Senin, 28 Februari 2011

Hmmm....Apa ngga cape ya??

Pagi tadi Jakarta diguyur hujan rintik-rintik..jadi sejukk banget. Oh ya seperti biasa saya naik kendaraan umum, alias Metro Mini dan Kopaja tuk menuju tempat kerja.
Sempet ngerasa ada berkah hujan, coz metromininya milih lewat jalan lain, jadi yaa lumayan mempercepat tuk sampai kantor deh hari ini :d, tapi sempet juga dioper ke metro mini yang lain. Tapi yaa sudahlah yang penting bisa sampai segera. Selama di metro mini ngga ada kejadian yang bisa saya ceritakan, semuanya biasa-biasa saja.

Beda halnya waktu saya naik kendaraan umum lanjutannya, alias kopaja 502 yg saya naiki dari daerah Cikini. Ada yg aneh di kopaja ini, dari awal hingga saya turun sempat memperhatikan tingkah polah dari kenek kopaja tersebut. Bayangkan saja dari saya naik hingga turun seperti bapak kenak ini marah-marah teruss. Bahkan dia senantiasa berbicara kasar kepada penumpang. Weleh-weleh, sempet ngerasa kasihan juga sih dengan bapak kenek itu, dalam hati berguman ," Kasihan sekali ya bapak ini. Apa tidak cape ya dg hati bapak kenek ini?? " Pasti hatinya cape, soalnya dia marah-marah ngga jelas gitu. Wah ngga kebayang deh akan seperti apa hari yang akan dijalani bapak kenek tersebut hingga sore nanti. Semoga saja, dia bisa meredakan emosinya ya, dan belajar tuk bersabar. Supaya beliau bisa merasakan indahnya hari yg dijalaninya :)

Ummu Shalih, 82 tahun, Penghafal Al-Qur’an

RUBRIK KELUARGA pada Majalah Ad-Dakwah selalu menghadirkan kepada para pembacanya kisah-kisah yanq penuh keteladanan dan juga berbagai informasi yang menyejukkan hati.

Berikut ini adalah salah satu pengalaman nyata yang dimuat dalam majalah tersebut. Mari kita simak bersama!

Ummu Shalih. 82 tahun, mulai menghafal Al-Qur’an pada usianya yang ke-70. Tamasyanya ke taman hafalan Al-Qur’an, sungguh sangat menginspirasi. Cita-citanya yang tinggi, kesabaran, dan juga pengorbanannya patut kita teladani.

Inilah hasil wawancara dengan Ummu Shalih.

Motivasi apa yang mendorong Anda untuk menghafalkan Al-Qur’an pada umur yang setua ini?

Sebenarnya, cita-cita saya untuk menghafal Al-Qur’an sudah tumbuh sejak kecil. Kala itu ayah selalu mendoakanku agar menjadj hafizhah Al-Qur’an seperti beliau dan juga seperti kakak laki-lakiku. Dari hal itulah, aku mampu menghafal beberapa surat —kira-kira 3 juz.

Ketika usiaku menginjak 13 tahun, aku menikah. Tentu setelah itu aku tersibukkan dengan urusan rumah dan anak-anakku. Ketika aku dikaruniai 7 (tujuh) orang anak, suamiku wafat. Karena ketujuh buah hatiku masih kecil-kecil, maka seluruh waktuku tersita untuk mengurusi dan mendidik mereka.

Nah, ketika mereka sudah dewasa dan berkeluarga, maka waktu ku pun kembali luang. Dan hal yang pertama kali aku tunaikan adalah mencurahkan tenaga dan waktuku untuk mewujudkan cita-cita agungku yang tertunda untuk menghafal Kitabullah Azza wa Jalla.

Bagaimana awal perjalanan Anda dalam menghafal?

Aku mulai menghafal kembali ketika putri bungsuku masih duduk di bangku Tsanawiyah (SMP). Dia salah satu putriku yang paling dekat denganku, dan dia sangat mencintaiku. Sebab kakak-kakak perempuannya telah menikah dan disibukkan dengan kehidupan baru mereka. Sedangkan, dia (putri bungsuku) tinggal bersamaku. Dia sangat santun, jujur, dan mencintai kebaikan.

