Sabtu, 27 Desember 2014

Menikah Itu Saling Berbenah

#NTMS
Jika engkau mencari orang yang sempurna untuk menjadi pendampingmu, umurmu akan habis sebelum menemukannya. Menikah itu saling berbenah.
Bukan setaranya jenjang pendidikan yang menjadikan suami-istri bahagia, tetapi penerimaan dan saling ridha yang jauh lebih berharga. Betapa banyak yang sama-sama tinggi jenjang pendidikannya, tapi ruwet pernikahannya. Bahkan sejak tahun awal pernikahan, sudah penuh dengan kisah pertengkaran.
Makin tinggi harapan tentang apa yang ingin kita raih dalam pernikahan, makin sulit merasakan kebaikan pasangan kita, meski ia sangat baik. Makin besar yang ingin kita perjuangkan dalam pernikahan, makin mudah kita menerima kekurangannya. Kita lebih berlapang dada untuk berbenah.
Inilah yang lebih penting untuk kita siapkan. Berapa banyak yang menikah dengan berbekal cinta menggebu, tapi segera kecewa usai bulan madu.
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Senin, 22 Desember 2014

Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu

🌻🌻🌻🌹🌹🌹🌼🌼🌼

~ Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu… ~

👑👑👑🎀🎀🎀👑👑👑

🔸🔹🔸Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti .
Khalid bin walid

“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan ?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid ?”

🌸🌸🌸🎀🎀🎀🌸🌸🌸

🔹🔸🔹~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman.

“Isy kariman au mut syahiidan ! (Hiduplah mulia, atau mati syahid !),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair.

Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman .

Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid .

Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-kata Asma’ abadi hingga kini .

🌵🌵🌵🌴🌴🌴🌿🌿🌿

🔸🔹🔸~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .

Saat itu sang anak masih remaja . Usianya baru 13 tahun .
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.

Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.

Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

🌱🌱🌱🌴🌴🌴🌾🌾🌾

🔹🔸🔹~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.

Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .

🍃🍃🍃🍁🍁🍁🍂🍂🍂

🔸🔹🔸~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah .
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu .
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya .
Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .

🍄🍄🍄🌰🌰🌰🌳🌳🌳

🔸🔹🔸~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .

Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

🌸🌸🌸🍀🍀🍀🌼🌼🌼

🔹🔸🔹~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses .
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu .
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .

Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri .
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor .
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .

Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

💐💐💐🌹🌹🌹🌷🌷🌷

Sabtu, 20 Desember 2014

Mengapa Tidak Semua Pernikahan Itu Indah dan Bahagia?

Semoga kisah ini bisa dijadikan bahan renungan dan muhasabah ya..:-)

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya beliau begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah sensitif, maka pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun. Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayah, ibu bukan pasangan yang baik. Beberapa kali ayah mengatakan rasa kesepian dan kekecewaannya akan sikap Ibu padanya selama pernikahannya itu pada saya.

Sementara Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran. Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seroang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia adalah pahlawan, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.

Hanya saja, di mata ibuku, ayah juga bukan seorang pasangan yang baik, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut kamar atau ruangan di rumah kami.

Ayah menyatakannya perasaannya dalam pernikahan dengan kata-kata, sedang ibu dengan tindakan (seperti menangis). Semakin dewasa, saya melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam pernikahan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan sesungguhnya mereka layak mendapatkan sebuah kebahagiaan dalam pernikahannya.

Saya sering bertanya dalam hati, mengapa dua orang yang sama-sama sangat baik ini bisa tidak bahagia dalam pernikahannya? Ayah sangat bertanggungjawab, Ibu juga adalah sosok yang baik dan penyayang.

