Selasa, 30 November 2010

Agar Pernikahan Membawa Berkah

dakwatuna.com - Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil. Munculnya berbagai konflik dalam keluarga tidak jarang berawal dari permasalahan ekonomi. Boleh jadi ekonomi keluarga yang selalu dirasakan kurang kemudian menyebabkan menurunnya semangat beramal/beribadah. Sebaliknya mungkin juga secara materi sesungguhnya sangat mencukupi, akan tetapi melimpahnya harta dan kemewahan tidak membawa kebahagiaan dalam pernikahannya.
Seringkali kita juga menemui kenyataan bahwa seseorang tidak pernah berkembang kapasitasnya walau pun sudah menikah. Padahal seharusnya orang yang sudah menikah kepribadiannya makin sempurna; dari sisi wawasan dan pemahaman makin luas dan mendalam, dari segi fisik makin sehat dan kuat, secara emosi makin matang dan dewasa, trampil dalam berusaha, bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan teratur dalam aktifitas kehidupannya sehingga dirasakan manfaat keberadaannya bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Realitas lain juga menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, sering muncul konflik suami isteri yang berujung dengan perceraian. Juga muncul anak-anak yang terlantar (broken home) tanpa arahan sehingga terperangkap dalam pergaulan bebas dan narkoba. Semua itu menunjukkan tidak adanya keberkahan dalam kehidupan berumah tangga.
Memperhatikan fenomena kegagalan dalam menempuh kehidupan rumah tangga sebagaimana tersebut di atas, sepatutnya kita melakukan introspeksi (muhasabah) terhadap diri kita, apakah kita masih konsisten (istiqomah) dalam memegang teguh rambu-rambu berikut agar tetap mendapatkan keberkahan dalam meniti hidup berumah tangga ?
1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)
Motivasi menikah bukanlah semata untuk memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana diungkap dalam Alqur’an (QS. Ar Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan. Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits : ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul, maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara (prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan (walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang (khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath). Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.
Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan memberikan pertolong-an kepada mereka yang mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tarmidzi)
Menikah juga merupakan tangga kedua setelah pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah) dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.
2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)
Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur), pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh mengenal hakikat kepribadian suami/isteri-nya dan dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara keduanya.
Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan, ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan sampai terjadi seorang suami/isteri memendam perasaan tidak enak kepada pasangannya karena prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang, selanjutnya mencari solusi bersama untuk penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi sumber konflik berkepanjangan.
3. Sikap toleran (Tasamuh)
Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran (tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya. Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan menutup aurat artinya berupaya meminimalisir kelemahan/kekurangan yang ada.
Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun (QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan memperbaiki kelemahan yang ada.
Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja “mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan terus terjadi, tetapi mema’afkan berarti berusaha untuk memberikan perbaikan dan peningkatan.
4. Komunikasi (Musyawarah)
Tersumbatnya saluran komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari terjadinya kesalahfahaman.
Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan untuk mendengar, dan memberikan respon berupa jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama belajar, saat bersama makan malam, saat bersama liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi keseharian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi berupa surat, telephone, email, dsb.
Alqur’an dengan indah menggambarkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.
5. Sabar dan Syukur
Allah SWT mengingatkan kita dalam Alqur’an surat At Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan rumah tangga dimana sikap dan tindak tanduk suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak secara langsung, tuntutan uang belanja yang nilainya di luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat keributan, permintaan anak yang berlebihan, pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa pada jurang kehancuran rumah tangga.
Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari kesabaran adalah keridhaan kita menerima kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan, sebagaimana ungkapan bijak berikut:“Pernikahan adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.
Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga. Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan mereka tidak bersyukur kepada suaminya.
Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya, adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.
Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi” kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan, sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).
Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu memanjatkan do’a:
Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang sholeh.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang baik.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang Engkau Ridha-i.
Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami orang yang mendirikan shalat.
Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan (dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS. Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik (sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat dan bersama Allah (muqiimash-sholat).
Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak, agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu memanjatkan do’a tersebut.
6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)
Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)
Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Suasana yang demikian sangat penting untuk perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.
Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamain, dan cinta kasih.
Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seseorang labil maka kecenderungannya ia akan bersikap emosional dan marah-marah, sebab syetan akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah (ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya berwudlu dan mendirikan shalat. Namun bila muncul marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena sesuatu hal kita telanjur marah kepada anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi.
7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah billah)
Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar mendapatkan keteguhan hati: “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu).
Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya (ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud, shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”
Wujud indahnya keberkahan keluarga
Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia, boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux. Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan materi/kemewahan.
Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.
Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki, misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini sebagai cobaan.
Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga. Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-Nya:
“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)
“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thuur:21).
Inilah keberkahan yang hakiki. []
By : Ustadzah Sri Kusnaeni
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2006/agar-pernikahan-membawa-berkah/

Mengurus Anak Adalah Investasi

Sulit kiranya menemukan kata yang pas yang dapat menggambarkan apa dan bagaimana itu mengurus anak. Bagi saya, mengurus anak adalah pekerjaan yang paling berat yang pernah saya rasakan, tapi juga paling menyenangkan.

Mendampingi pertumbuhan manusia-manusia yang sedang gencar-gencarnya belajar. Sebuah proses yang panjang, yang sering menghadirkan kepingan-kepingan peristiwa penuh emosi yang kaya makna. Membuat saya tercenung, tertawa, menangis, dan campuran-campuran emosi lainnya. Allohu akbar wa lillahilhamd.


Sekeping peristiwa sore tadi. Anak pertamaku (2th 4 bln) pipis sembarangan. Padahal, sejak setengah jam sebelumnya saya sudah mengingatkan untuk pipis di kamar mandi. Gemas sekali rasanya. Tapi saya tahan untuk tetap terkendali, namun, tetap saya tunjukkan kekecewaan padanya. ”Astaghfirulloh Aa, anak sholih, masa pipis sembarangan, kan Ummun udah ingetin dari tadi. Katanya tadi iya, kalau pipis di kamar mandi..”

Akhirnya saat hendak membersihkan air pipis tersebut, anak kedua saya (Dede, 1th 3bln) yang jalannya masih belum stabil saya simpan di kasur, agar tidak terpeleset saat saya mengepel dan anak pertama (Aa) saya angkat ke kamar mandi.

Nah, agar tidak keluar dan jalan-jalan dengan kaki membawa pipis, pintu kamar mandi saya tutup sambil bilang, ”Aa, Ummun ngepel pipisnya dulu ya, Aa disini jangan keluar.” Bruk. Pintu saya tutup. Tentu kedua batita saya itu menangis sejadi-jadinya. Dede menangis minta turun dari kasur, Aa teriak-teriak minta keluar.

Sepanjang saya mengepel, ada yang berbeda dengan tangis Aa. Bukan tangisan biasa tapi tangis ketakutan di dalam kamar mandi. ”Ummun..Ummun..Aa semut Ummun, Aa kuaah...UMMUUN...UMMMUUUN...” Biasanya tidak demikian, dia hanya menangis sebentar dan kemudian bermain air.

Benar saja, saat saya masuk ke kamar mandi dengan adiknya, dia dibalik pintu sampil mengangkat bajunya, satu tangan mengepal dimasukkan ke dalam baju dan agak diputar di depan dadanya. Kemudian saya tempelkan tangan saya ke dadanya, jantungnya berdebar kencang. Namun, tidak saya dapati semut disekelilingnya. Hmm..entahlah.

Dede saya turunkan dan saya peluk anak pertama saya itu, sambil menjelaskan kenapa ia saya tinggal di kamar mandi dengan pintu tertutup. Ia masih terus saja minta keluar dan jeritnya semakin keras ketika pintu saya tutup. Karena memang mereka hendak saya mandikan. Ia terus saja minta keluar.

Seperti trauma melihat pintu ditutup. Saya terus memeluknya dan menciumnya hingga ia tenang. Saya alihkan dengan menunjuk serangga-serangga kecil yang menempel di dinding kamar mandi. Akhirnya ia tenang dan kembali mengoceh, ”Ih apa itu, Ummun, apa itu?”. Huft...

Child abused, ya inilah kekerasan terhadap anak. Dia sampai ketakutan begitu rupa, memang tidak sepantasnya saya mengurung dia seperti itu di kamar mandi meski dalam waktu yang terukur. Seharusnya saya membersihkan Aa terlebih dulu kemudian memintanya agar tetap di kasur menemani Dedenya.

