Oleh Dea Tanyo Iskandar
Ada yang tahu tentang ujian komprehensif?
Ya, sebagian dari kita mungkin agak asing mendengar istilah 'ujian komprehensif'. Tapi bagi sebagian yang lain mungkin terbiasa mencercap kekata ini. Ujian komprehensif adalah salah satu syarat untuk menempuh gelar akademis.
Bagi mahasiswa yang sedang bergelut dengan tugas akhir, biasanya akan mengikuti ujian ini, baik dalam bentuk oral test atau written test. Di jurusan kampus saya, sebelum diizinkan secara de jure memulai skripsi, mahasiswa harus melewati ujian ini. Belum lulus, ulang lagi. Belum lulus, ujian ulang lagi. Adik kelas saya konon sudah berbulan-bulan jatuh bangun dalam ujian ini (lebih dari 10 kali gagal ujian komprehensif). Adapun kalau sudah lulus, baru diizinkan mendapat dosen pembimbing.
Saya tidak akan bicara banyak tentang what, when, and how ujian komprehensif, atau tentang pro-kontra ujian kompre ini. Tapi ada satu hal yang menarik, yaitu behind the coprehensive test. Saya menyebutnya : Blessing in Disguise atau berkah tersamar.
Berangkat dari pengalaman saya dan kawan-kawan jatuh bangun pada ujian koprehensif semakin membuat saya faham, bahwa yang terbaik dalam ekspektasi manusia, tak selamanya baik dalam ekspektasi Allah.
Maksudnya begini. Dalam ujian kompre (komprehensif) misalnya, Saya dan kawan-kawan menganggap bahwa usaha belajar demi melewati ujian ini seakan sia-sia, jika tak kunjung berhasil melewati ujian kompre ini. Gagal, gagal, gagal dan gagal lagi. Lalu kita berkesimpulan : Jika gagal berarti buruk. Jika berhasil berarti baik. Apakah benar selalu demikian?
Dalam hidup, sadar tidak sadar kita akan menghadapi beragam ujian komprehensif yang serupa. Dan tidak selamanya kegagalan berkelindan dengan keburukan. Kehidupan yang Allah susun nyatanya punya logika yang berbeda. Dan nalar manusia sering tak menangkap itu. Tak selamanya gagal itu buruk, juga tak selamanya berhasil itu baik.
Dalam konteks yang lebih luas, kegagalan bisa jadi mendekatkan kita pada Allah, sedang keberhasilan jangan-jangan membuat kita berpuas diri lalu melupakan Allah. Kisah Tsa’Labah, sahabat Rasul yang dahulu rajin beribadah namun menjadi munafik setelah dibukakan pintu-pintu kekayaan oleh Allah sepatutnya menjadi pelajaran bagi kita dalam hal ini.
Dan sebaliknya, kegagalan bisa menjadi jalan yang merekatkan habluminallah. Banyak kawan-kawan saya yang sedang bergelut dengan tugas akhir dan ujian komprehensif, menjadi lebih sholeh dan dekat pada Allah. Qiyamul lail, Dhuha, sedekah, menjadi rutinitas yang meningkat drastis. Untuk yang ini, bolehlah kita berucap alhamdulillah.
Dalam logika yang lain, saat gagal kembali berulang, mungkin Allah sedang berucap : "Tidak, perjuanganmu belum optimal". Kemudian Allah menyiapkan episode/panggung pertandingan baru agar kita semakin sabar dan kuat. Agar kita terus meningkatkan kapasitas. Seperti besi, kita dibentuk, dibakar, dihantam dan ditempa jadi pedang.
Blessing in disguise yang lain : Bahwa dalam hidup, kita harus siap atas segala kemungkinan. Tidak hanya siap, tapi juga mempersiapkan diri atas setiap momentum yang akan datang. Karena keberhasilan atau keberuntungan adalah saat dimana kesempatan bertemu dengan kesiapan. Sehingga kegagalan tak tidak dijawab dengan excuse. “Justifying a fault doubles it”, Pembenaran atas kesalahan membuat kesalahan menjadi dua kali lipat. Begitu ujar pepatah Perancis.