Putri bungsuku pun bercita-cita untuk menghafal Al-Qur’an—terlebih ketika ustadzahnya menyemangati dirinya. Dari sinilah, saya dan juga putri bungsuku menghafal Al-Qur’an, setiap hari 10 ayat.

Bagaimana metode yang Anda gunakan untuk menghafal?

Setiap hari, kami hanya menghafal 10 ayat saja. Pada ba’da Ashar, Kami selalu duduk bersama. Putriku membaca ayat, kemudian aku menirukannya hingga 3 (tiga) kali. Setelah itu putriku menerangkan makna dari ayat-ayat yang Kami baca. Lantas membaca kembali ayat-ayat tersebut hingga 3 (tiga) kali.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah putriku mengulangi ayat-ayat tersebut untukku. Tak cukup itu saja, saya pun menggunakan tape recorder untuk mendengar murattal Syaikh Al-Hushairi, dan aku mengulanginya hingga 3 (tiga) kali. Aku pun mendengar murattal tersebut pada sebagian besar waktuku.

Kami menetapkan hari Jum’at, khusus untuk mengulangi kembali ayat-ayat yang kami hafal selama satu pekan. Demikian seterusnya, saya dan putri bungsuku selalu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara tersebut.

Kapan Anda selesal menghafal seluruh Al-Qur’an?

Kira-.kira 4,5 tahun berjalan aku sudah hafal 12 Juz dengan cara yang telah saya sebutkan. Kemudian putriku pun menikah. Ketika suaminya mengetahui kebiasaan kami, dia pun mengontrak sebuah rumah yang dekat dengan rumahku untuk memberikan kesempatan kepadaku dan putriku untuk menyempurnakan hafalan kami.

Semoga Allah membalas kebaikan menantuku dengan kebaikan yang lebih baik. Dialah yang selalu menyemangati kami, bahkan terkadang dia menemani kami untuk menyimak hafalan kami, menafsirkan ayat-ayat yang kami baca, dan juga memberikan pelajaran-pelajaran berharga kepada kami.

Tiga tahun kemudian, putriku tersibukkan dengan urusan anak-anaknya dan pekerjaan rumahnya. Sehingga tidak bisa melazimi kebiasaan yang telah kami jalani. Putriku pun merasa khawatir hafalanku menjadi terbengkalai. Maka, putriku pun mencarikan untukku seorang ustadzah agar dapat menemaniku menyempurnakan hafalanku.

Dengan taufik Allah Azza Wajalla aku pun telah purna menghafalkan seluruh Al-Qur’an. Semangat putriku pun masih membara untuk menyusulku menjadi hafizhah Al-Qur’an. Bahkan, tidak mengendur sedikit pun.

Cita-cita Anda sangat tinggi, dan Anda pun telah mewujudkannya. Siapakah sosok wanita di sekitar Anda yang selalu mendukung Anda?

Motivasi saya telah jelas dan terang. Putri-putriku, juga para menantu perempuanku pastinya selalu mendukungku. Walau hanya satu jam, kami sepakat untuk mengadakan pertemuan sepekan sekali. Dalam pertemuan itu kami menghafal beberapa surat, dan saling menyimak hafalan. Terkadang pertemuan itu pun macet. Tetapi kemudian mereka bersepakat kembali untuk bertemu. Saya yakin, niat mereka semua sangat baik.

Tak ketinggalan pula, cucu-cucu perempuanku yang selalu memberikan kaset-kaset murattal Al-Qur’an. Hingga aku pun selalu memberi mereka bermacam-macam hadiah.

Awalnya, tetangga-tetanggaku juga tidak simpatik dengan cita-citaku. Mereka selalu mengingatkanku betapa sulitnya menghafal di usia yang daya ingatnya telah lemah. Tetapi ketika mereka melihat kebulatan tekadku, akhirnya mereka pun berbalik mendukung dan menyemangatiku. Ada di antara tetanggaku yang juga ikut tersulut semangatnya untuk menghafal, dan sedikit demi sedikit hafalannya pun mulai bertambah.

Ketika tetangga-tetanggaku mengetahui bahwa aku telah purna menghafal seluruh Al-Qur’an, mereka pun sangat berbahagia. Hingga kulihat air mata bahagia menetes di pipi mereka.

Sekarang, apakah Anda merasa kesulitan untuk muraja’ah (mengulangi) hafalan?