Kemudian saya membersihkan air pipisnya di lantai. Tadi saya hanya berpikir praktisnya saja, Dede saya simpan di kasur agar tidak terpeleset dan Aa saya simpan di kamar mandi agar tidak jalan-jalan, kemudian setelah selesai mengepel, Dede saya bawa ke kamar mandi dan saya mandikan berbarengan. Ternyata saya keliru. Astaghfirulloh. Semoga sikap buruk saya tadi tidak berefek panjang terhadap kesehatan psikologisnya. Amin.

Ya, mengurus anak dengan baik itu butuh keinsyafan tingkat tinggi. Butuh pengelolaan emosi yang handal. Butuh ketenangan dan kecerdasan, baik kecerdasan emosi maupun kecerdasan taktis strategis. Dan sebagai manusia, tentu saja kita tidak melulu dalam keadaan emosi yang baik, yang stabil. Disinilah seninya saya rasa. Pada titik inilah kecerdasan kita diuji.

Jika kita berhasil melewati waktu-waktu emosional itu dengan solutif maka kecerdasan kita akan naik peringkatnya, namun jika kita menuruti hawa nafsu, kedzolimanlah yang terjadi. Dan rasakanlah bahwa hati segera menjadi keruh dan butuh waktu dan energi yang cukup banyak untuk menjernihkannya. Maka, tahanlah hawa nafsu sedapat mungkin kita mampu. Tetaplah berpikir jernih. Perbanyaklah lafadz istighfar dan ta’awudz.

”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran TuhanNya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at:40-41).

”Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang dan sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Alloh mencintai orang yang berbuat kebaikan,.”(QS. Ali ’Imran: 133-134)


Menjadi orang tua yang sukses tentu menjadi salah satu jalan kita mendapatkan surga. Dan sudah dari dulu semua tahu, mendapat surga memang tidak murah. Jangankan surga, mau menikmati fasilitas hotel mewah saja harus merogoh kocek lebih dalam kan? Sementara ada makhluk yang tidak akan rela begitu saja saat kita meniti jalan menuju surga.

Merekalah yang senantiasa menghalang-halangi, merekalah yang membuat kita menganggap baik meledaknya amarah kita. Dan jumlah mereka banyak. Jangan turuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya merekalah musuh yang nyata. A’udzubilllahiminasysyaithonnirrodzhimi min hamdzihi wanafkhihi wanafsihi.

Namun, jika amarah sudah terlanjur diperturutkan, lengan sang anak sudah kadung biru karena dicubit, jiwa anak sudah terlanjur luka dengan rengkuhan kasar kita, hati mereka sudah tertoreh umpatan dan tatapan kasar kita.

Maka, bersegeralah minta maaf padanya, dengan penuh keikhlasan. Berjanjilah padanya untuk tidak mengulanginya. Mohonlah ampun pada Alloh atas perbuatan kita yang telah menyia-nyiakan amanahNya.

”dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Alloh, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa selain Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ’Imran:135)

Senantiasa ingatkan diri kita, betapa marahnya Rasulullullah (salawat dan salam baginya) mendapati sikap kasar seorang ibu. Ketika Ummu Fadhl secara kasar merenggut bayi dari gendongan Nabi (salawat dan salam baginya) lantaran sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasul (salawat dan salam baginya).

Maka Rasululloh shalallahu ’alaihi wassalam menegur,”Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutan yang kasar itu?”

Astaghfirullohal’adzhim. Entahlah, apa yang mampu menghilangkan kekeruhan jiwa mereka. Semoga dengan permintaan maaf yang ikhlas kepada sang anak dan taubat kita kepada Alloh, Allohlah yang akan menyembuhkan jiwa-jiwa suci mereka yang terluka itu. Berazzamlah untuk tidak mengulanginya lagi.

Karena pada jiwa-jiwa itulah kita menitipkan bermiliar-miliar harapan, kita lantunkan jutaan doa. Dan jika Alloh menghendaki, jiwa-jiwa itulah yang mereka bawa dua puluh lima tahun yang akan datang untuk menjadi pribadi dewasa untuk melanjutkan estafet perjuangan ini.

Bertekadlah untuk meluaskan dada kita saat mereka menyulitkan kita, maafkanlah mereka. Karena Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya Alloh merahmati orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya, kata Nabi saw.. Orang-orang di sekeliling beliau bertanya, ”Bagaimana cara orang tua membantu anaknya, ya Rasulullullah?” Nabi saw. Menjawab, ”Dia menerima yang sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, tidak membebaninya, dan tidak memakinya.”

Bersikap lembutlah pada mereka, tidak hanya pada saat mereka menampakkan senyum lucu yang manis, atau ketika ia berceloteh menggemaskan. Dalam keadaan membuat kita susah pun, kelembutan itu tetap ada pada kita.

Sesungguhnya, kelembutan adalah sifat yang dicintai Alloh dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Asyaj Abdul Qais,”Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Alloh, yaitu sifat lembut dan berbudi luhur.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain, Rasululloh saw. Pernah bersabda kepad istrinya, A’isyah radhiallahu’anha. Kata Nabi saw., “Wahai A’isyah, milikilah sifat ramah dan kasih sayang karena sesungguhnya apabila Alloh menghendaki kebaikan dalam sebuah penghuni rumah, Allah akan menunjukkan kepada mereka sifat ramah.” (HR. Ahmad).

Berkaitan dengan kasih sayang terhadap anak, Rasululloh menegaskan,
”Sesungguhnya pada setiap pohon terdapat buah dan buahnya hati adalah anak. Sesungguhnya Alloh tidak akan mengasihi mereka yang tidak mengasihi anaknya. Dan demi nyawaku yang berada di tanganNya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang memiliki sifat kasih sayang.” (HR Al-Bazzaar)

Sesungguhnya, Alloh tidak akan mengasihi mereka yang tidak mengasihi, begitu Rasulullah saw. memperingatkan kita atas anak-anak yang kita lahirkan. Rasululloh saw. telah memberi contoh tentang bagaimana memperlakukan anak-anak kita.

Acapkali terjadi, Rasululloh turun dari mimbarnya menyongsong al-Hasan dan al-Husain, lalu menggendong dan menciumi mereka seraya mendoakan. Kasih sayang dan perhatian yang besar, juga diberikan kepada putrinya terkasih, Fathimatuz Zahra.

Aisyah menceritakan kepada kita salah satu fragmen kehidupan Rasululloh saw.. Kata Aisyah r.a., ”Tidak ada orang yang paling mirip dengan Rasululloh saw. dalam cara bicara, berjalan, dan duduknya selain Fathimah. Bila Fathimah datang, Rasulullah saw. menyambutnya dengan berdiri. Ia memegang tangan Fathimah dan menciumnya. Lalu didudukkannya di majlisnya.”

Begitu Nabi memperlakukan anak dan cucunya. Rasulullah saw. memperlihatkan kepada kita bagaimana harus memperlakukan anak-anak kita sehingga antara anak dan orang tua bisa terjalin hubungan yang sangat akrab dan mesra.

Di antara persoalan-persoalan pendidikan anak, termasuk kasus-kasus remaja yang melakukan tindakan kriminal, ternyata banyak yang berasal dari kurang mesranya hubungan orang tua dan anak. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak termasuk mereka yang terlambat dan menyesal di kemudian hari.

Semoga Alloh selalu memberikan kita hidayah taufik. Semoga tidak ada lagi mata yang membelalak ketika anak-anak kita bersuara keras, lantaran memanggil berkali-kali tidak kita sahut dengan baik.

Ya, karena seberapa besar keikhlasan, rasa cinta, dan tanggung jawab orang tua terhadap sang anaklah yang akan menjadi ukuran seberapa besar tabungan kebaikan kita pada mereka, kelak itu pula yang akan kita tuai, di dunia dan di akhirat.

”Bantulah anak-anakmu untuk berbakti. Siapa yang menghendaki, dia dapat melahirkan kedurhakaan melalui anaknya.” (HR. Ath Thabrani). Demikian Nabi saw. menasehati.

Menghasilkan anak yang berkualitas itu bukan perkara mudah sebagaimana menjadi orang tua yang baik juga bukan hal yang gampang.

Namun, bukan hal yang mustahil. Dengan kehendakNya, jika kita mau dan sungguh-sungguh untuk terus belajar dan belajar. Anak adalah hasil orang tuanya. Kernanya, kaki jangan pernah surut ke belakang, sebab masih banyak ilmu yang harus dicari dan masih banyak kearifan yang harus diselami.

Mintalah senantiasa pertolongan Alloh agar Ia memberi kita kemudahan untuk menyediakan atmosfer terbaik untuk tumbuh kembang mereka. Na’udzubillahi min dzalik. Wallohu'alam.