Hingga tibalah saat saya pun memasuki usia pernikahan. Dan tanpa disadari saya pun menemukan jawaban itu dengan sendirinya. Karena saya juga mengalami apa yang ayah dan Ibu rasakah dalam pernikahan saya dengan suami. Di masa awal pernikahan, saya juga sama seperti ibu, melakukan kewajiban saya seperti menyikat panci hingga mengkilap, membersihkan lantai, memasak makanan enak serta sungguh-sungguh berusaha memelihara keindahan dalam rumah serapih-rapihnya dan semua tugas sebagai Ibu rumah tangga saya lakukan dengan sangat sempurna.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan mencoba memasak dengan variasi menu lainnya.

Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik! Dengan mimik tidak senang saya berkata : "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?" Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, karena dalam pernikahan ayah dan ibu, kerap kali perkataan itu terlontar pada ayah dari mulut ibu.

Ternyata saat itu saya sedang mempertunjukkan kembali gambaran pernikahan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka. Tiba-tiba muncul kesadaran dalam diri saya. Apa sebetulnya yang kamu inginkan ?

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suami, dan teringat akan ayah saya; Ia selalu tidak mendapatkan apa yang dia inginkan pada pasangannya selama pernikahannya. Ibu lebih banyak menyikat panci daripada menemani ayah bercengkrama atau mengobrol berdua saja. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan pernikahan. Ibu saya memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga dengan sesempurna mungkin.

Dan saya, tanpa disadari juga menggunakan cara yang sama seperti ibu. Rumah tangga saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita bahwa ada dua orang yang baik namun tidak mendapatkan sebuah pernikahan yang membahagiakan kedua pihak.

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu. Lalu saya bertanya pada suami: "Apa yang kau butuhkan suamiku?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku, " ujar suamiku. Saya jawab : "Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu dan semua hal seharusnya saya lakukan sebagai istrimu". Suamiku menjawab : "Semua itu tidaklah penting sayangku, yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku." Saya terkejut dengan jawabannya, merasa sia-sia dengan semua yang saya lakukan selama ini namun ternyata tidak membuat kami berdua bahagia.

Sejak itu, saya membuat sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga membuat sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki. Saya juga menuruti apa kata suami yaitu tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya. Saya cukup mendengarkan saja dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan saat suami menyetir mobil. Biarkan saja, kecuali suami meminta pertimbangan dari saya.

Saya sadar sekarang bahwa kegagalan pernikahan kedua orang tua saya yang tidak bahagia adalah karena mereka berdua bersikeras menggunakan sudut pandangnya sendiri dalam mencintai pasangannya. Mereka tak pernah bertanya apa yang membuat pasanganya itu bahagia. Karena bahgia itu bukan hanya dari materi saja. Tapi perhatian tulus dan saling menyatakan cinta di setiap kesempatan yang ada. Serta rasa cemburu yang selalu ada, karena cemburu membuat kita lebih hidup, membuat kita merasa dicintai, membuat kita merasa dihargai serta dimiliki.
__________________________________________________________________
Sumber : Kisah Insipirasi yang saya edit sebagian besar dari naskah aslinya di kumpulan kisah inspirasi (tidak ada nama authornya).

Note :
Seringkali setelah melewati lebih dari sepuluh tahun pernikahan, rasa cinta dan cemburu semakin pudar...berganti dengan rutinitas yang seolah-olah biasa. Apalagi umur semakin senja... buat sebagian orang cemburu bukanlah bumbu pernikahan. Tapi buat saya cemburu adalah bagian dari sebuah cinta.... Saat cemburu datang, maka kita bisa merasakan bahwa kita masih dicintai atau tidak saat suami atau istri mengatakan : I LOVE U mah.... I LOVE U PAH....