Karena itu keberuntungan bukanlah sesuatu untuk ditunggu. Keberuntungan adalah sesuatu yang harus dijemput dengan menyiapkan diri sebaik-baiknya agar kita pantas menerima keberuntungan tersebut. Keberuntungan ada saat sebuah kesempatan datang, dan kita sendiri sudah siap menyambutnya.
Lalu bagaimana jika sudah berikhtiar maksimal namun tak kunjung berhasil? Atau jika telah melantunkan doa namun tak kunjung dikabulkan? Bisa jadi ini tanda cinta Allah pada kita. Ada masa-masa saat seorang hamba beriman berdoa namun tak kunjung membuahkan hasil. Pada saat itu sangat mungkin Allah melambatkan hasilnya karena menikmati rintihan permohonan hamba-Nya. Allah ingin agar kita selalu dekat dengan-Nya.
Perjuangan tidak semata bertolak pada hasil, melainkan pada proses. Dalam beberapa hal, proses itulah yang malah meningkatkan level kita. Dan ujian komprehensif atau ujian-ujian lain dalam hidup mengajarkan satu hal penting sebagai modal hidup kita : Mental tangguh.
Seperti kata Rasul, "Ajruki 'ala qadri nashabiki". Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu. Maka setiap tekanan hidup, kelelahan dan keletihan adalah cost bagi perjalanan sukses orang beriman. Ini senada saat Imam Ahmad suatu ketika ditanya, "Lalu kapan seorang beriman beristirahat?" jawabannya singkat namun bernas. "Istirahat orang beriman adalah di Surga".
Saudaraku, jangan berdoa meminta kehidupan yang mudah, tapi berdoalah menjadi orang yang kuat dalam hidup.
Akhirnya, mari kita terbangkan doa-doa kita kepada Allah, agar Ia memberikan keberuntungan sekaligus menambah kekuatan kita agar mampu melalui setiap ujian hidup.
Ujian Komprehensif? Sesuatu banget!
Dea Tantyo
Universitas Padjadjaran
http://www.eramuslim.com/oase-iman/dea-tanyo-iskandar-muslim-excellent-ujian-komprehensif-sesuatu-banget.htm
Ada yang tahu tentang ujian komprehensif?
Ya, sebagian dari kita mungkin agak asing mendengar istilah 'ujian komprehensif'. Tapi bagi sebagian yang lain mungkin terbiasa mencercap kekata ini. Ujian komprehensif adalah salah satu syarat untuk menempuh gelar akademis.
Bagi mahasiswa yang sedang bergelut dengan tugas akhir, biasanya akan mengikuti ujian ini, baik dalam bentuk oral test atau written test. Di jurusan kampus saya, sebelum diizinkan secara de jure memulai skripsi, mahasiswa harus melewati ujian ini. Belum lulus, ulang lagi. Belum lulus, ujian ulang lagi. Adik kelas saya konon sudah berbulan-bulan jatuh bangun dalam ujian ini (lebih dari 10 kali gagal ujian komprehensif). Adapun kalau sudah lulus, baru diizinkan mendapat dosen pembimbing.
Saya tidak akan bicara banyak tentang what, when, and how ujian komprehensif, atau tentang pro-kontra ujian kompre ini. Tapi ada satu hal yang menarik, yaitu behind the coprehensive test. Saya menyebutnya : Blessing in Disguise atau berkah tersamar.
Berangkat dari pengalaman saya dan kawan-kawan jatuh bangun pada ujian koprehensif semakin membuat saya faham, bahwa yang terbaik dalam ekspektasi manusia, tak selamanya baik dalam ekspektasi Allah.
Maksudnya begini. Dalam ujian kompre (komprehensif) misalnya, Saya dan kawan-kawan menganggap bahwa usaha belajar demi melewati ujian ini seakan sia-sia, jika tak kunjung berhasil melewati ujian kompre ini. Gagal, gagal, gagal dan gagal lagi. Lalu kita berkesimpulan : Jika gagal berarti buruk. Jika berhasil berarti baik. Apakah benar selalu demikian?