Menjelang Subuh, 29 Syawal 1431, 9 September 2010.

Ummu Mesia (Eva Rahayu); Ibu dari dua putra; Mesia Abdulloh (2th 6bl) dan Utruj Robbani (1th 4bl); Website: muslimahsukses.com
sumber : http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/mengurus-anak-adalah-investasi.htm

Jumat, 19 November 2010

Kisah Nyata: Belajar Kesabaran dari Gadis Berumur 10 tahun Bernama Bar`ah

Berikut ini adalah kisah sedih gadis berumur 10 tahun yang bernama Bar`ah. Orang tua Bar’ah adalah dokter dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pada usia ini, Bar`ah telah menghafal seluruh Al Qur’an beriktu tajweednya , dia sangat cerdas hingga gurunya pernah mengatakan bahwa dia paling unggul untuk anak seusianya.

Dia hidup dalam keluarga kecil yang berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . Suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah beberapa kali diperiksakan, diketahuilah bahwa ibu bar’ah menderita kanker, dan ternyata kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.

Ibu Bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … dan inilah ucapan ibu Bar’ah kepadanya “Bar`ah aku akan pergi ke surga di depanmu, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak… “

Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti tentang apa yang ibunya beritahukan. Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai larut malam, sampai ayahnya datang dan membawanya pulang.

Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah Bar’ah melalui telpon bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepatnya, sehingga ayah Bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia meminta Bar’ah untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.

Ayah Bar’ah keluar dari mobil dengan berlinang air mata, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit. Tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah Bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!

Tragedi Bar`ah belum selesai sampai di sini… setelah lima hari semenjak kematian ayahnya, akhirnya ibu Bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya. Dan oleh orangtua dari teman-teman sekolahnya, Bar’ah dihubungkan dengan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.

Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar`ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu di periksakan, dan setelah beberapa kali tes di dapati Bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker….inilah perkataan Bar’ah kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tuaku.”

Semua teman-teman dan keluarganya terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah….

Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurus nya … ia mengirim Bar’ah ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.

Salah satu saluran TV Islam (TV Al Hafiz) berhasil menghubungi gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran … dan ini adalah suara indah yang di lantunkan oleh Bar’ah …
http://www.youtube.com/watch?v=NnNS9ID9Ecw

Mereka (saluran TV Islam) berhasil menghubungi Bar’ah lagi sebelum ia dalam keadaan koma. Bar’ah berdoa untuk kedua orangtuanya dan menyanyikan sebuah Nasheed….
http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls

Hari-hari terlewati dan kanker mulai menyebar di seluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah baginya … tapi beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya kanker sekarang menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter diputuskan untuk melakukan operasi otak … dan sekarang Bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan dalam kondisi koma.

Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan untuk saudara-saudara kita di seluruh dunia…

Video Bar’ah lainnya :
http://www.youtube.com/watch?v=gkIO02s6Ywg

Artikel ini diambil dari :
http://cityisoc.com/4525-a-little-girl-named-barah/

Rabu, 17 November 2010

Untuk Kita Yang Terbaik

Sahabatq yang disayang Allah SWT, apakah yang terfikir oleh kita ketika Hari Raya Qurban datang ? motong kambing atau sapi ? Yupz betul bangets, tidak salah lagi :) . Namun sebenarnya apakah yang melatarbelakangi mengapa kita harus memotong hewan Qurban ? Adalah sebuah peristiwa besar ketika Nabi Ibrahim alaihissalam diperintah untuk memberikan anak kesayangannya, anak satu-satunya yang sangat dicintai yaitu Ismail untuk dikorbankan sebagai sebuah bentuk ujian keikhlasan, kesabaran dan ketaatannya terhadap perintah Allah SWT.


Dan ternyata Nabi Ibrahim sekaligus anaknya Ismail lulus dalam ujian tersebut, Allah yang Maha Bijaksana tidaklah bodoh mengharuskan seorang ayah menyembelih anaknya sendiri, sehingga dikirimlah seekor domba menggantikan Ismail yang sudah siap diujung pedang Nabi Ibrahim AS. Karena keikhlasan, kesabaran dan ketaatannya terhadap perintah Allah SWT itulah kemudian keduanya mampu membangun sebuah Karya dan Peradaban Besar yang sampai saat ini dikenang dan ditapaktilasi oleh Ummat diseluruh Dunia yaitu Ritual Haji dengan Ka’bahnya nan megah dan monumental.

Sahabat sebenarnya esensi hari Raya Qurban kali ini adalah Allah SWT ingin menyaksikan BENTUK PENGORBANAN TERBAIK kita untuk kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin sebagai bukti nyata upaya PENDEKATAN DIRI kita kepada Allah SWT.

Sepertinya Allah SWT telah mempersiapkan HADIAH TERBAIKNYA untuk kita yang siap mengorbankan SESUATU YANG TERBAIK yang kita miliki. Allah SWT akan membarter HADIAH TERBAIK tersebut di hari-hari yang istimewa di Bulan Zulhijjah kali ini.

Sahabat, sesuatu yang terbaik yang kita miliki tentu saja berbeda-beda bagi setiap kita, ada yang mampu pergi HAJI, ada yang mampu Memotong Sapi atau Kambing, ada yang mampu memberikan Infaq Cornet atau Beras atau Sembako ada juga yang hanya memberikan infaq sekedarnya yang dimiliki tapi tidak sedikit orang yang memiliki harta-harta terbaik yang layak dibarterkan dengan HADIAH TERBAIK dari Allah SWT, mereka memiliki beberapa mobil berbagai merk yang berderet di Garasi Rumahnya, mereka memiliki beberapa properti diberbagai tempat yang dibiarkan kosong tak berdayaguna, mereka memiliki tanah atau asset-asset lain yang mampu didayagunakan untuk kepentingan ummat yang lebih besar manfaatnya.

Namun SESUATU YANG TERBAIK itu tidak selamanya berupa harta atau benda, ILMU dan SKILL juga termasuk SESUATU YANG TERBAIK yang layak kita BARTERKAN dengan HADIAH TERBAIK dari Allah SWT.

Ok, Sahabatq..Met Idul Adha 1431 H ya. Semoga kita semua dapat meneladani ketho'atan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam melaksanakan perintah dari Allah SWT...Amiin Ya Mujiib

Senin, 15 November 2010

A True Story From Mr. Eko P.Suyatno, Can You Do Something Like This ?

Tulisan ini didapat dari seorang teman,mungkin tidak berkaitan langsung,tapi sungguh sebuah inspirasi indah buat kita,amiin. Pokoknya tulisan ini dpt kita jadikan bahan perenungan, jadi silahkan dibaca yaa..buat siapa aja, buat calon suami dan suami, buat calon istri dan istri pun jg boleh baca kok....pokoknya soo inspiring and touching story.

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan
keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya-- karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing-- Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu 'agar semua anaknya dapat berhasil'.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku...Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...” Sambil menangis

" Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..."BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".

Dear my friends, that's a true story from someone who taugh me about the important of investment three years ago. I wish i could be someone like him...to give all attention to family..i believe family is our precious thing..more than money or everything in this world

Minggu, 14 November 2010

Jadi Ayah Baru Ternyata Asyik Juga Ya!

Judul: Jadi Ayah Baru Ternyata Asyik Juga Ya!
Penulis:  Ayah Edy
Cetakan:  Pertama, Desember 2009
Tebal:   xvi + 264 halaman
Penerbit:  Progressio Publishing

Sebenarnya nih buku dah lama dibeli waktu pas acara IBF awal tahun ini...tp baru sempet dibaca sepekan ini..dan respon setelah baca buku ini TOP BANGETS deh. Walaupun pas dibaca memang lebih ditujukan tuk para calon ayah ataupun yg dah jadi ayah, intinya kaum adam deh.  Tapi ngga ada salahnya tuk kaum hawa juga baca, kerena pasti berguna. Percaya deh :) Coz dibuku ini dipaparkan dari masalah sebelum pernikahan hingga memasuki pernikahan dan mempunyai anak, apa aja sih yg kudu dipersiapkan.. Pokoknya bagus bangets, i give two thumbs for this book !