Jadi...cobalah tinggalkan rutinitas di rumah saat suami ada di dekat anda... temani dan layani dia sebaik mungkin..karena jika tidak...perempuan lain di sekitarnya sudah banyak yang siap melayaninya dengan sukarela.Semoga bermanfat dari grup tetangga

* copas
Wallahu a'lam

Rabu, 17 Desember 2014

Bolehkan Mengucapkan Selamat Natal

🌿WBM🌿

🍂Bismillahirohmanirrohim🍂

🌴Kajian bersama HJ
Irena Handono

➡Kamis, 11 Desember 2014
Hj. Irena Handono di 02.52

❗Bolehkah Mengucapkan
Selamat Natal?
Di bulan Desember ini

⛵ seperti tahun-tahun
sebelumnya dan sepanjang tahun, selalu
muncul pertanyaan yang ditujukan kepada saya,
tentang boleh tidaknya mengucapkan
🚩'Selamat Natal'. Jawaban saya cukup singkat:
⛔TIDAK!

➡Sebagian memberikan alasan bahwa mereka masih
terikat pada pekerjaan yang dalam posisi sulit
mengelak untuk mengucap 'Selamat Natal' pada relasi,
customer, bos, atau atasan. Sebagian yang lain

beralasan karena untuk menjaga hubungan baik,
kekerabatan, kekeluargaan dengan saudara, ipar,
orang tua, mertua ataupun tetangga.
Bahkan ada yang berdalih, rekan kerja suaminya,
tetangga atau kerabatnya yang beragama Kristen,
selalu hadir saat Idul Fitri, memberikan selamat dan
bahkan ikut meramaikan perayaan Idhul Fitri di
rumah. Maka, 'tidak enak' rasanya kalau harus cuek
kala mereka sedang merayakan Natal. Dan seringkali

➡'toleransi' dijadikan dalih untuk menempatkan Muslim
pada posisi sulit sehingga terjebak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan Natal.
Dan jawaban saya tetap tidak pernah berubah, cukup
singkat,

⛔TIDAK BOLEH!. Apapun alasan, kita tidak boleh
mengucapkan 'Selamat Natal' dalam apapun
kondisinya.
Kali ini kita tidak membahas tentang Natal dari sudut
sejarah. Karena insyaAllah kita sudah mengetahui
semua, bagaimana sejarah Natal dan pengaruh budaya
pagan Romawi yang kental mewarnai ritual 25
Desember ini. Namun kita akan membahas Natal dari
sisi ibadah dan dampaknya pada aqidah.
Hakekat Natal
Natal adalah sebuah peringatan terhadap lahirnya
Yesus (Isa as) sebagai Tuhan. Apakah benar Yesus
dilahirkan pada 25 Desember? Tidak juga. Alquran
menginfor-masikan bahwa Isa as lahir saat pohon
kurma sedang berbuah lebat hingga buah-buahnya
jatuh berguguran. Dan ini mustahil terjadi pada bulan
Desember.

🔐Namun yang penting ditekankan disini bahwa Natal
adalah peringatan terhadap hari lahirnya/hadirnya
Yesus sebagai Tuhan. Yang perlu digarisbawahi adalah
kalimat, 'Yesus sebagai Tuhan'. Sehingga, peringatan
Natal ini sesungguhnya adalah sebuah ibadah. Sebuah
ibadah inti dalam agama Kristen. Karena tanpa
peringatan 25 Desember (lahirnya Tuhan) maka
eksistensi agama Kristen pun tidak ada.

🔑Natal adalah ibadah yang masuk dalam wilayah aqidah.
Karena di sinilah mula eksistensi ketuhanan agama lain
(Kristen).

🔑 Natal adalah salah satu inti iman Kristen.
Idul Fitri
Berbeda dengan Natal.

✏Idhul Fitri adalah sebuah
perayaan Muslim setelah melakukan puasa sebulan
penuh di bulan Ramadhan.

✏ Idul Fitri diisi dengan
acara silaturahim, maaf memaafkan antara keluarga,
tetangga, kerabat dekat maupun jauh, relasi di kantor,
dsb.

✏ Perayaan ini memasuki wilayah hablu-minannas.
Konsistensi Menjaga Aqidah
Ketika seorang Kristen datang pada saat Idul Fitri dan
mengucapkan selamat Idul fitri atau bahan ikutan
mengucap 'mohon maaf lahir bathin', sesungguhnya
tidak ada pelanggaran aqidah/iman yang dilakukan
oleh orang Kristen tersebut terhadap agamanya.