Saya selalu mendengarkan murattal Al-Qur’an, dan menirukannya. Demikian juga ketika shalat, saya selalu membaca beberapa surat panjang. Terkadang pula saya meminta salah seorang putriku untuk menyimak hafalanku.

Di antara putra-putri Anda, adakah yang juga hafizh seperti Anda?

Tak ada satu pun dari mereka yang hafal keseluruhan Al-Qur’an. Tetapi, insya Allah mereka selalu berusaha mencapai cita-cita menjadi hafizh. Semoga Allah menyampaikan mereka pada hal tersebut dengan bimbingan-Nya.

Setelah hafal Al-Qur’an, tidak terpikirkan untuk menghafal hadits?

Saat ini, saya telah hafal 90 hadits, dan saya tetap berkeinginan untuk melanjutkannya, Insya Allah. Saya menghafalnya dengan mendengarkan dari kaset. Pada setiap akhir pekan, putriku membacakan untukku 3 (tiga) hadits. Sekarang, saya telah mencoba untuk menghafal hadits lebih banyak lagi.

Setelah kurang lebih 12 tahun Anda disibukkan dengan menghafal Al-Qur’an, perubahan apa yang Anda rasakan dalam kehidupan Anda?

Benar, saya merasakan perubahan yang mendasar dalam diri saya. Walau sebelum menghafal–untuk Allah segala pujian—saya selalu menjaga diri untuk senantiasa dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah disibukkan dengan menghafalkan Al-Qur’an, justru saya merasakan kelapangan hati yang tak terkira, dan sirnalah seluruh kecemasan dalam diriku. Saya pun tidak pernah menyangka akan terbebas dari perasaan khawatir terhadap urusan-urusan yang menimpa anak-anakku.

Moral dan spiritku benar-benar terangkat. Hingga aku pun rela berpayah-payah untuk mewujudkan kerinduanku dalam mewujudkan cita-citaku. Inilah nikmat terbesar yang diberikan oleh Sang Khaliq Azza Wajalla kepadaku sebagai wanita tua, suami pun telah tiada, dan juga anak-anaknya pun mulai berkeluarga.

Di saat wanita lanjut usia lainnya terjebak dalam angan-angan dan lamunan. Tetapi aku —segala puji hanya untuk Allah— tidak merasakan hal yang demikian. Saya benar-benar tersibukkan dengan urusan besar yang memiliki faedah di dunia dan akhirat.

Ketika itu, apakah Anda tidak berpikir untuk mendaftarkan diri pada sebuah pesantren penghafal Al-Qur’an?

Pernah beberapa wanita yang mengusulkan kepadaku, tapi saya adalah wanita yang terbiasa untuk berdiam diri di dalam rumah dan jarang sekali keluar rumah. Alhamdulillah, karena putriku telah mencukupi segalanya dan membantuku dalam segala urusan. Sungguh, putriku benar-benar tidak ada duanya. Aku pun telah banyak mengambil pelajaran darinya.

Apa yang terkesan dalam diri Anda tentang putri bungsu Anda yang telah membimbing dan mendampingi Anda?

Putri bungsuku telah memberikan pelajaran mengagumkan dalam kebaikan dan kedermawanan yang keduanya sulit ditemui pada zaman sekarang. Terlebih dia mendampingiku menghafal Al-Qur’an pada usia ABG. Padahal,usia ini adalah usia labil yang mudah terombang-ambing dan tergoda dengan keadaan yang menjerumuskan.

Tidak seperti umumnya teman-teman seusianya, putriku memaksakan diri untuk meluangkan waktunya untuk mendampingiku. Dia pun mengajari dan mendampinqiku dengan tekun, sabar, dan penuh kelembutan. Suaminya pun demikian —semoga Allah senantiasa menjaganya, selalu menolong dan telah memberikan bantuan yang begitu banyak. Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan kepada mereka berdua dan menyejukkan pandangan mata mereka dengan anak-anak yang shalih.

Apa saran Anda kepada wanita yang telah lanjut usia, dan menginginkan untuk dapat menghafalkan Al-Qur’an, tetapi terhalang oleh rasa khawatir dan merasa tidak mampu untuk melaksanakannya?