Siapa yang takkenal Ayah Edy, satu dari sangat sedikit pria yang mendedikasikan diri untuk bidang yang bernuansa feminim, parenting.
Buku ini merupakan buku keempat yang beliau tulis. Berbeda dengan tema-tema buku sebelumnya yang berkisar pada pembahasan anak-anak, buku ini tentang dirinya yaitu tentang peran yang paling dicintainya sebagai ayah baru.
Buku ini tentang perjalanan berliku penuh rona bahagia keluarga dirinya. Buku ini sebenarnya adalah cetak biru keluarganya dalam merengkuh kebahagiaan yang sedang dinikmati saat ini.
Dan Ayah Edy menuliskan tahapan-tahapannya dengan sangat detil, praktis, dan mudah disamping paparan piawai dalam menggoyah kemapanan keyakinan yang keliru di masyarakat tentang peran ayah dan pengasuhan.


Sesuai judulnya, buku ini memang sangat mumpuni jika dijadikan guide oleh pasangan-pasangan yang akan membangun mahligai rumah tangga. Hal ini kita temukan pada pembahasan memilih calon pasangan (bagian 1), penetapan tujuan keluarga (bagian 2), perencanaan profesi (bagian 3) dan perencanaan menjadi orang tua (bagian 4). Selanjutnya para calon ayah bunda akan dituntun dengan bijak untuk lebih jauh mengenali banyak hal dalam kehidupan keluarga baru hingga memiliki anak balita (bagian 5 – 8).
Tapi bukan berarti tidak bermanfaat bagi para ayah yang terlanjur memiliki keluarga. Buku ini sangat berguna untuk memperbaiki hal-hal yang terlanjur salah, baik dalam persepsi maupun tataran praktik. Bagi calon-calon mertua atau gadis, buku ini sangat pas jika dijadikan hadiah bagi pemuda-pemuda yang sangat dikasihinya. Agar sang calon ayah memiliki visi, strategi, dan rencana yang tegas tentang apa yang akan dilakukannya untuk menjadi ayah teladan keluarga. Buku ini bisa jadi pegangan yang dapat diandalkan bahkan saat kebingungan-kebingungan melanda ayah baru (bagian 7, masa 9 bulan yang membingungkan). Termasuk menyikapi perilaku ngidam istri!
Yang paling menarik perhatian saya adalah bagian 7 yaitu tentang 11 kejutan bagi ayah baru. Ketika membaca bagian ini saya seperti sedang berada di rumah Ayah Edy. Saya dapat merasakan benar proses pengasuhan (parenting) yang dapat dimainkan (mungkin sehrausnya dilakukan) oleh seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya. Dan hebatnya, semua itu bisa kita tiru dengan mudah asalkan kita mau.

Buku ini layak dijadikan tonggak baru buku serial Ayah Edy yang selalu mencapai best seller. Konsep optimasi otak kanan otak kiri dengan teks di halaman kiri dan ilustrasi penguat di halaman kanan, benar-benar memanjakan pembaca. Belum lagi ilustrasi-ilustrasi yang menggelitik cerdas. Saya sangat yakin, buku ini adalah masterpiece Ayah Edy. Isi dan konsep penyajian buku ini, Ayah Edy banget!

Jumat, 12 November 2010

Peringatan Buat Perempuan ....

♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Syaidina Ali berkata: “Saya dengan Fatimah pergi menghadap Rasulullah SAW.Kami dapati beliau sedang menangis, lalu kami bertanya kepadanya, apakah yang menyebabkan ayahanda menangis, ya Rasulullah?”

Baginda SAW menjawab: “Pada malam aku di isra' hingga kelangit, di sana aku melihat perempuan dalam keadaan amat dahsyat. Karena sebab itu aku menangis mengenangkan azab yang diterima mereka. ”Ali bertanya: “Apakah yang ayahanda lihat di sana? ”Rasulullah SAW menjawab:“ Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otak kepalanya terkuak. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat kebelakang dan timah cair di-curah ke dalam halkumnya (tekak).“Aku lihat perempuan yang digantung kedua kakinya terikat,tangannya diikat ke ubun-ubunnya, disuakan ular dan kalajengking.Aku lihat perempuan yang memakan dagingnya sendiri, dibawahnya dinyalakan api neraka.Aku lihat perempuan mukanya hitam dan memakan tali perutnya sendiri.“Aku lihat perempuan yang telinga pekak dan matanya buta,diisikan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka,otaknya keluar daripada lubang hidung, badan bau busuk karena penyakit kusta dan lepra.“Aku lihat perempuan yang kepalanya seperti babi, badannya seperti himar berbagai kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, kala dan ular masuk ke kemaluannya, mulut dan pelepasnya (punggung).Malaikat memukulnya dengan corong api neraka. ”Fatimah pun bertanya kepada ayahandanya: “Ayahanda yang dikasihi, beritakanlah kepada anakanda, apakah kesalahan yang dilakukan oleh perempuan itu ?”Rasulullah menjawab: “Fatimah,adapun perempuan tergantung rambutnya itu adalah perempuan yang tidak menutup rambut pada bukan muhrimnya.Perempuan tergantung lidahnya ialah perempuan yang menggunakan lidahnya untukmemaki dan menyakiti hati suaminya.“Perempuan yang digantung susunya adalah perempuan yang menyusukan anak orang lain tanpa suaminya. Perempuan kedua kakinya tergantung itu ialah perempuan yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya.“Perempuan tidak mau mandi daripada suci haid dan nifas ialah perempuan yang memakan badannya sendiri, juga karena ia berhias untuk lelaki bukan suaminya dan suka mengumpatorang.“Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang asing, bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat lelaki lain.“Perempuan diikat kedua kakinya dan tangannya ke atas ubun-ubunnya, disuakan ular dan kalajengking kepadanya karena ia boleh sembahyang tetapi tidak mengerjakannya dan tidak mandi janabah(junub).“Perempuan kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar dialah ahli pengumpat dan pendusta. Perempuan rupanya seperti anjing ialah perempuan yang suka membuat fitnah dan membenci suaminya.


Seterusnya Rasulullah SAWbersabda yang bermaksud:“ Perempuan menyakit hati suami dengan lidahnya pada hari kiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat di belakang tengkuknya. ”Abu Bakar as-Sidiq mengatakan,aku dengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:“ Perempuan menggunakan lidah untuk menyakiti hati suaminya ia akan dilaknat dan kemurkaan Allah. ”


Usamah bin Zaid menceritakan,bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Aku berdiri di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan orang kaya tertahan di luar pintu syurga  karena dihisab. Selain daripada itu ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu neraka, kulihat kebanyakan yang masuk kedalam neraka adalah perempuan. ”

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Aku lihat api neraka, tidak pernah aku melihatnya seperti hari ini,karena ada pemandangan yang dahsyat di dalamnya aku saksikan kebanyakan ahli neraka adalah perempuan. ”
♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ï·²¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Rasulullah SAW ditanya,mengapa ya Rasulullah? Baginda SAW menjawab: “Perempuan mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ihsannya, Jika engkau berbuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia belum berpuas hati dan merasa cukup. ” (Hadis riwayat Bukhari)

Kamis, 11 November 2010

SIFAT DAN AKHLAK RASULULLAH S.A.W

Diriwayatkan oleh Ya'kub bin al-Fasawy dari Hassan bin Ali r.a, dia berkata, "Pernah aku tanyakan kepada bapa saudaraku yang bernama Hindun bin Abi Haala kerana dia adalah seorang yang pandai sekali dalam menyifatkan tentang peribadi Rasulullah SAW, dan aku sangat senang sekali mendengarkan sifat Rasulullah SAW untuk aku jadikan bahan ingatan.
 
Maka katanya, "Rasulullah SAW adalah agung dan diagungkan, wajahnya berkilauan bagaikan bulan purnama, tingginya cukup (tidak pendek dan tidak jangkung), dadanya lebar (bidang), rambutnya selalu rapi dan terbelah di tengahnya, rambutnya panjang sampai pada hujung telinganya, dan berambut banyak, mukanya bergabung menjadi satu, di antara kedua alisnya ada urat yang dapat dilihat pada waktu Baginda sedang marah, hidungnya membungkuk di tengahnya dan kecil lubangnya, nampak sekali padanya cahaya, sehingga orang yang memperhatikannya mengira hidung Baginda itu tinggi (mancung). Janggutnya (jambang) lebat, bola matanya sangat hitam sekali, kedua pipinya lembut (halus), mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang, pada dadanya tumbuh bulu halus, lehernya indah seperti berkilauan saja, bentuknya sedang, agak gemuk dan gesit (lincah), antara perut dan dadanya sama (tegak), dadanya lebar, di antara dua bahunya melebar, tulangnya besar, kulitnya bersih, antara dada sampai ke pusarnya ditumbuhi bulu halus seperti garis, pada kedua teteknya dan pada perutnya tidak ada bulu, sedangkan pada kedua hastanya dan kedua bahunya dan pada dadanya ditumbuhi bulu, lengannya panjang, telapaknya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang hujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak terkena tanah apabila Baginda sedang berjalan, kedua telapak kakinya lembut (licin) tidak ada lipatan dan kerutan. Apabila berjalan derapan kakinya itu terangkat tinggi seolah-olah air yang sedang jatuh (jalannya ringan, kakinya terangkat, tetapi tidak seperti jalannya orang yang sombong), jalannya tunduk dan menunjukkan kehebatan, apabila berjalan, maka jalannya agak cepat bagaikan dia turun dari tempat yang tinggi, apabila menoleh, Baginda menolehkan seluruh badannya, matanya selalu tertunduk ke bawah, dan pandangannya sentiasa memperhatikan sesuatu dengan bersungguh-sungguh, selalu berjalan dengan para sahabatnya, dan selalu memulai dengan salam apabila Baginda berjumpa dengan sesiapa pun."