➡Mereka sangat menyadari hal ini. Jadi jangan heran
ketika mereka sangat antusias ikut serta dalam
perayaan Idhul Fitri. Karena tidak ada pelanggaran
apapun dalam iman mereka.

➡ Tapi justru ini menjadi
pintu masuk untuk menunjukkan bahwa mereka sangat
toleran terhadap umat Islam dan secara tidak langsung
juga menuntut agar umat Islampun toleran terhadap
mereka dan agar Muslim tidak menolak ketika mereka
mengajak untuk berpartisipasi dalam Natal. Ini tidak
fair!

🆗Tapi coba perhatikan, adakah mereka mau
mengucapkan selamat kita Muslim merayakan Idhul
Adha (Idul Qurban)?

⛔Tentu tidak pernah dan mereka
tidak akan mau. Karena ketika seorang Kristen
mengucapkan Idhul Adha kepada Muslim, maka ia
sudah melanggar iman mereka.

➡Mengapa demikian?
Idhul Adha
Bagi umat Islam, Idhul Adha adalah peringatan yang
merefleksikan peristiwa keikhlasan dan loyalitas Nabi
Ibrahim AS kepada Allah SWT dengan mengikhlaskan
putranya Nabi Ismail AS untuk disembelih.

➡Namun dalam keimanan Kristen, putra tunggal Nabi
Ibrahim AS adalah Ishak AS. Bibel tidak mengakui Nabi
Ismail sebagai putra nabi Ibrahim. Iman Kristen
sebagai mana yang tertulis dalam Bibel menyatakan
bahwa putra yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim
adalah Ishak, bukan Ismail.
Kejadian 22:2

📖Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang
engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria
dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban
bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan
kepadamu."

➡Bahkan lebih jauh, Nabi Ismail AS yang dihormati
dalam Islam sebagaimana nabi-nabi yang lainnya,
namun dalam Kristen Nabi Ismail dikatakan sebagai
seorang laki-laki yang perilakunya seperti keledai liar.
Kejadian 16:11-12

➡Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya:
"Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab
TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu
itu.

➡Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar,
demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan
tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan
melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan
menentang semua saudaranya."
Sehingga, jika seorang Kristen meng-ucapkan selamat👇

➡Idhul Adha berarti ia telah mengingkari ayat-ayat
dalam kitab suci mereka. Menodai keimanan mereka
terhadap firman Tuhannya.

➡Jika ucapan Idhul Fitri tidak membawa dampak apa-
apa bagi umat Kristen, tapi justru menguntungkan
mereka.

➡ Namun ucapan Idhul Adha justru akan sangat
membahayakan iman/aqidah mereka. Dan hingga saat
ini mereka sangat konsisten mempertahankan iman
mereka.

✏Pertanyaannya, mengapa kita sebagai Muslim harus
mempertaruhkan atau bahkan menggadaikan aqidah
kita dengan mengucap 'Selamat Natal' atas dalih
toleransi? Ini bukan toleransi, tapi pemerkosaan
aqidah.

IHQ
📚📝📚📝📚📝📚📝📚📝

Jumat, 12 Desember 2014

Mainkan saja peranmu, Tugasmu hanya Taat kan?

Pagi tadi dpt bc dr Mba Dewi, temen bareng wkt suka naik CL...Monggo dibaca #NTMS

Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja peranmu, ya mainkan saja, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam menengadah mesra bersamanya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana zulaikha yang sabar menanti Yusuf tambatan hati, atau bagai Adam yang menanti Hawa di sisi.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah dalam catatan takdir manusia.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat

Hayoo siapa yg mau didoakan para malaikat??
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat 

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah
(tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf"
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Aamiin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu"
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’"
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang sedang makan sahur"
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra.)