Saya katakan, “Jangan berputus asa terhadap cita-cita yang benar. Teguhkanlah keinginanmu, bulatkan tekadmu, dan berdoalah kepada Allah di setiap waktu. Kemudian, mulailah sekarang juga. Setelah umurmu berlalu dan kau curahkan seluruhnya untuk memenuhi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak, dan mengurus suami. Maka sekarang saatnyalah Anda memanjakan diri. Bukan berarti kemudian memperbanyak keluar rumah, memuaskan diri dengan tidur, bermewah-mewah, dan banyak beristirahat. Tetapi memanjakan diri dengan amal shalih. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon khusnul khatimah.

Nasihat Anda terhadap para remaja?

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Nikmat Allah berupa kesehatan, dan banyaknya waktu luangmu, maksimalkanlah untuk menghafal kitab Allah Azza Wa Jalla. Inilah cahaya yang akan menyinari hatimu, hidupmu, dan kuburmu setelah engkau mati.

Jika kalian masih memiliki ibu, bersungguh-sungguhlah dalam membimbingnya menuju ketaatan kepada Allah. Demi Allah, tidak ada nikmat yang lebih dicintai seorang ibu kecuali seorang anak shalih yang mau menolongnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla.
(diterjemahkan dari quraan-sunna.com)

== disalin dari buku:
HAFAL AL-QUR’AN TANPA NYANTRI
penyusun: Abdud Daim Al Kahil.
penerbit: Pustaka Arafah
Cet I, Maret 2010, halaman 129-137

Senin, 21 Februari 2011

BERTAUBATLAH, MESKI BERKALI-KALI TERJEBAK DALAM DOSA YANG SAMA

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Tentu, sangatlah besar dosa orang yang menunda-nunda taubat, atau yang sengaja berniat melakukan dosa, untuk kemudian bertaubat atas dosanya itu. Kita sama sekali tidak dianjurkan melakukan hal itu. Namun, kelamahan jiwa kita sebagai manusia, kadang menjebak kita dalam perbuatan dosa yang sama hingga berkali-kali, dan kita senantiasa bertaubat atas dosa tersebut.


 Apakah dalam kondisi demikian kita layak terus bertaubat?



YA, bahkan itu HARUS DILAKUKAN. Meski itu terjadi berkali-kali, seperti disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, di mana Allöh berfirman, “Seorang hamba melakukan dosa dan berdo’a, ‘Ya Robbi, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku.’


 Robbnya berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu”


 Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang telah ditentukan Allöh, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo’a, ‘Ya Robbi, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku.’




Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu”



Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang telah ditentukan Allah, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo’a, ‘Ya Robbi, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku.’



Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Robb yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu’... dan silahkan dia melakukan apa yang dia mau...” [Diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim lihat: al-Lu’lu’ wa al-Marjan (1754) dan lihatlah: Fathul Baari juz 13 hal. 46 dan setelahnya]



Ini fenomena yang umum terjadi, di masa sekarang ini, dimana senantiasa terjadi tarik-menarik antara kubu para pelaku dosa dan kubu orang-orang yang bertaubat. Masing-masing kubu bersenang hati menerima kehadiran kembali seseorang yang selama ini berpisah dari mereka. Orang-orang yang bertaubat senang menerima hadirnya pelaku dosa yang kembali bertaubat atas dosa-dosanya. Begitu pula, para pelaku dosa akan riang gembira menyambut orang sholih yang kembali menggeluti dosa-dosa lainnya.



 Maka, begitu banyak orang yang menjadi korban tarik- menarik itu. Berapa banyak orang sholih yang akhirnya terjebak dalam dosa, yang dari dosa itu dahulu ia pernah bertaubat. Dan sayangnya, itu terjadi berkali-kali sepanjang hidupnya. Namun, selama ia tulus bertaubat dan ingin memperbaiki diri, tak ada istilah pintu taubat tertutup baginya, selama nyawa belum sampai di kerongkongan, atau matahari belum terbit dari arah barat.



Sekali lagi, kita sama sekali tidak berhak menunda-nunda taubat, dengan berpegang pada kemurahan Allah, rahmat dan ampunan Allah. Alaöh memang Maha Pemurah, tapi Allah juga Maha Perkasa, Maha Hebat siksa-Nya. Kita harus sadar, bahwa kapanpun maut bisa saja menjemput kita.