KEBIASAAN RASULULLAH SAW
Kataku selanjutnya, "Terangkanlah kepadaku tentang kebiasaannya." Maka katanya, "Keadaan peribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirehat walau sedikit pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, sentiasa diam, selalu memulai berbicara dan menutupnya dengan sepenuh mulutnya (jelas), apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang
banyak ertinya (bijaksana), pembicaraannya itu jelas tanpa berlebihan ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SAW walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencelaNya sedikit pun.

Apabila ada orang yang memperkosa kebenaran, maka Baginda akan marah-marah dengan sangat dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kemarahannya itu sampai kebenaran itu akan menang. (Dan dalam riwayat lain disebutkan, bahawa Baginda tidak pernah marah apabila berkenaan dengan urusan keduniaan, tetapi apabila ada sesuatu yang benar sedang diperkosa maka Baginda akan marah sehingga tidak akan memandang sesiapa pun juga dan tidak akan ada yang dapat menghalangi kemarahannya itu sampai kebenaran itu menang, dan tidak pernah marah kerana dirinya). Apabila Baginda sedang memberikan isyarat (menunjuk), maka Baginda mengisyaratkan dengan seluruh telapak tangannya, apabila sedang takjub pada sesuatu maka Baginda balikkan telapak tangannya, apabila Baginda sedang berbicara maka sering Baginda memukulkan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, apabila sedang marah maka sering Baginda berpaling. Apabila sedang bergembira Baginda sering tersenyum (ketawa), apabila tertawa Baginda sentiasa tersenyum saja, dan senyumannya itu serupa dengan embun yang dingin.

Maka kata Hassan berita ini aku sembunyikan dan adikku ternyata sudah lebih dahulu mengetahuinya daripadaku dan malahan dia sendiri telah bertanya pada ayahnya tentang keadaan keluar masuknya Rasulullah SAW ke majlisnya, dan bentuknya pun tidak juga ketinggalan sedikitpun jua." Kata Hasan, "Maka aku pun pernah bertanya tentang peribadi Rasullullah SAW dan dia pun menjawab, "Bahawa Rasulullah SAW apabila telah masuk ke rumahnya, Baginda membahagi waktunya menjadi tiga bahagian. Sebahagian untuk Allah SWT, sebahagian lagi untuk keluarganya dan sebahagiannya yang lain untuk dirinya sendiri. Kemudian bahagian untuk dirinya itu dibahagikan pula untuk kepentingannya sendiri dan untuk kepentingan orang lain. Baginda selalu mengutamakan kepentingan umum lebih dari kepentingan peribadinya sendiri, Baginda tidak pernah mengurangi hak mereka sedikit pun.
Adapun contoh dari sirahnya berkenaan dengan kepentingan umat, adalah bahwa Baginda lebih mengutamakan orang-orang yang mulia dengan segala kesopanan dan menurut kedudukannya dalam ketakwaan. Sebahagian daripada mereka ada yang mempunyai satu kepentingan, ada pula yang mempunyai dua kepentingan, dan ada pula yang mempunyai banyak keperluan. Untuk itu Baginda menyibukkan dirinya dengan mereka dan mengatur mereka demi untuk kepentingan mereka dan sekalian umat dari urusannya tadi. Baginda sibuk dengan memberitahu kepada mereka apa yang harus dikerjakan, dengan memesankan :
Hendaknya orang yang kini hadir mengkhabarkan kepada mereka yang tidak hadir, dan sampaikanlah hajatnya orang yang tidak dapat berjumpa denganku, kerana sesungguhnya barangsiapa yang menyampaikan hajatnya seseorang yang tidak mampu untuk bertemu dengan seorang pemimpin, maka Allah SWT akan menetapkan kaki orang itu kelak pada hari kiamat.
Para pengunjung yang datang itu tidak keluar kecuali setelah mereka mengerti segala masalah dan dalilnya."

RASULULLAH SAW APABILA DI LUAR
Kata Hassan selanjutnya, "Kemudian aku tanyakan kepada ayahku bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW apabila berada di luar. Maka jawabnya, "Rasulullah SAW sentiasa menjaga lidahnya kecuali hanya untuk berbicara seperlunya, apabila berbicara sentiasa berbicara dengan halus (lemah-lembut) dan tidak pernah berbicara dengan kasar terhadap mereka, dan sentiasa memuliakan terhadap orang yang terpandang (berkedudukan) dan memperingatkan orang jangan sampai ada yang bertindak menyinggung perasaannya dan perbuatannya. Kebiasaan Baginda selalu menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya, dan Baginda selalu memuji segala sesuatu yang baik dan membenci segala sesuatu yang buruk.Segala urusannya itu dibuatnya sebaik mungkin. Tidak pernah Baginda lalai atau malas, demi menjaga jangan sampai mereka melalaikan dan meremehkan. Segala sesuatu dipersiapkannya terlebih dahulu, dan tidak pernah akan meremehkan (mengecilkan) kebenaran. Orang yang paling terpandang menurut Rasulullah SAW ialah mereka yang paling baik kelakuannya, orang yang paling mulia ialah mereka yang paling banyak bernasihat (memberikan petunjuk) kepada orang lain, dan orang yang paling tinggi sekali kedudukannya ialah orang yang selalu ramah-tamah dan yang paling banyak menolong orang lain.".

RASULULLAH SAW APABILA DUDUK
Kata Hasan, "Kemudian aku tanyakan tentang duduknya Rasulullah SAW. Jawabnya, "Kebiasaan Rasulullah SAW tidak pernah duduk ataupun berdiri melainkan dengan berzikir, tidak pernah menguasai tempat duduk dan Baginda melarang seseorang untuk menguasai tempat duduk, dan apabila Baginda sampai pada tempat orang yang sedang berkumpul maka Baginda duduk di mana ada tempat terluang (tidak pernah mengusir orang lain dari tempat
duduknya) dan Baginda juga menyuruh berbuat seperti itu. Baginda selalu memberikan kepuasan bagi sesiapa saja yang duduk bersama Baginda, sehingga jangan sampai ada orang yang merasa bahawa orang lain dimuliakan oleh Baginda lebih daripadanya. Apabila ada yang duduk di majlisnya, Baginda selalu bersabar sampai orang itu yang akan bangkit terlebih dahulu (tidak pernah mengusir teman duduknya). Dan apabila ada yang meminta pada Baginda sesuatu hajat maka Baginda selalu memenuhi permintaan orang itu, atau apabila tidak dapat memenuhinya Baginda selalu berkata kepada orang itu dengan perkataan yang baik. Semua orang selalu puas dengan budi pekerti Baginda sehingga mereka selalu dianggap sebagai anak Baginda dalam kebenaran dengan tidak ada perbezaan sekikit pun di antara mereka dalam pandangan Baginda. Kemudian majlis Baginda itu adalah tempatnya orang yang ramah-tamah, malu, orang sabar dan menjaga amanah, tidak pernah di majlisnya itu ada yang mengeraskan suaranya, di majlisnya itu tidak akan ada yang mencela seseorang jelek dan tidak akan ada yang menyiarkan kejahatan orang lain. Di majlisnya itu mereka selalu sama rata, yang dilebihkan hanya ketakwaan saja, mereka saling berlaku rendah diri (bertawadhu') sesama mereka, yang tua selalu dihormati dan yang muda selalu disayangi, sedangkan orang yang punya hajat lebih diutamakan (didahulukan) dan orang-orang asing (ghorib) selalu dimuliakan dan dijaga perasaannya."