Dalam hidup, sadar tidak sadar kita akan menghadapi beragam ujian komprehensif yang serupa. Dan tidak selamanya kegagalan berkelindan dengan keburukan. Kehidupan yang Allah susun nyatanya punya logika yang berbeda. Dan nalar manusia sering tak menangkap itu. Tak selamanya gagal itu buruk, juga tak selamanya berhasil itu baik.
Dalam konteks yang lebih luas, kegagalan bisa jadi mendekatkan kita pada Allah, sedang keberhasilan jangan-jangan membuat kita berpuas diri lalu melupakan Allah. Kisah Tsa’Labah, sahabat Rasul yang dahulu rajin beribadah namun menjadi munafik setelah dibukakan pintu-pintu kekayaan oleh Allah sepatutnya menjadi pelajaran bagi kita dalam hal ini.
Dan sebaliknya, kegagalan bisa menjadi jalan yang merekatkan habluminallah. Banyak kawan-kawan saya yang sedang bergelut dengan tugas akhir dan ujian komprehensif, menjadi lebih sholeh dan dekat pada Allah. Qiyamul lail, Dhuha, sedekah, menjadi rutinitas yang meningkat drastis. Untuk yang ini, bolehlah kita berucap alhamdulillah.
Dalam logika yang lain, saat gagal kembali berulang, mungkin Allah sedang berucap : "Tidak, perjuanganmu belum optimal". Kemudian Allah menyiapkan episode/panggung pertandingan baru agar kita semakin sabar dan kuat. Agar kita terus meningkatkan kapasitas. Seperti besi, kita dibentuk, dibakar, dihantam dan ditempa jadi pedang.
Blessing in disguise yang lain : Bahwa dalam hidup, kita harus siap atas segala kemungkinan. Tidak hanya siap, tapi juga mempersiapkan diri atas setiap momentum yang akan datang. Karena keberhasilan atau keberuntungan adalah saat dimana kesempatan bertemu dengan kesiapan. Sehingga kegagalan tak tidak dijawab dengan excuse. “Justifying a fault doubles it”, Pembenaran atas kesalahan membuat kesalahan menjadi dua kali lipat. Begitu ujar pepatah Perancis.
Karena itu keberuntungan bukanlah sesuatu untuk ditunggu. Keberuntungan adalah sesuatu yang harus dijemput dengan menyiapkan diri sebaik-baiknya agar kita pantas menerima keberuntungan tersebut. Keberuntungan ada saat sebuah kesempatan datang, dan kita sendiri sudah siap menyambutnya.
Lalu bagaimana jika sudah berikhtiar maksimal namun tak kunjung berhasil? Atau jika telah melantunkan doa namun tak kunjung dikabulkan? Bisa jadi ini tanda cinta Allah pada kita. Ada masa-masa saat seorang hamba beriman berdoa namun tak kunjung membuahkan hasil. Pada saat itu sangat mungkin Allah melambatkan hasilnya karena menikmati rintihan permohonan hamba-Nya. Allah ingin agar kita selalu dekat dengan-Nya.
Perjuangan tidak semata bertolak pada hasil, melainkan pada proses. Dalam beberapa hal, proses itulah yang malah meningkatkan level kita. Dan ujian komprehensif atau ujian-ujian lain dalam hidup mengajarkan satu hal penting sebagai modal hidup kita : Mental tangguh.
Seperti kata Rasul, "Ajruki 'ala qadri nashabiki". Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu. Maka setiap tekanan hidup, kelelahan dan keletihan adalah cost bagi perjalanan sukses orang beriman. Ini senada saat Imam Ahmad suatu ketika ditanya, "Lalu kapan seorang beriman beristirahat?" jawabannya singkat namun bernas. "Istirahat orang beriman adalah di Surga".
Saudaraku, jangan berdoa meminta kehidupan yang mudah, tapi berdoalah menjadi orang yang kuat dalam hidup.
Akhirnya, mari kita terbangkan doa-doa kita kepada Allah, agar Ia memberikan keberuntungan sekaligus menambah kekuatan kita agar mampu melalui setiap ujian hidup.
Ujian Komprehensif? Sesuatu banget!
Dea Tantyo
Universitas Padjadjaran
http://www.eramuslim.com/oase-iman/dea-tanyo-iskandar-muslim-excellent-ujian-komprehensif-sesuatu-banget.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas commentnya