Rabu, 09 Februari 2011

=Muhasabah Diri=

Hari demi hari usiamu kian berkurang,
Tapi engkau tidak pernah menyadarinya.
Setiap hari Allah datangkan rezki kepadamu,
Tapi engkau tidak pernah memujiNya.
Dengan pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau berlapang dada.
Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.

Wahai manusia !
Setiap hari Allah datangkan rezki untukmu.
Tapi setiap malam malaikat datang kepadaNya dengan membawa catatan perbuatan jelekmu.
Engkau makan dengan lahap rezkiNya,
Tapi engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana kepadaNya.


Wahai Manusia !
Allah kabulkan jika engkau memohon kepadaNya,
KebaikanNya tak putus-putus mengalir untukmu.
Namun sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepadaNya tiada henti.
Allah adalah pelindung terbaik untukmu,
Tapi engkau hamba terjelek bagiNya.

Wahai Manusia !
Kau raup segala apa yang Allah berikan kepadamu,
Tapi Allah tutupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan.
Tidak malukah kalian kepada Allah?

Wahai Manusia !
Engkau melupakan Allah
Tapi engkau ingat pula kepada yang lain.
Kepada manusia engkau merasa takut,
Tapi kepada Allah engkau merasa aman-aman saja.
Pada manusia engkau takut dimarahi,
Tapi pada kemurkaan Allah engkau tak peduli.

Wahai Manusia !
Bersujudlah dan bertaubatlah kepada Allah SWT serta menangislah.
Betapa banyak dosa yang telah kita lakukan selama ini.
Lihatlah, betapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan selama ini!

Ya Allah,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-Mu yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautan-Mu yang meluap hingga ke seluruh samudera

Aku hanya sepotong rumput di padang-Mu yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung-Mu yang menjulang menyapa langit
Aku hanya selonggok bintang kecil yang redup di samudera langit Mu yang tanpa batas.

Ya Allah.
Hamba yang hina ini menyedari tiada artinya diri ini di hadapan Mu.
Tiada Engkau sedikitpun memerlukanku,
Tapi hamba ini terus menggantungkan segunung harapan pada Mu.

Ya Allah,
Ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air ini dapat memadamkan api neraka Mu.
Betapa sedar diri ini begitu hina dihadapan-Mu.
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhluk-Mu.
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini,
Hati yang telah dikotori oleh noda ini,
Yang memiliki keinginan setinggi langit,
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu Yang Mulia?

Ya Allah,
Ampunilah aku dan saudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku,
Berikanlah kejayaan dan mudahkanlah urusan mereka,
Mungkin tanpa kami sedari,
Kami pernah melanggar aturan Mu.

Ya Allah,
Ampunilah kami,
Pertemukan kami dalam syurga Mu dalam bingkai kecintaan kepada Mu.

Ya Allah
Siangku tak selalu dalam iman yang teguh,
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh zikir kepada Mu,
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu,
Atau dalam maksiat kepada Mu.
Ya Tuhanku tutuplah untuk kami dengan sebaik-baiknya penutupan !!!

Ya Allah,
Kami bukanlah hamba Mu yang pantas memasuki syurga firdaus Mu,
Tidak pula kami mampu menanggung akan siksa api neraka Mu,
Berilah hamba Mu ini ampunan, dan hapuskanlah dosa-dosa kami,
Sesungguhnya hanya Engkaulah Sang Maha Pengampun.

Ya Allah,
Dosa-dosa kami seperti butiran pasir dipantai,
Anugerahilah kami ampunan wahai Yang Maha Agung,
Umur kami semakin berkurang setiap hari,
Tapi dosa-dosa kami terus bertambah.
Adakah pintu taubatku masih terbuka?

Ya Allah,
Hamba Mu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu,
Ku akui dosa-dosaku dan memohon ampun kepadaMu,
Ampunilahku Ya Allah,
Kerana hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan .

Selasa, 08 Februari 2011

Tanda-Tanda Taubat Diterima


# Hadits Nabi SAW tentang 8 tanda orang yang diterima taubatnya #

Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang benar-benar bertaubat?” Para sahabat menjawab, “Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Maka bersabdalah Nabi Muhammad SAW:

- “Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mempelajari ilmu, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak bertambah tekun ibadahnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak berusaha membuat musuh-musuhnya ridha, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengubah pakaian dan perhiasannya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengganti sahabat-sahabatnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengubah akhlaknya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak melipatkan kasur dan tikarnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

- Barang siapa bertaubat sedang ia tidak menyedekahkan kelebihan dari apa yang di tangannya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat

Apabila tanda-tanda ini telah tampak nyata pada diri seorang hamba, maka ia telah benar-benar bertaubat!”