RASULULLAH SAW DI TENGAH PARA SAHABAT
Kata Hassan, "Maka aku tanyakan tentang keadaannya apabila Baginda sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya. Jawabnya, "Rasulullah SAW sentiasa periang (gembira), budi pekertinya baik, sentiasa ramah-tamah, tidak kasar mahupun bengis terhadap seesorang, tidak suka berteriak-teriak, tidak suka perbuatan yang keji, tidak suka mencaci, dan tidak suka bergurau (olok-olokan), selalu melupakan apa yang tidak disukainya, dan tidak pernah menolak permintaan seseorang yang meminta. Baginda meninggalkan tiga macam perbuatan : Baginda tidak mahu mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara kecuali yang baik saja (yang berfaedah). Namun apabila Baginda sedang berbicara maka pembicaraannya itu akan membuat orang yang ada di sisinya menjadi tunduk, seolah-olah di atas kepala mereka itu ada burung yang
hinggap. Apabila Baginda sedang berbicara maka yang lain diam mendengarkan, namun apabila diam maka yang lain berbicara, tidak ada yang berani di majlisnya untuk merosakkan (memutuskan) pembicaraan Baginda. Baginda sentiasa ikut tersenyum apabila sahabatnya tersenyum (tertawa), dan ikut juga takjub (hairan) apabila mereka itu merasa takjub pada sesuatu, dan Baginda sentiasa bersabar apabila menghadapi seorang baru (asing) yang atau dalam permintaannya sebagaimana sering terjadi. Baginda bersabda, "Apabila kamu melihat ada orang yang berhajat maka tolonglah orang itu, dan Baginda tidak mahu menerima pujian orang lain kecuali dengan sepantasnya, dan Baginda tidak pernah memotong pembicaraan orang lain sampai orang itu sendiri yang berhenti dan berdiri meninggalkannya."

RASULULLAH SAW APABILA DIAM
Kata Hassan, "Selanjutnya aku tanyakan padanya bagaimanakah peribadi Rasulullah SAW apabila Baginda diam. Jawabnya, "Diamnya Rassulullah SAW terbahagi dalam empat keadaan : diam kerana berlaku santun, diam kerana selalu berhati-hati, diam untuk mempertimbangkan sesuatu dan diam kerana sedang berfikir. Adapun pertimbangannya berlaku untuk mempertimbangkan pendapat orang lain serta mendengarkan pembicaraan orang lain, sedangkan pemikirannya selalu tertuju pada segala sesuatu yang akan kekal dan sesuatu yang akan lenyap (fana'). Peribadi Rasulullah sAW sentiasa berlaku santun dan  sabar dan Baginda tidak pernah membuat kemarahan seseorang dan tidak pernah membuat seseorang membencinya, dan Baginda sentiasa berlaku hati-hati dalam segala perkara; selalu suka pada kebaikan, dan berbuat sekuat tenaga untuk kepentingan dan demi kebaikan mereka itu baik di dunia mahupun kelak di akhirat."3

Selasa, 09 November 2010

Hmmm PASTI FATAL AKIBATNYA

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32), artinya semua perkara dan perbuatan yang menyebabkan kita terjerumus kepada perzinaan, kita diperintah untuk menjauhi.

Sahabat, fenomena perzinaan dan perselingkuhan di era ini sungguh sangat memprihatinkan, mulai dari Pusat Kota sampai pelosok Desa, dari Generasi Muda hingga angkatan 45. Baru mulai pacaran sudah selingkuh apalagi kalau sudah nikah.

Namun jika Nafsu telah terbelenggu dan dikuasai oleh Setan, maka iman yang telah kita pupuk sekian puluh tahun akan lenyap juga dalam waktu yang amat singkat. Betapa sering hubungan rumah tangga retak dan hancur karena tidak terkontrolnya dan terjaganya interaksi dengan lawan jenis. Maka berhati-hatilah jangan sampai kisah dibawah ini terjadi dalam keluarga kita.

Sebut saja namanya Shidiq seorang pemuda saleh, Sidiq menikah dengan seorang wanita solehah, Anisah. Mereka berdua berasal dari keluarga agamis, terpandang dan mulia. Kedua belah pihak merasa sangat berbahagia dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. karena telah dikaruniai pasangan yang sesuai dan cocok dengan hati. Hari-hari yang mereka jalani penuh dengan keceriaan dan kemesraan.

Sidiq kesehariannya bekerja diluar rumah. Ia berangkat pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Anisah tinggal dirumah sendirian. Untuk menghibur hati sang istri dan teman dikala kesepian Sidiq membelikan Anisah komputer. Komputer tersebut diletakkan didalam kamar dan disambungkan padanya internet. Awalnya Anisah tidak tahu apa-apa tentang komputer. Sidiqlah yang mengajarkan cara penggunaan komputer. Hingga pada akhirnya Anisah sudah biasa menggunakan komputer sendiri dengan baik.
Sehabis menyelesaikan pekerjaan rumah, Anisah memanfaatkan waktunya didepan komputer, mengakses berita dan mengikuti perkembangan dunia Islam. Waktu pun terus berjalan dan kehidupan mereka tetap harmonis dan tentram. Sehingga sampai pada suatu hari, Anisah masuk ruang chating dan disanalah ia mulai berkenalan dengan banyak orang. Awalnya hanya tanya jawab tentang nama, tempat tinggal, sehingga karena sudah keasyikan pembicaraan menjadi panjang dan lebar. Telah banyak teman dan kenalan Anisah di ruang chating. Dan setiap hari sehabis pekerjaan rumah, Anisah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk chating.

Hingga pada suatu ketika, Anisah berkenalan dengan seorang pemuda di ruang chating, namanya Fatih. Chating mereka lakukan dengan menggunakan kamera. Sehingga diantara mereka saling melihat. Awalnya pembicaran mereka hanya berkisar tanya nama, tempat tinggal dan lainnya. Namun chating ini terus berlangsung setiap hari. Sehingga timbullah rasa suka dihati Fatih pada Anisah. Ia mulai bermanis kata dan merayu. Fatih mulai berkata-kata yang membuat tersentuh hati Anisah. Setan pun tak tinggal diam. Membisikkan kedalam hati Anisah hal-hal yang tidak baik. Anisah berusaha untuk menolak dan melawannya. Namun karena mereka chating setiap hari, dengan saling melihat, akhirnya sedikit demi sedikit timbullah dihati Anisah perasaan suka pada Fatih. Sebenarnya Fatih menyukai Anisah hanya karena kecantikan wajahnya saja, rasa suka yang berlandaskan pada hasrat nafsu. Dan akhirnya Anisah juga terpedaya dengan kata-kata dan ketampanan Fatih yang menjadi teman chatingnya setiap hari tersebut.

Chating itupun terus berlangsung. Dan Sidiq tidak menaruh curiga pada Anisah. Karena ia sangat percaya pada Anisah. Dan Anisah pun sangat pandai menyimpan rahasia. Namun sesuatu yang busuk bagaimanapun pintar menyimpan akan ketahuan juga baunya. Akhirnya Sidiq mulai curiga dengan gelagat Anisah, sehingga setelah ia selidiki akhirnya ia mengetahui bahwa Anisah telah menjalin hubungan gelap dengan seorang pemuda di ruang chating. Sidiq sangat marah dan akhirnya ia menjual komputer tersebut. Dan memperingatkan Anisah untuk segera bertobat pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. dan meninggalkan pemuda tersebut. Anisah pun mengakui kesalahannya.

Namun, karena hati telah diberikan pada syetan dan hawa nafsu selama ini, Anisah merasa masih sulit menghilangkan bayangan Fatih dari pikirannya. Hatinya telah terpaut pada Fatih. Sehingga tanpa diketahui oleh Sidiq, Anisah menghubungi Fatih lewat telpon. Ia menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya pada Fatih dan tentang perasaannya pada Fatih. Rupanya Fatih telah berhasil menjaring mangsanya. Iapun memanfaatkan kesempatan tersebut, ia mulai merayu dan menggombal. Ia berkata,

"Kalau kamu menyukai dan mencintai saya, tinggalkanlah suamimu! Minta cerailah darinya! Saya akan datang untuk melamarmu dan kamu akan hidup tentram dan bahagia dengan saya.”

Anisah yang telah goyah dan lemah imannya ini mulai terpedaya dengan bujuk rayu dan janji-janji Fatih. Ia telah dipengaruhi oleh syetan dan nafsu, ia lebih memilih Fatih dari pada suaminya. Anisah tidak sadar bahwa syetan dan nafsu sedang menipunya dan ingin menghancurkan dirinya dan kehidupan rumah tangganya.

