ya abdallah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?"

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya sayarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasehat kepada lelaki itu.

"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!"

Lelaki yang ada dihadapan Ibrahim bin Adham itu tampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal, ia berkata, "cukup...cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarkannya.
Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."
Lelaki itu memang menepati janjinya.

Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyuk.

Diambilkan dari Abu Nawas dan Terompah Ajaib
Aziz Mushoffa – Imam Musbikin
Mitra Pustaka, Cetakan VI, September 2003

Ya Allah, bimbinglah kami agar kami jauh dari maksiat dan senantiasa dekat kepada-Mu

Ya Allah, bahagiakanlah kami di dunia, dan di akhirat nanti. Sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah pada-Mu ya Rabb. Aamiin