( Hadist Nabi Muhammad SAW dari Abdullah bin Mas`ud ra. )

Senin, 07 Februari 2011

Tausiyah di Awal Februari 2011

Hmmm…awal februari dapat banyak tausiyah sms dr temen2 nih….Alhamdulillah, ma kasih Ya Rabb atas nikmat ukhuwah yang telah Kau berikan untuk diri ini. Hingga saat ini saya masih memiliki teman-teman yang senantiasa mengingatkan dan menasihati diri ini yang senantiasa tak luput dari khilaf dan salah

1 Februari 2011 (dari Teh Ncin)
Rasulullah saw bersabda, diantara tanda-tanda hamba yang beriman :
Wajhun tholiq, wajah yang bersih dan murah senyum
Lisanun layyinun, bicaranya jujur, santun & tampak rendah hati
Yadun syahiyun, murah hati, belas kasih, sangat dermawan & memudahkan urusan
Qolbun wasiun, hati yang lapang & baik sangka, jauh dari sifat buruk hati, sombong dengki, bangga diri, dsb
Semoga Allah hiasi diri kita dengan akhlak mulia ini.

2 Februari 2011 (dari Lizna)
Bila hari ini Allah titipkan berbagai pernak pernik ujian, berjanjilah untuk tetap tegak berdiri & melewati ujian Rabbmu, karena suatu saat nanti qt akan rasakan manisnya memperjuangkan kesabaran & ketho’atan. Maka bersabarlah dan tetap tersenyum. ^_^ Uhibbukifillah

3 Februari 2011 (dari Ana)
J Dikirim khusus untuk wanita yang cantik hatinya….
J Bersabar saat tertekan
J Tersenyum di saat hati menangis
J Diam saat terhina
J Mempesona karena Allah mengampuni kedua orang tuamu sejauh pandangan & semoga Allah membanyakkan orang-orang yang dicintai olehmu & mencintaimu karena Allah, Amiin ….

Selasa, 01 Februari 2011

Catatan di akhir Januari 2011

31 Januari 2011

Hari itu hari senin, seperti biasa setiap senin siang di musholah STO Gambir Lantai 3 setiap pekannya diadakan tahsin* khusus untuk akhwat*. Dikelas ini kita belajar cara membaca Al Qur’an sesuai dg tajwid, dimana tujuan dari tahsin ini adalah menghindarkan lisan dari kesalahan membaca. Karena yang namanya bahasa Al Qur’an salah pengucapan atau salah harakat akan mengubah arti. Nah dikelas ini metode belajarnya dengan talaqqi. Talaqqi ini kegiatan mengecek bacaan, hal ini dulu biasa dilakukan Malaikat Jibril kepada Rasulullah, dimana Rasulullah memperdengarkan bacaannya dan Malaikat Jibril yg mengecek apakah sudah benar ayat yg dibacakan oleh Rasulullah, meliputi kekonsistenan dlm membaca panjang pendeknya, dsb. Hari itu yg kita talaqqikan adalah Surah Al Insyirah dan Ad Dhuha. Dan kita bertalaqqi satu-satu.

Setelah talaqqi, Mba Diah, yg merupakan pengajar kelas kami seperti biasa suka memberikan tausiyah. Nah hari itu beliau mengambil dua ayat dari surat Al Insyirah ayat 5-6, yang artinya …Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesunggungnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sebenarnya tausiyah ttg ayat ini sudah sering sekali didapatkan. Tapi entah kenapa hari itu tausiyahnya agak mengena dihati. Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya kesulitan yg kita alami itu sebenarnya sudah kita kenali terlebih dahulu. Hanya saja terkadang kita kurang dapat melihatnya karena terkadang suka ditutupi oleh nafsu kita, jadi yang harusnya nampak sehingga bisa kita antisipasi untuk tdk terjadi dan sampai terjerumus,  malah sebaliknya karena adanya nafsu menjadi tidak nampak. Hal ini bisa diketahui dari bentuk penulisannya dimana al usri (kesulitan) termasuk isim ma’rifat kalau kita pernah belajar tata bahasa Arab, dimana dg adanya alif lam didepan kata menandakan bahwa kata benda tersebut dikenali. Ya Rabb…saya baru ngeh oo iya ya, kemarin2 kemana aja :d. Nah karena kesulitan itu sudah dikenali harusnya kita sudah bisa bersabar disaat kita terkena suatu musibah ataupun persoalan dalam hidup. Ya Bersabar pada hentakan yang pertama dan yakin bahwa Allah akan memberikan banyak kemudahan thd ujian kehidupan yang kita alami. Dan yakini bahwa ada rencana Allah yang indah dibalik musibah yang kita hadapi. Hal itu yg dipaparkan mba Diah.