Akhirnya, Anisah minta cerai pada Sidiq. Dan terjadilah perceraian yang tidak diharapkan tersebut. Anisah pulang kerumah orang tuanya. Keluarganya sangat menyesalkan perceraian tersebut. Dan mulailah Anisah berhubungan dengan Fatih. Fatih sering datang kerumah Anisah dan terkadang mengajaknya keluar rumah, dengan mobil mewah yang dimiliki Fatih.

Hari dan minggu terus berganti, namun Fatih belum juga melamar Anisah. Mereka masih menjalani pacaran. Sampai pada suatu malam, Fatih mengajak Anisah menginap di sebuah hotel dan pada malam itu terjadilah perselingkuhan, terjadilah hubungan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka berzina. Mereka telah dikuasai oleh hasrat nafsu dan syetan.

Hari dan bulan terus berganti, tapi Fatih belum juga datang untuk melamar Anisah. Anisah sangat gelisah dan tidak bisa tenang, ia selalu diberi janji yang tak pasti. Dan sampai pada suatu hari Fatih berkata pada Anisah,

" Wahai wanita yang hina, apakah engkau mengira aku akan menikah dengan wanita seperti dirimu, tidak akan pernah! Aku tidak akan mau menikah dengan wanita murahan seperti dirimu. Engkau tidak lagi berharga, engkau adalah wanita kotor dan hina, engkau tidak layak menikah dengan pemuda terpandang seperti diriku. Aku yakin, kalau sekali sudah berkhianat, kelak engkau berkhianat lagi. Kalaupun engkau kunikahi, kelak bila engkau bertemu pemuda yang lebih ganteng dan lebih kaya dariku pasti engkau akan meninggalkan diriku, sebagaimana engkau telah meninggalkan suami mu yang baik-baik itu. Dan aku tidak mau hal itu terjadi pada diriku, sekarang pergi engkau dari sisiku! Jangan temui aku lagi, aku tidak mau lagi melihat mukamu, aku sudah muak dengan dirimu."

Anisah pun berlalu pergi dengan membawa luka mendalam di hatinya. Hidupnya telah hancur. Masa depannya telah gelap. Ia telah salah selama ini menilai. Ia telah tertipu dan terpedaya. Penyesalan tidak ada lagi gunanya. Kembali pada suami yang pertama, tak akan mungkin suaminya mau menerima dengan keadaan dirinya saat ini, kembali pada keluarganya, ia merasa malu, ia tidak tahu harus melangkah kemana dan mengadu pada siapa. Hanya kepada Allah Swt. Mengadukan segala kelukaan dan kesalahan yang dilakukan selama ini. Anisah telah menyadari kekeliruannya dan sangat menyesal atas apa yang telah ia lakukan., yah....rumput tetangga kadang terlihat lebih hijau dari rerumputan kita karena bisa jadi kita tidak merawatnya.

Sahabat, Berhati-hatilah dengan perbuatan zina karena zina adalah hutang, coba kita cermati baik-baik nasehat dari Imam Syafi’i
Imam Syafi`i yang mengatakan, “BERHATI-HATILAH DENGAN ZINA, SEBAB ZINA ADALAH HUTANG. BARANGSIAPA YANG BERZINA MAKA TUNGGULAH PEREMPUAN-PEREMPUANNYA (IBU, SAUDARA, ISTRI, ANAK, DLL) AKAN DIZINAHI WALAUPUN LEWAT LUBANG DINDING RUMAHNYA.”


Rasulullah SAW telah bersabda: menceritakan pengalamannya saat diisra`kan:
"Pada malam aku diisra`kan, aku dibawa pergi melihat sekumpulan manusia yang sangat banyak jumlahnya, terdiri dari kaum wanita, ada yang digantungkan pada payudaranya dan ada pula yang digantungkan pada kedua kakinya dalam keadaan terjungkir. Mereka mengeluarkan suara jeritan dan rintihan kesakitannnya. Aku bertanya: 'Hai Jibril, siapakah mereka?' Jibril menjawab:'Mereka adalah wanita-wanita yang suka berzina, tega membunuh anak-anak mereka dan menyerahkan diri mereka kepada selain suami mereka.”

FADHILAH PUASA-PUASA SUNNAH SEPANJANG TAHUN

FADHILAH PUASA-PUASA SUNNAH SEPANJANG TAHUN

1.    Puasa enam hari dalam bulan Syawal
        Fadhilat atau keutamaannya sangat besar sebagaimana sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: "Sesiapa berpuasa Ramadhan, kemudian diiringi dengan puasa (sunnah) enam hari dalam bulan Syawal adalah seperti puasa selama setahun." (Riwayat Muslim)

         Cara melakukannya yang terbaik (afdal) secara berturut-turut dan dimulakan pada hari kedua bulan Syawal, tetapi boleh dan sah dengan tidak berturut-turut, misalnya sehari puasa dua hari tidak, kemudian puasa lagi, asalkan genap enam hari didalam bulan Syawal. Malah sesetengah ulama mengharuskan puasa enam hari dalam bulan Syawal diniatkan berserta puasa qadha Ramadhan.



2.    Puasa hari 'Arafah (9 Zulhijjah)
        Disunnahkan kepada orang yang tidak melakukan ibadah haji. Fadhilatnya sangat besar sebagaimana dijelaskan menerusi hadith daripada Abi Qatadah r.a. ujurnya,  Rasullullah s.a.w.
telah ditanya oleh sahabat mengenai puasa hari 'Arafah, sabdanya bermaksud: "Ia menghapuskan dosa setahun yang lalu dan tahun-tahun kemudiannya." (Riwayatkan oleh Muslim dan al-Turmuzi)

         Menerusi hadith daripada Abi Qatadah r.a. juga bahawa Rasullullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Puasa pada hari 'Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun yang lalu dan tahun yang akan datanag." (Diriwayat oleh Muslim)

 3.    Puasa pada bulan Muharram
        Daripada Abi Hurairah r.a. katanya, telah bersabda Rasullullah s.a.w. yang maksudnya: "Seafdal-afdal puasa selepas Ramadhan ialah puasa pada bulan Allah iaitu bulan Muharram dan seafdal-afdal solat selepas solat fardhu ialah solat malam." (Riwayat Muslim)
       
     Daripada Ibu 'Abbas r.a. katanya, telah bersabda Rasullullah s.a.w. maksudnya: "Sesiapa berpuasa pada hari 'Arafah nescaya terhapus dosanya dua tahun dan sesiapa berpuasa satu hari daripada bulan Muharram maka untuknya setiap sehari (mendapat pahala) 30 hari." (Dikeluarkan oleh al-Tabrani)


4.    Puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram)
        Daripada Abi Qatadah r.a. bahawasanya Rasullullah s.a.w. telah ditanya mengenai puasa hari 'Asyura (yakni hari ke-10 bulan Muharram) maka sabda Baginda s.a.w. yang bermaksud: "Ia akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (Riwayat Muslim)


5.    Puasa hari Tasu'a (Tanggal 9 Muharram)
        Ia disunnahkan, namun Rasullullah s.a.w. belum sempat mengerjakannya, bagaimanapun Baginda s.a.w. bersabda maksudnya: "Sesungguhnya jika aku hidup pada tahun hadapan, aku akan berpuasa pada 9 Muharra,." (Riwayat Ahmad dan Muslim)

PERINGATAN
Puasa sunnat pada hari ke-10 Muharram hendaklah digabungkan dengan hari sebelumnya iaitu pada hari ke-9 atau dengan hari selepasnya (yakni hari ke-11) dan lebih baik lagi dikerjakan tiga hari berturut-turut iaitu ke-9,ke-10 dan ke-11. Jika ditunggalkan 10 Muharram sahaja maka hukumnya makruh kerana menyerupai amalan orang Yahudi.