Jadi teringat peristiwa yg pernah saya alami, dimana Allah memberikan saya ujian, dimana setelah dipikir dan direnungkan ujian yg Allah berikan itu sebenarnya karena Allah sayang sama saya, malah justru Allah menyelamatkan saya dari hal-hal yang tidak baik. Ujian ini sebenarnya diawali dari suatu niat baik yg ternyata proses berjalannya niat itu tidak baik, yang membuat proses ini tidak baik dikarenakan diri saya juga yg memiliki sifat ngga enakan yg begitu besar kepada orang lain, ya hanya karena sy ngga enak sama orang pada akhirnya sy mengikuti permainan yg dibuat oleh orang tersebut dan saya melakukan begitu banyak hal2 yg sebenarnya bertentangan dengan hati kecil sy sendiri. Padahal jika saat itu saya bisa melihat dg jelas, dimana dengan kita merasa bahwa apa yg kita lakukan bertentangan dengan hati nurani kita harusnya kan kita sudah tahu bahwa sesuatu yg kita anggap baik padahal itu tidak baik, bahkan sangat tdk baik. Saat ini terkadang suka malu sama Allah, jika teringat kejadian itu. Bayangkan saja bisa dibilang saya telah jadi korban manipulasi..weleh..weleh Apakah Allah akan memaafkan atas kebodohan dan kekhilafan yang sudah sy lakukan ya?? Terkadang suka sedih &malu sendiri jika mengingat hal ini dan berfikir kok bisa ya??? Ya tentu saja bisa, (makanya jangan suka ada perasaan ngga enakan sama orang, buat apa juga?? bisa tegas dunk :d)Tapi ya sudahlah lupakan saja, yang berlalu biarlah berlalu dan kita berusaha untuk mengambil hikmahnya.

Tuk saat ini adalah semoga cukup sekali kejadian ini menimpa dalam hidup saya. Jangan lagi sampai kejadian tersebut terulang lagi untuk yang kedua kalinya (kapok deh..kapok abiss pokoknya hehe). Hikmah yang bisa diambil dari kejadian yang saya alami harus berhati-hati dalam menilai orang, jangan mudah percaya dengan apa yang orang lain itu niatkan buat dirikita. Kita harus dapat melihat apakah niat baik yang dia sampaikan itu tulus atau tidak, jika tulus yang bersangkutan pasti tidak akan menjerumuskan orang lain kepada hal-hal yang bertentangan dg aturan Allah tapi jika sebaliknya berarti yg bersangkutan tdk tulus. Dan buat diri sendiri lain kali harus bisa lebih terbuka dan berani untuk mengungkapkan apa yang ada dlm hati kita jika kita merasa hal tersebut bertentangan (ya jadi ngga nyiksa diri kan, kasihan tuh diri gara2 begini jadi tersiksa hehe jd dzalim kan ke diri sendiri, jgn diulangi lagi ya ka) Ya parameter kita dalam bertindak adalah ridho Allah, kita berprilaku berdasarkan kacamata Allah. Jangan pernah sungkan untuk menyatakan kebenaran walaupun itu dengan orang yang usianya dibawah kita terlebih dengan yang diatas kita sekalipun. Dan oh ya lebih banyak belajar bersabar…Ya Rabb dekatkan diri ini dengan kesabaranMu dan tunjukkan diri ini untuk dapat melihat bahwa yang bathil itu bathil dan yang baik itu baik..Amiin ya mujiib

*tahsin : belajar tuk membaguskan bacaan Al Qur’an, hasanah yuhassinu tahsiina
*akhwat : saudara perempuan