Sabda Nabi Muhammad s.a.w yang bermaksud: "Berpuasalah pada hari 'Asyura (10 Muharram) dan jangalah menyamai perbuatan orang Yahudi; oleh itu berpuasalah sehari sebelum dan sehari sesudahnya." (Riwayat Imam Ahmad)


6.    Puasa bulan Sya'aban
                        Daripada Usamah bin Zaid r.a. katanya, aku berkata: "Wahai Rasullullah, tidak saya lihat tuan hamba berpuasa satu bulan daripada bulan-bulan (dalam setahun selain Ramadhan) seperti tuan berpuasa pada bulan Sya'aban." Sabda Rasullullah s.a.w.: "Bulan ini (yakni bulan Sya'aban) ialah bulan yang manusia lalai padanya antara Rajab dan Ramadhan, pada hal ia (yakni bulan Sya'aban) adalah bulan diangkat amalan kepada Tuhan seru sekelian alam, maka aku suka amalanku diangkat dan aku berpuasa." (Riwayat al-Nasai)

                        Ummu Salamah r.a. pula berkata: "Tidak pernah aku lihat Rasullullah s.a.w.berpuasa dua bulan berturut-turut melainkan pada bulan Sya'aban dan Ramadhan." (Riwayat al-Turmuzi)

7.    Puasa pada hari Isnin dan Khamis
                        Daripada Abi Hurairah r.a. daripada Rasullullah s.a.w. sabdanya: "Diperlihatkan (kehadirat Allah s.w.t.segala amalan itu pada hari Isnin dan Khamis, justeru saya suka ketika diperlihatkan amalan-amalanku itu sedang aku berpuasa." (Riwayat al-Turmuzi)

                        Menurut riwayat Muslim diterima daripada Abu Qatadah, pernah ditanyakan kepada Rasullullah sa.w. tentang puasa pada hari Isnin, maka Baginda s.a.w.menjawab dengan sabdanya yang bermaksud: Itulah hari yang padanya aku dilahirkan, padanya aku dibangkitkan menajdi Rasul dan padanya Al-Quran diturunkan kepadaku." (Subul al-Salam)


8.    Puasa hari Rabu, Khamis dan Jumaat
                        Daripada 'Ubaid bin Muslim al-Qurasyi daripada bapanya r.a. ujurnya, aku bertanya atau ditanya oleh Baginda Rasullullah s.a.w. mengenai puasa dahar (sepanjang tahun), maka Baginda Rasullullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: Tidak (maksudnya tidak dibenarkan puasa tersebut), kerana sesungguhnya untuk keluargamu atas dirimu ada hak. Oleh itu berpuasalah pada bulan Ramadhan dan yang mengikutinya (enam hari dalam bulan Syawal), dan pada setiap hari Rabu dan Khamis, maka anda sungguh telah (mendapat pahala) puasa sepanjang tahun dan anda juga telah berbuka." (Riwayat Abu Dawud, al-Nasai dan al-Turmuzi)

                        Daripada Anas bin Malik r.a. bahawa beliau telah mendengar Rasullullah s.a.w.bersabda bermaksud: Sesiapa berpuasa pada hari Rabu, Khamis dan Jumaat, nescaya Allah s.w.t. membina untuknya sebuah istana disyurga daripada permata, yaqut dan zabarzad dan dicatat baginya bebas dari api neraka" (Riwayat al-Tabrani)

                        Menerusi riwayat daripada Ibnu Umar r.a., Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Sesiapa berpuasa pada hari Rabu, Khamis dan Jumaat, kemudian bersedekah pada hari Jumaat sedikit atau banyak, nescaya diampunkan semua dosanya hingga menjadi seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya, bersih daripada segala dosa." (Dikeluarkan oleh al-Tabrani)

9.    Puasa pada hari Putih (13,14 dan 15 bulan Islam)
         Diriwayatkan daripada Jarir r.a. daripada Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: "Berpuasa tiga hari pada setiap bulan adalah puasa sepanjang tahun iaitu puasa pada hari-hari putih - pada hari 13,14 dan 15 (bulan Qamariyah)." (Riwayat al-Nasai dengan sanad yang sohih)

10.   Puasa tiga hari pada setiap bulan
                       Diriwayatkan oleh Muslim daripada Abi Qatadah, bahwasanya Baginda Rasullullah s.a.w. bersabda maksudnya: "Puasa tiga hari pada setiap bulan, Ramadhan ke Ramadhan itulah puasa sepanjang masa."
                        Mengenai berpuasa tiga hari pada setiap bulan, ada beberapa pendapat Ulama. Antaranya dikatakan puasa tiga hari itu ialah puasa pada 13,14 dan 15. Inilah pendapat kebanyakkan Ulama, antara lain Umar, Ibnu Mas'ud, Abu Zar, al-Syafi'i, Abu Hanifah, Ahmad dan Ishaq.

                  Sementara al-Nakha'i berpendapat ialah puasa tiga hari pada akhir bulan.


11.    Puasa selang-seli (sehari puasa sehari tidak)
                        Hadith daripada Abdullah bin 'Amru ibnu al-'As r.a. bahawasanya Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Telah sampai berita kepadaku bahawa anda berpuasa pada waktu siang dan berjaga (kerana beribadah) waktu malam. Jangan buat demikian kerana untuk jasadmu atas dirimu ada habuan, untuk matamu atas dirimu ada habuan dan untuk isterimu ada habuan. Puasalah dan berbukalah. Puasa tiga hari pada setiap bulan, maka dengan demikian anda mendapat pahala sepanjang tahun." Aku berkata: " Wahai Rasullullah aku mempunyai kekuatan (keupayaan untuk berpuasa). Sabda Baginda Rasullullah s.a.w. "Maka berpuasalah puasa NabiDaud a.s. iaitu berpuasalah sehari dan berbuka sehari." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

                        Daripada Abdullah bin 'Amru ibnu al'As katanya, telah bersabda Rasullullah sa.w. bermaksud: "Puasa yang paling disukai oleh Allah s.w.t. ialah puasa Nabi Daud dan solat yang paling disukai  Allah s.w.t. ialah solat Nabi Daud, baginda tidur separuh malam dan bangun beribadah sepertiga malam dan tidur seperempat malam dan baginda berpuasa sehari dan berbuka sehari." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)


PERINGATAN

1.    Dalam mencari pahala puasa sunnat, janga tersalah hari-hari yang diharamkan berpuasa yaitu :
  • TANGGAL 1 SYAWAL (HARI RAYA AIDIL FITRI)
  • 10 ZULHIJJAH (HARI RAYA AIDIL ADHA)HARI-HARI TASYRIQ: 11, 12 DAN 13 ZULHIJJAH
  • HARI SYAK MUNGKIN HARI MULA BERPUASA (30 SYA'ABAN)
  • SELEPAS 15 SYA'ABAN JIKA BUKAN PUASA QADHA ATAU NAZAR ATAU TIADA HUBUNGAN DENGAN PUASA PADA HARI SEBELUMNYA, ATAU BUKAN HARI YANG BIASA BERPUASA
  • PUASA SUNNAT BAGI WANITA TANPA IZIN SUAMI (JIKA SUAMI BERMUKIM YAKNI TAK MUSAFIR ATAU BERPERGIAN JAUH)
2.    JANGAN PULA BERPUASA PADA HARI-HARI YANG DIMAKRUHKAN:
  • PUASA ORANG YANG SAKIT BERSANGATAN
  • PUASA ORANG YANG SANGAT TUA
  • PUASA WANITA YANG HAMIL
  • PUASA ORANG YANG MUSAFIR
  • PUASA PADA HARI 'ARAFAH BAGI ORANG YANG MENGERJAKAN HAJI
  • PUASA PADA HARI SABTU SAHAJA (DITUNGGALKAN)
  • PUASA PADA HARI JUMAAT SAHAJA (DITUNGGALKAN)
  • PUASA ASALNYA SUNNAT DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG MENANGGUNG PUASA QADHA
  • PUASA SEPANJANG TAHUN (SEPANJANG MASA)
3.    ORANG YANG MENGERJAKAN PUASA WAJIB DIKEHENDAKI BERNIAT PUASA PADA WAKTU MALAM. ADAPUN PUASA SUNNAT BOLEH BERNIAT PADA PAGI HARI SEBELUM TERGELINCIR MATAHARI (BELUM MASUK WAKTU ZUHUR) DENGAN SYARAT BELUM MELAKUKAN PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA


4.    NIAT PUASA TIDAK SEMESTINYA DENGAN MELAFAZKAN DALAM BAHASA ARAB, MEMADAI MELINTASKAN DIDALAM HATI DENGAN APA-APA  JUGA BAHASA YANG KITA FAHAMI, IAITU BAHAWA KITA HENDAK MELAKUKAN PUASA (SEBUT JENIS PUASANYA) PADA HARI ESOK (JIKA NIAT PADA WAKTU MALAM) ATAU PADA HARI INI (JIKA BERNIAT PADA WAKTU DINIHARI ATAU WAKTU SAHUR ATAU PADA SEBELAH PAGI SELEPAS SUBUH JIKA PUASA SUNNAT

Dikutip dari  :  http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/fadhilatpuasawajibdansunnat.htm